Profesi Kependidikan: Kepala Sekolah

Posted by Unknown Friday, June 17, 2011 0 comments
A. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah penanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya, pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana juga sebagai supervisor pada sekolah yang dipimpinnya. Dalam buku “Petunjuk Penatalaksanaan Madrsah” dijelaskan bahwa : Mengendalikan jabatan Kepala Sekolah sebagai jenjang karier dari jabatan fungsional guru, maka patut diperkirakan bahwa tenaga pendidikan yang tugas utamanya mengajar, akan kurang memahami hal-hal yang tidak berkaitan dengan dengan teknis educatif. Sehingga beberapa komponennya yang menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah merupakan bahan kajian baru seperti halnya dalam komponen keuangan dan kesekretariatan /Ketatausahaan. (Kakanwil Depag Propinsi Jawa Barat, 1992 : 3) Agar persekolahan dapat mencapai tujuannya secara etektif dan efesien, maka Kepala Sekolah harus melaksanakan fungsi-fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemberian motivasi, pelaksanaan, pengorganisasian pengendalian, evaluasi dan inovasi. sekolah yang baik diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan terttib dan terarah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pada dasarnya pengelolaan sekolah menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dan guru. Namun demikian dalam mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah peran serta dari para orang tua dan siswa, juga turut mendukung keberhaslian itu. Di samping itu pencapaian keberhasilan, pengelolaan tersebut harus didukung oleh sikap pola dan kemampuan Kepala Sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kepemimpinannya itu seyogyanya dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinka bagi lahirnya iklim kerja dan hubungan antar manusia yang harmonis dan kondusif. Hal ini mengandung arti bahwa seluruh komponen pendidikan di sekolah harus dikembangkan secara terpadu dalam rangka meningkatkan relevansi/kesesuaian ( link and match ) dari kualitas pendidikan.

B. Tugas Kepala Sekolah

Dengan berjalan otonomi sekolah, maka peran seorang pimpinan dalam suatu organisasi akan semakin dominan, sehingga seorang pimpinan dituntut untuk dapat menggerakkan bawahannya agar mau dan mampu bekerja keras dalam mewujudkan tujuan organisasi, salah satunya dengan komunikasi yang efektif dan efisien.
Berkenaan dengan hal tersebut Masmuh (2008:279), mengatakan bahwa komunikasi kepemimpinan merupakan aktivitas penyampaian pesan, informasi, dan tugas (secara verbal ataupun non verbal) melalui media tertentu yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya dengan tujuan tertentu.

1. Peranan dan Tugas Kepala Sekolah
Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penentu utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk pembelajaran. Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala sekolah, guru, dan staf).
Besarnya tanggung jawab kepala sekolah digambarkan oleh Sergiovani, Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003:197), bahwa kepala sekolah untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas kepala sekolah bersifat ganda, yang satu sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung.
Tugas-tugas dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu :

1. merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah.
2. mengevaluasi kinerja guru.
3. mengevaluasi kinerja staf sekolah.
4. menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.
5. membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas sekolah.
6. menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat.
7. membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.
8. menyusun penjadwalan kerja.
9. mengatur masalah-masalah pembukuan.
10. melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.
11. memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas sekolah.
12. merima referal dari guru-guru dan staf sekolah untuk persoalan-persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.
13. memotivasi guru dan karyawan untuk tampil optimal.
14. melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional.
15. melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.

2. Kepala Sekolah berfungsi sebagai Pimpinan dan Administrator serta Supervisor

a. Kepala Sekolah selaku Pimpinan
1. Menyusun perencanaan
2. Mengorganisasikan kegiatan
3. Mengarahkan kegiatan
4. Melaksanakan kegiatan
5. Melaksanakan pengawasan
6. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
7. Menentukan kebijaksanaan
8. Mengadakan rapat
9. Mengambil keputusan
10. Mengatur proses belajar
11. Mengatur administrasi
- Kantor
- Siswa
- Perlengkapan



b. Kepala Sekolah selaku Administrator
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengoordinasian
5. Pengawasan
6. Kurikulum
7. Kesiswaan
8. Kantor
9. Kepegawaian
10. Perlengkapan
11. Keuangan
12. Perpustakaan

c. Kepala Sekolah selaku Supervisor
1. Kegiatan Belajar Mengajar
2. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan
3. Kegiatan kurikulum dan ekstrakulikuler
4. Kegiatan ketata-usahaan
5. Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha

C. Syarat Kepala Sekolah

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperketat persyaratan penunjukan kepala sekolah di setiap daerah. Langkah ini untuk mencegah adanya intervensi politik yang sering terjadi di tingkat daerah.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh mengatakan persyaratan baru tersebut diatur melalui peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas).Peraturan baru ini nantinya akan mengatur kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kepala sekolah di antaranya jenjang pendidikan mulai D-4 sampai sarjana, dan jenjang waktu menjadi guru. ”Minimal lima tahun menjadi guru”. .

Ini akan menjadi guidance sehingga pemerintah daerah tidak sembarangan mengangkat kepala sekolah,” ujarnya seusai acara Beasiswa CIMB Niaga di gedung Kemendiknas kemarin. Mantan Rektor Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) itu mengungkapkan adanya permendiknas tersebut akan mencegah berbagai pihak untuk memasukkan peranan kepala sekolah dalam ranah politik.

Misalnya masuk dalam tim sukses calon kepala daerah, sehingga permendiknas itu tidak hanya mengatur kepala sekolah agar tidak keluar dari substansinya namun juga sistem pendidikan secara keseluruhan. Permendiknas baru itu diterbitkan terkait dengan rencana pembentukan badan baru, yakni Badan Pengembangan Profesi dan Penjaminan Mutu (BP3M) atau badan guru di dalam struktur organisasi Kemendiknas.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo mengatakan posisi kepala sekolah saat ini memang selalu dikaitkan dengan masalah politik padahal posisi kepala sekolah sendiri cukup berat sebagai bagian dunia pendidikan. Saat ini kepala sekolah sering dilibatkan dalam pilkada. Seperti pemilihan wali kota atau bupati.”Padahal itu dilarang. Namun, kenyataannya banyak kepala sekolah tidak bisa menolak, selain dipaksa tetapi juga sering diancam,”ungkapnya.

Selain itu, jabatan kepala sekolah hingga saat ini tidak jelas.Apa yang menjadi kriteria pokok pengangkatan ataupun pemberhentian seorang kepala sekolah.Setidaknya, aturan tersebut dapat memberikan jaminan bagi posisi kepala sekolah. Dia berharap dengan adanya permendiknas itu dapat mengakomodasi hak dan tanggung jawab seorang kepala sekolah.Ketua Dewan Komite III DPD ini mengaku belum memahami secara pasti apa isi pokok materi permendiknas kasek. (neneng zubaidah)./Sumber:Harian seputar Indonesia.

Syarat untuk menjadi Kepala Sekolah (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB/SMPLB/SMALB, dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri) adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi dan diutamakan yang berpendidikan S2 kependidikan atau nonkependidikan yang relevan).

b. Berusia setinggi-tingginya 56 tahun atau 4 (empat) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun.

c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di TK/RA memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi PNS dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

Baca Selengkapnya ....

Pendidikan matematika SD: Implementasi Teori Gagne pada pembelajaran matematika SD

Posted by Unknown Wednesday, June 15, 2011 0 comments
A. Teori Belajar Gagne
Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah mengalami situasi tadi. Belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar siswa di mana keduanya saling berinteraksi.
Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S - R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti simbol-simbol matematika. Fakta bahwa 2 adalah simbol untuk kata ”dua”, simbol untuk operasi penjumlahan adalah ”+” dan sinus suatu nama yang diberikan untuk suatu fungsi trigonometri. Fakta dipelajari dengan cara menghafal, drill, latiahan, dan permainan.
Keterampilan(Skill) adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu hasil tertentu. contohnya, keterampilan melakukan pembagian bilangan yang cukup besar, menjumlahkan pecahan dan perkalian pecahan desimal. Para siswa dinyatakan telah memperoleh keterampilan jika ia telah dapat menggunakan prosedur atau aturan yang ada dengan cepat dan tepat.keterampilan menunjukkan kemampuan memberikan jawaban dengan cepat dan tepat.
Konsep adalah ide abstrak yang memunkinkan seseorang untuk mengelompokkan suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Contoh konsep himpunan, segitiga, kubus, lingkaran. siswa dikatakan telah mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan contoh dan bukan contoh. untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang termasuk contoh dan yang bukan contoh.
Prinsip adalah pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih. Prinsip merupakan yang paling abstrak dari objek matematika yang berupa sifat atau teorema. Contohnya, teorema Pytagoras yaitu kuadrat hipotenusa pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat dari dua sisi yang lain. Untuk mengerti teorema Pytagoras harus mengetahui konsep segitiga siku-siku, sudut dan sisi. Seorang siswa dinyatakan telah memahami prinsip jika ia dapat mengingat aturan, rumus, atau teorema yang ada; dapat mengenal dan memahami konsep-konsep yang ada pada prinsip tersebut; serta dapat menggunakannya pada situasi yang tepat.
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas. Tetapi kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditunjukkan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa-siswa. Kejadian-kejadian instruksi itu adalah :
1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar
3. Mengarahkan perhatian (directing attention)
4. Merangsang ingatan (stimulating recall)
5. Menyediakan bimbingan belajar
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
7. Melancarkan transfer belajar
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke delapan tipe belajar, dengan tipe belajar yang rendah merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Belajar Isyarat (Signal Learning)
Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Respon yang timbul bersifat umum dan emosional, selainnya timbulnya dengan tak sengaja dan tidak dapat dikuasai.
Rantai atau Rangkaian hal (Chaining)
Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan ”contiguity”. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe balajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining.
Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang merupakan hubungan dari dua atau lebih tindakan stimulus respon verbal yang telah dipelajari sebelumnya. Tipe paling sederhana dari belajar rangkaian verbal adalah asosiasi antara suatu objek dengan namanya yang melibatkan belajar rangkaian stimulus respon dari tampilan objek dengan karakteristiknya dan stimulus respon dari pengamatan terhadap suatu objek dan memberikan tanggapan dengan menyebutkan namanya.
Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Discrimination learning atau belajar menmbedakan sejumlah rangkaian, mengenal objek secara konseptual dan secara fisik. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua peransang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R). Contohnya: anak dapat membedakan manusia yang satu dengan yang lain; juga tanaman, binatang, dan lain-lain. Guru mengenal anak didik serta nama masing-masing karena mampu mengadakan diskriminasi di antara anak-anak.
Belajar konsep (Concept Learning)
Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda konkrit atau kejadian dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu kelompok. Dalam hal ini belajar konsep adalah lawan dari belajar dari diskriminasi. Belajar diskriminasi menuntut siswa untuk membedakan objek-objek karena dalam karakteristik yang berbeda sedangkan belajar konsep mengelompokkan objek-objek karena dalam karakteristik umum dan pembahasan kepada sifat-sifat umum.
Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk merespon sejumlah situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (Respon). Kebanyakan belajar matematika adalah belajar aturan. sebagai contoh, kita ketahui bahwa 5 x 6 = 6 x 5 dan bahwa 2 x 8 = 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa aturannya dapat dinyatakan dengan a x b = b x a. Kebanyakan orang pertama belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian komutatif adalah tanpa dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka tahu dan menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan verbal(dengan kata-kata) atau rumus seperti “ urutan dalam perkalian tidak memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b = b x a.
Pemecahan Masalah (Problem solving)
Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang disertai proses analisis dan penarikan kesimpulan. Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap ransangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik. Tipe belajar ini memerlukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, tetapi dengan tipe belajar ini kemampuan penalaran siswa dapat berkembang. Dengan demikian poses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung apabila proses belajar fundamental lainnya telah dimiliki dan dikuasai.
B. Implementasi Pembelajaran Matematika SD Berdasarkan Teori Gagne
Teori belajar Gagne dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori tersebut dalam proses pembelajaran.
Materi yang akan diambil adalah pembelajaran mengenai mengenai pengenalan operasi penjumlahan serta pengurangan pada siswa kelas rendah. Alat peraga berupa gambar lambang bilangan, gambar lambang operasi bilangan dan media kongkrit (misal: permen, apel, pensil, wafer)
Berdasarkan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne maka kita bisa menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Memperoleh Perhatian
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan disajikan.
Contoh : mengajak siswa berkenalan dengan bilangan dan mengetahui lambang bilangan dengan cara memulai komunikasi dengan siswa. Guru menunjukkan alat peraga berupa gambar-gambar lambang bilangan serta media-media yang menarik agar siswa memfokuskan diri untuk memulai pelajaran.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Contoh: guru memberikan informasi menarik bahwa pembelajaran kali ini kita akan belajar mengenai operasi bilangan. Guru juga mengucapkan bahwa setelah pelajaran ini siswa dapat berhitung, sehingga besok bisa menghitung jumlah barang yang ia (siswa) miliki baik dari pemberian barang oleh orang lain ataupun barang yang sebelumnya sudah ia miliki.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
Contoh: guru menanyakan tentang nama bilangan yang guru tunjukkan. Dalam hal ini guru sudah menyiapkan media berupa gambar lambang bilangan.
4. Menyajikan stimulus
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
Contoh: guru membagi siswa kedalam 4 kelompok. Dalam pembagian kelompok ini guru juga mengajak siswa untuk menghitung berapa jumlah teman dalam satu kelomponya. Pada tiap-tiap kelompok, guru membagikan masing-masing 10 permen. Dalam hal ini tentu siswa sudah bertanya-tanya, keadaan ini semakin dirangsang oleh guru dengan mengatakan bahwa kegiatan kali ini adalah lomba menghitung. Aturan mainnya tiap anggota kelompok bekerjasama menjawab pertanyaan guru mengenai penjumlahan dan pengurangan yang guru lakukan menggunakan media benda. Apabila kelompok tersebut salah maka kelompok tersebut wajib mensodaqohkan satu buah permennya kepada kelompok lain.
5. Memberikan bimbingan kepada siswa
Seyogyanga guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
Contoh: dalam proses penghitungan/pemberian soal yang diberikan oleh guru, siswa satu kelompok diminta untuk menghitungnya sembari guru menunjukkan jumlah bilangan tersebut.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
Contoh: guru memancing kinerja berupa mengajak berhitung siswa satu kelas tentang hasil penghitungan yang dilakukan oleh kelompok lain.
7. Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
Contoh: guru menanyakan kepada siswa sudah benar atau belum. Hal ini juga semakin memantapkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh siswa.
8. Menilai hasil belajar
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
Contoh: meminta siswa menulis hasil penjumlahan yang dilakukan dalam permainan tadi menggunakan lambang bilangan yang benar.
9. Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
Contohnya: ajak siswa memecahkan masalah yang diceritakan oleh guru sebelum pelajaran selesai

Baca Selengkapnya ....

Psikologi Pendidikan: Belajar dan Pembelajaran

Posted by Unknown Monday, June 13, 2011 0 comments
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, kini dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang. Semua itu tidak lain karena adanya pendidikan yang pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Di dalam proses pendidikan terdapat dua istilah yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, yaitu Belajar dan Pembelajaran. Pada hakikatnya belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana dan memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu seorang pendidik harus paham bagaimana agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya secara optimal. Untuk itu perlu dibahas bagaimana belajar dan pembelajaran yang baik dan efektif.
Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru dapat memahami proses bagaimana memperoleh pengetahuan maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Belajar lebih menekankan pada siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam rangka untuk membuat siswa dapat belajar.

B. Pembahasan
1. Konsep Dasar Belajar
Pengartian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari berbagai definisi yang disampaikan oleh Santrock dan Yussen dapat disimpulkan pengertian belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanent karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Ciri-ciri perilaku belajar
1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Merupakan perilaku menyadari terjadinya perubahan atau sekurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya, seperti mengetahui bahwa pengetahuan pada dirinya bertambah.
2. Perubahan bersifat continue dan fungsional
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berfungsi bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya.
3. Perubahan bersifat positif dan aktif
Positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan bersifat aktif bila perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan bersifat permanen
Misalnya kecakapan anak dalam olahraga badminton maka kecakapan itu akan hilang selama fisiknya masih mendukung.
5. Perubahan dalam belajar
Belajar memiliki tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seseorang belajar sasuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan dan pengetahuannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, meliputi Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan).
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang ada diluar individu, yang meliputi:

a. Faktor keluarga (cara rang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belekang kebudayaan)

b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah)

c. Faktor masyarakat, (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam lingkungan masyarakat, media massa.

Tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa menurut Biggs (1991):

1. Pendekatan surface (permukaan/ bersifat lahiriah) yaitu kecenderunagan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar

2. Pendekatan deep (mendalam), yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam.

3. Pendekatan archeiving ( pencapaian prestasi tinggi), yaitu kecenderungan bejajar siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement merupakan ambisi pribadi yang kuat dalam mewujudkan dan meningkatkan prestasi kelakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya.

Motivasi Belajar
Motivasi menurut Wlodkowsky (dalam prasetya dkk, 1985) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
Biggs dan Telfer (dalam Dimyati dkk, 1994) menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.

Macam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Motivasi instrumental, berarti bahwa siswa belajar karena dorongan oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman.
2. Motivasi sosial, berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa dalam tugas menonjol.
3. Motivasi berprestasi, berarti bahwa siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya.
4. Motivasi intrinsik, berarti bahwa siswa belajar karena keinginannya sendiri.

Dari berbagai motivasi yang berkembang, Keller (dalam Prasetya dkk, 1997) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Dalam model tersebut ada 4 kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukannya menarik, bermakna dan memberi tantangan pada siswa.
Keempat kondisi tersebut adalah:

1. Attention (perhatian)
Perhatian siswa muncul karena adanya rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu tersebut perlu mendapatkan rangsangan dari guru agar siswa selalu memberikan perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan.

2. Relevance (relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

3. Confidence (kepercayaan diri)
Merasa diri lebih kompeten atau mampu melaksanakan potensi diri untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Agar kepercayaan diri siswa meningkat, guru perlu memperbanyak pengalaman keberhasilan siswa misalnya dengan menyusun kegiatan pembelajaran sehingga mudah dipahami oleh siswa.

4. Satisfaction (kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberi penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan sebagainnya.



2. Konsep Dasar Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Sudjana (2000), merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Gulo (2004), pembelajaran merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Nasution (2005), pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Biggs (1985) membagi konsep pembelajaran dalam 3 pengertian, yaitu:

1. pembelajaran dalam pengertian kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.

2. Pembelajaran dalam pengertian institusional
Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat belajar secara efisien.

3. Pembelajaran dalam pengertian kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses belajar sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut berbagai metode pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam kegiatan belajar mengajar:

1. Metode ceramah, yaitu metode penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi melelui bahasa lisan baik verbal maupun nonverbal.

2. Metode latihan, yaitu metode penyampaian materi melelui upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu agar siswa dapat menyerap materi secara optimal.

3. Metode tanya jawab, yaitu cara penyampaian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh anak didik.

4. Metode karyawisata, yaitu metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa ke objek diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati dan memahami secara langsung objek tersebut.

5. Metode diskusi, pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa, dan siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut secara kelompok.

Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran
Peran guru sangat kompleks. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik saja, akan tetapi guru juga di tuntut memainkan peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal.

Peran guru dalam pembelajaran
a. Sebagai Korektor
b. Sebagai Inspirator
c. Sebagai Informator
d. Sebagai Organisator
e. Sebagai Motivator
f. Sebagai Inisiator
g. Sebagai Fasilitator
h. Sebagai Pembimbing
i. Sebagai Demonstrator
j. Sebagai Pengelola Kelas
k. Sebagai Mediator
l. Sebagai Supervisor
m. Sebagai Evaluator

Kompetensi Profesionalisme Guru
Guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugasnya dengan kemampuan yang tinggi sebagaai suber kehidupan. Guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis yang meliputi sebagai berikut :

a. Kompetensi Kognitif Guru
Guru hendaknya memiliki kapasitas kognitif yang tinggi yang dapamenunjang kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Profesi secara kognitif menurut Muhibbinsyah ( 1997 ) meliputi 2 kategori yaitu:
1) Ilmu pengetahuan kependidikan
2) Ilmu pengetahuan materi bidang studi

b. Kompetensi Aktif Guru
Guru hendaknya memiliki sikap dan perasaan yang menunjang proses pembelajaran yang dilakukan, baik terhadap orang lain terutama maupun terhadap diri sendiri.

c. Kompetensi Psikomotor Guru
Seorang guru merupakan ketrampilan atau kecakapan yang bersifst jasmaniah yang di butuhkan oleh seorang guru untuk menunjang kegiatan profesionalnya sebagai guru.






C. Penutup
Kesimpulan
Belajar merupakan proses serta upaya sadar untuk mencari pengetahuan dan kemampuan, dimana pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh tersebut akan bersifat permanen kecuali jika ada masalah secara fisik bagi yang memiliki kemampuan tersebut. Berhasil dan tidaknya kita dalam belajar sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hal lain yang menunjang kesusuksesan belajar adalah motivasi atau dorongan yang diberikan kepada anak.
Pembelajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh seorang pendidik agar siswa dapat dan mau melakukan kegiatan belajar. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, guru harus menguasai berbagai metode-metode pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa seperti ceramah, latihan, Tanya jawab, tugas diskusi, karyawisata dan lain sebagainya.
Guru sebagai pengajar dan pendidik tentu harus memiliki berbagai kompetensi sebagai bekal baik kompetensi kognitif ( ilmu pengetahuan ), afektif ( sikap ) maupun psikomotor ( kecakapan jasmaniah ).








DAFTAR PUSTAKA

Elliot, SN., Krachwill, TR., J., Travers, JF., 1999. Educatonal Pychology. Singapore : Mc-Graw Hill Book Co.
Anastasi, A. Urbina, S. 1997 Psychological Testing. New Jersey :Prencise- Hall, Inc

Baca Selengkapnya ....

Pendidikan Terintegrasi: Mengenal Model Pembelajaran Terpadu

Posted by Unknown Sunday, June 12, 2011 0 comments
MENGENAL MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas diri sehingga menjadi insan-insan yang mampu membangun dirinya sendiri, agama, bangsa, dan negaranya. Secara lebih spesifik, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. UU Sisdiknas menegaskan bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;

Berbicara tentang kualitas pendidikan, tentu haruslah memiliki tolak ukur yang jelas. Salah satu tolak ukur meningkatnya mutu pendidikan yaitu dengan terjadinya peningkatan kualitas standar kelulusan siswa, sebagai output pendidikan yang diikuti dengan pembuktian bahwa siswa memiliki kemampuan bersaing dalam memperebutkan peluang dunia kerja, memiliki eksistensi kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, serta mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Bahkan lebih jauh dari itu, setiap lulusan hendaknya tidak hanya mampu bersaing dalam memperebutkan bursa dunia kerja, tetapi mampu menciptakan atau membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, pemerintah sudah menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diukur melalui pelaksanaan Ujian Nasional dengan standar nilai yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun perlu pula diingat oleh semua pihak bahwa mutu pendidikan sangat bergantung pada kualitas proses pendidikan, tidak hanya memperhatikan kualitas output atau semakin tingginya batas nilai minimal kelulusan secara terpisah. Justru hasil yang baik akan diperoleh jika didahului perencanaan dan proses yang baik pula. Sebab sesuatu tidak akan tercipta tanpa adanya sebuah proses penciptaannya.

Kesalahan cara pandang sebagian besar masyarakat dalam menentukan berkualitas tidaknya pendidikan yang hanya berorientasi pada hasil pendidikan tinggi, harus segera dibenahi. Ibarat membuat gedung bertingkat, bagus tidaknya struktur bangunan tidak bisa hanya ditentukan oleh bagian gedung paling atas saja tetapi ditentukan oleh keseluruhan struktur gedung, mulai dari pondasi sampai bagian gedung paling atas. Artinya, siapapun, termasuk pemerintah harus memberikan perhatian yang seimbang kepada setiap jenjang pendidikan, terutama jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal paling bawah sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak mengingat Sekolah Dasar memegang peranan yang sangat penting dalam upaya menciptakan dasar (pondasi) yang kokoh dan berkualitas sebagai dasar menciptakan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Perhatian tersebut tidak selalu bersifat perbaikan fisik dan kelengkapan sarana dan prasarana saja, namun perbaikan tersebut justru harus lebih terkonsentrasi pada proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Adapun kelengkapan sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang harus diperhatikan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya hendaknya dilakukan guna menciptakan kondisi yang kondusif dalam menyempurnakan berbagai kelemahan yang masih terjadi mulai level perencanaan, pelaksanaan (proses), sampai level evaluasi pembelajaran.

Dewasa ini kita mengenal adanya konsep pembelajaran terpadu atau integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang dipandang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Jika diterapkan dengan benar, didahului perencanaan yang sempurna, konsep ini mampu memberikan pemahaman secara utuh kepada siswa terhadap sebuah materi pembelajaran karena terintegrasi dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu (mata pelajaran). Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pembelajaran terpadu atau lebih dikenal dengan istilah integrated teaching-learning pada Sekolah Dasar kelas rendah.


Apakah Model Pembelajaran Terpadu itu?

Istilah Pembelajaran Terpadu berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach. Konsep ini dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan, pertumbuhan, dan kemampuan pengetahuan siswa (Beans dalam Udin Syaefuddin, 2006: 4). Banyak ahli yang mengemukakan pengertian terhadap Pembelajaran Terpadu ini, namun kesemuanya tidaklah memiliki kesamaan yang utuh satu sama lain. Bean dalam buku Pembelajaran Terpadu mengemukakan pendapatnya bahwa ”Pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya” (Beans dalam Udin Syaefuddin, 2006: 4). Pendapat lain tentang Pembelajaran Terpadu dikemukakan sebagai berikut:
Pembelajaran terpadu adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan, dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga (Sa’ud, 2006: 5).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Pendekatan Pembelajaran Terpadu adalah sebuah pendekatan yang menghubungkan bahan ajar dari berbagai mata pelajaran dengan kenyataan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Sehubungan dengan itu, pendekatan Pembelajaran Terpadu membantu anak untuk belajar menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dan apa yang baru mereka pelajari.

Dalam konteks pembelajaran dalam kelas pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai upaya untuk memadukan menghubungkan berbagai materi pembelajaran dengan tidak memberikan pengkotakan disiplin ilmu tertentu secara khusus. Sebagai contoh, Udin Saefuddin Su’ud mengilustrasikan bahwa pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan) dan mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Konsep seperti itu mengintegrasikan bahasa sebagai pusat pembelajaran yang menghubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran (Su’ud, 2006:5).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pembelajaran Terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara sistematis dan harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang penuh makna karena memiliki relevansi dengan berbagai aspek kehidupan anak baik secara formal maupun secara informal. Secara lebih spesifik dapat diartikan bahwa pendekatan ini merupakan pendekatan yang memadukan beberapa pokok bahasan dalam sebuah perencanaan yang matang yang dipadukan secara realistis dalam bentuk proses pembelajaran di dalam kelas.

Model-Model Pembelajaran Terpadu

Model Pembelajaran Terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara lebih bermakna dan nyata sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan lingkungan hidupnya. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, Robin Fogarty dalam Udin Saefuddin Su’ud mengatakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu:
(1) Model Fragmented,
(2) Model Connected,
(3) Model Nested,
(4) Model Squenced,
(5) Model Shared,
(6) Model Webbed,
(7) Model Threaded,
(8) Model Integrated,
(9) Model Immersed.
(10) Model Networked (Su’ud, 2006: 31).

Secara singkat kesepuluh model tersebut penulis uraikan sebagai berikut:

1. Model Fragmented
Pembelajaran Fragmented seperti pada pembelajaran tradisional yang memisah-misahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran, seperti matematika, sains, dan studi solial, serta humaniora, sanis dan seni. Model ini mengajarkan disiplin-disipin ilmu tersebut secra terpisah tanpa dnya usaha untuk mengaitkan atau memadukan. Baik di jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA setiap disiplin ilmu diajarkan oleh guru, ruang kelas, dan waktu yang berbeda sehingga siswa melihat disiplin ilmu tersebut secara terpisah-pisah. Seorang siswa SMP/MTs memandang bahwa disiplin ilmu masing-masing terpisah-pisah seperti matematika bukanlah sains, sains bukanlah bahasa Inggris, dan bahasa Inggris bukanlah sejarah.

2. Model Connected
Model connected (keterhubungan) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.

3. Model Nested
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Tanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.

4. Model Sequenced
Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar matapelajaran yang berbeda secra paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ihwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama. Pembelajaran terpadu bertahap merupakan pembelajaran yang ditempuh dengan cara mengajarkan yang secara material (bahan ajar) memiliki kesamaan materi dan keterkaitan antar keduanya. Terpadu ini ditempuh dalam upaya mengutuhkan atau menyatukan materi-materi yang bercirikan sama dan terkait.

5. Model Shared
Model ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang tindih ide atau konsep dua mata pelajaran atau lebih. Pembelajaran ini ditempuh didasarkan pada kenyataan bahwa banyak dijumpai terdapatnya suatu kemampuan yang pencapaiannya harus diwujudkan melalui dua atau lebih mata pelajaran.

6. Model Webbed
Model Webbed atau jaring laba-laba bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.

7. Model Threaded
Model ini merupakan pendekatan yang ditempuh secara bergalur (threaded) yaitu dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu. Model ini pun merupakan bentuk pemaduan keterampilan, misalnya melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada meta-curriculum.

8. Model Integrated
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbedapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran, sehingga perlu adanya pengintegrasian multidisiplin. Dalam kaitan ini perlu adanya tema sentral yang akan dibahas yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.

9. Model Immersed
Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Pada model ini keterpaduan terjadi secara internal dan instrinsik yang dilakukan oleh siswa dengan sedikit atau tanpa intervensi dari luar.

10. Model Networked
Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

Kelebihan Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan dibanding model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah:

1. Mendorong guru mengembangkan kreativitas.
Penerapan model pembelajaran terpadu menuntut guru untuk memiliki wawasan, pemahaman, dan kreativitas tinggi karena adanya keharusan untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan (substansi) dengan pokok bahasan lain dari berbagai mata pelajaran. Selain itu, guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitis dan kemampuan kategoris agar dapat memahami keterkaitan dan kesamaan material ataupun metodologi suatu pokok bahasan.

2. Guru dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, dinamis, dan bermakna.
Penerapan model ini memberikan peluang kepada guru untuk dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan guru dan kesiapan siswa dalam belajar. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan.

3. Mempermudah dalam memotivasi siswa.
Model ini memberikan kemudahan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan antarkonsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Secara psikologis, siswa digiring berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan.

4. Menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya pembelajaran karena adanya penyederhanaan langkah-langkah pembelajaran.
Oleh karena itu, penerapan model ini sangat memungkinkan terciptanya perbaikan proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara umum, yakni terciptanya hubungan yang nyata antara konsep atau teori ilmu dengan lingkungan atau tuntutan lingkungan hidup siswa.

Baca Selengkapnya ....

IPS SD: Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS di SD

Posted by Unknown Saturday, June 11, 2011 0 comments
Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS di SD

Kedudukan konsep ilmu, teknologi dan kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan apabila dalam penjelasanya memberi informasi lebih jauh bahwa pemecahan masalah-masalah tersebut menghendaki adanya kedudukan dari berbagai disiplin ilmu.

IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yager yang memasukkan ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebagai bidang penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap, maupun konsep dan proses. Remy (1990) mengemukakan konsep ITM memberikan konstribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang:
(1) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat,
(2) pengambilan keputusan warga negara,
(3) membuat hubungan antar pengetahuan,
(4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.

Melalui suatu studi “Project Synthesis”, Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan sebagai berikut:
(1) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu,
(2) IPS untuk memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini;
(3) IPS Untuk membantu dalam memilih karir,
(4) IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.
Ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Konsep ITM mencakup keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa kritis dalam proses pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar keberadaan ITM adalah lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-masalah krusial dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif

Pendekatan dan Strategi Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pengajaran IPS SD
Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya dalam proses belajar mengajar di kelas IPS, para siswa seyogianya diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik, dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Ada dalam pengajaran IPS, yakni:
(1) infusi ITM ke dalam mata pelajaran yang ada,
(2) perluasan melalui topik kajian dalam mata pelajaran, dan atau
(3) penciptaan/pembuatan mata pelajaran yang baru. Sedangkan karakteristik dari

program integral ITM dalam IPS terdiri atas empat kategori sebagai berikut:
(1) hasilnya dinyatakan secara jelas,
(2) strategi organisasi,
(3) sistem dukungan,
(4) strategi instruksional.

Model Pembelajaran Interaktif dalam PIPS
Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam IPS dapat dilakukan oleh guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan sembilan hal yakni: motivasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, belajar sambil bermain, belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan pemecahan permasalahan serta hubungan sosial. Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai pengajar, motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing dan agen pembaharu. Dengan demikian, kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas memiliki peran aktif, di mana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan mengerjakan tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individual. Dalam situasi belajar yang demikian, siswa akan mendapatkan pengalaman yang berkesan, menyenangkan dan tidak membosankan.

Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan kemampuannya ke arah berpikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Beberapa komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan yaitu: pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian waktu berpikir kepada siswa serta pemberian tuntunan. Sedangkan jenis pertanyaan untuk pengembangan model dialog kreatif ada enam jenis yaitu: pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesa, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawabannya dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa.
Sumber Pembelajaran dalam PIPS

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang saling terkait dalam proses belajar mengajar dan efektivitasnya dapat tercapai dengan memanfaatkan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran IPS dapat menggunakan buku sumber (buku teks, majalah atau koran dan media massa lainnya), media dan alat pengajaran, situasi dan kondisi kelas serta lingkungan.

Bagi guru IPS buku sumber bukan satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat digunakan, karena buku sumber pada umumnya memuat informasi yang sudah lama. Media dan alat peraga dalam pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan perannya sebagai demonstrator. Manfaat media atau alat pembelajaran adalah: mengurangi verbalisme, memusatkan perhatian siswa, mudah diingat, membantu pemahaman siswa serta mendorong untuk melakukan diskusi. Media pembelajaran digolongkan atas 3 kelompok yaitu: media dengar (visual aids), media pandang (auditive aids) dan media raba atau gerak (motor aids). Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga jenis media tersebut.
Kelas dapat dijadikan sumber pembelajaran sangat bergantung kepada guru dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola kelas. Kelas tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlangsungnya PBM, tetapi berfungsi pula sebagai tempat pameran hasil kerja siswa atau pajangan kelas. Hasil kerja siswa yang dipajangkan adalah yang memuat pesan secara jelas, menunjang kegiatan belajar mengajar, menimbulkan minat dan perhatian siswa dan adanya peraturan untuk menggunakannya.

Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan monoton. Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial. Memanfaatkan lingkungan sebagi sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan membawa lingkungan ke dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas

Baca Selengkapnya ....

IPS SD: Nilai dan Sikap serta Keterampilan Intelektual Personal dan Sosial dalam Kurikulum IPS SD

Posted by Unknown 0 comments
Nilai dan Sikap serta Keterampilan Intelektual Personal dan Sosial dalam Kurikulum IPS SD

Nilai berbeda dengan sikap. Nilai itu bersifat umum, mempengaruhi seseorang terhadap sejumlah objek dan terhadap orang. Nilai (value) berkenaan dengan sesuatu yang khusus. Inilah yang membedakan sikap. Sikap biasanya berkenaan dengan yang khusus. Suatu nilai kan ukuran untuk menentukan apakah itu baik atau buruk, nilai juga melakuan seseorang. Orang mendapatkan nilai dari orang lain dalam lingkungannya
Nilai yang dianut seseorang tercermin dari sikapnya. Nilai bersifat utuh, sistem di mana semua jenis nilai terpadu saling mempengaruhi kuat sebagai satu kesatuan yang utuh. Nilai. iuga bersifat abstrak oleh karena itu yang dapat dikaji hanya r-indikatornya saja yang meliputi: cita-cita, tujuan yang dianut aspirasi yang dinyatakan, sikap yang ditampilkan atau nampak, yang diutarakan perbuatan yang dilakukan serta kekuatiran yang (Kosasih Djahri, 1985: 18).

Dalam pendidikan kita meyakini bahwa nilai yang menyangkut ranaB afektif ini perlu diajarkan kepada siswa. Agar siswa mampu menerima nila dengan sadar, mantap dan’dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar para siswa dalam mengembangkan kepribadiannya menuju jenjang kedewasaaJ memiliki kemampuan untuk memilih (dengan bebas) dan menentukan rula yang menjadi anutannya.
Mengajarkan nilai (value) lebih memerlukan “Skill” dibanding dengaJ mengajarkan kepercayaan (belief) dan sikap. Kita tidak bisa menentukaJ bagaimana nilai itu beroperasi dalam diri anak sementara ia berbuat, atau bersikap terhadap sesuatu, padahal kita beranggapan bahwa “nilai” ini tercermin dalam sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu dalam pendidikan nilai, guru tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengena hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukannya. Artinya masih memerlukan waktu untuk menentukan apakah kegiatan belajar-mengajar itu berhasil? Kurang berhasil? Atau tidak berhasil? Bagaimanakah nilai itu sendiri?

Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa pendidikan nilai harus kesesuaiannya dengan kehidupan di luar kelas. Kemudian perlu diingat pula bahwa dalam pengajaran pendidikan nilai guru harus kreatif. Oleh karena itu penyampaiannya tidak selalu harus mengacu kepada isi kurikulum yang tidak tertera dalam rancangan formal, misalnya dari pengalaman, dala kehidupan sehari-hari. Nilai yang disampaikan adalah nilai yang esensia sangat penting, yang sangat berharga bagi kehidupan masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya pula adalah pengajaran/pendidikan nilai harus bermula: dari potensi anak menuju kepada target pendidikan nilai yang diharapkan Tugas guru yang utama adalah meningkatkan tingkat kesadaran nilai pa anak, sadar bahwa ada sistem nilai yang mengatur kehidupan, sadar bahv sistem nilai itu penting sekali bagi kehidupan manusia, sehingga keinginan untuk memilikinya, bahkan merasa wajib untuk membina meningkatkannya dan pada akhirnya yang bersangkutan berupaya ui membakukannya dalam perbuatan sehari-hari.

Apakah Sikap itu ?
Sikap memiliki pengertian yang rumit. Karena itu terdapat berbagai rumusan tentang sikap yang dikemukakan para ahli, disebabkan adanya latar belakang pemikiran dan konsep yang berbeda, Menurut Thursone sikap keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, pemahaman, gagasan, rasa takut, perasaan terancam dan keyakinan-keyakinan tentang sesuatu hal. iirut Rochman Natawidjaya (1984: 20) sikap adalah kesiapan seseorang K memperlakukan sesuatu objek, di dalam kesiapan itu ada aspekkognitif, ta, dan kecenderungan bertindak. Kesiapan sendiri merupakan penilaian dan negatif dengan intensitas yang berbeda-beda unruk waktu tertentu, itu sendiri bisa berubah-ubah.
Bagaimanakah kaitan nilai dengan sikap?
seperti juga halnya dengan sikap, nilai juga dirumuskan secara beragam, landasan berbeda-beda serta tujuan dan disiplin yang berbeda-beda Nilai merupakan konsep dalam ekonomi, filosofi, pendidikan dan -bimbingan juga dalam sosiologi dan antropologi.
Untuk Iebih menegaskan pemahaman kita seperti dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa nilai itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki seseorang atau kelompok, yang mempengaruhi bagaimana seseorang atau kelompok memilih cara, tujuan dan perbuatan yang dikehendakinya sesuai dengan anggapannya bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Nilai yang dimiliki seseorang dapat mengekspresikan mana yang Iebih disukai mana yang tidak, demikianlah, dapat disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap. Nilai merupakan determinan bagi pembentukan sikap. Tetapi harus mad an bahwa tidak ada hubungan “one to one” antara nilai dengan sikap. isng selalu terjadi adalah satu sikap. Yang selalu terjadi adalah satu sikap jiBebabkan oleh banyak nilai (values).

Mari kita ambil contoh yang lebih konkrit, sebagai berikut:
Jika Anda membeli sebuah mobil, sistem nilai yang manakah yang menentukannya? Jika kita renungkan lebih jauh tentu kita menyadari bahv»-sistem nilai yang menentukan pilihan Anda berkenaan dengan berbagai pertimbangan seperti nilai, kekuatan, keamanan, kesukaan, nilai ekonomi dan sebagainya.

Bagaimanakah kaitan sikap dengan. kognitif, afektif dan kecenderunga bertindak?
Seperti sudah dikemukakan di atas bahwa di dalam sikap telah terkandung aspek-aspek kognitif, afektif dan kecenderungan bertindak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara nilai dengan aspek-aspek kognitrj aspek afektif dan kecenderungan bertindak. Dari kajian para ahli dapat ditegaskan bahwa:
Ada hubungan timbal-balik antar nilai dengan kognitif.
Ada hubungan timbal balik antara afektif dengan kognitif.
Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menunJ
kepada terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatan terhadap “belief (keyakinannya).
Aspek nilai dan sikap dari bahan pelajaran yang diberikan guru sangr ditentukan oleh isi materi sebagai hasil pengembangan kurikulum dari topik-topik/sub topik-topik yang mengacu kepada tuntutan kurikulum. Oleh sebar itu ungkapah nilai dan sikap dari topik-topik/sub topik tertentu yang disampaikan guru yang satu mungkin berbeda dari guru lainnya. Hal in membutuhkan kreatifitas guru yang bersangkutan. Uraian nilai dan sikap yang mengacu kepada tuntutan kurikulum berikut ini hanya disinggung secara garis besar.
Butir-butir nilai dan sikap yang dapat dikembangkan dari materi IPS kelas 3 dan 4 banyak sekali, dan hal iru sesungguhnya merupakan tanggung jawab guru IPS sebagai pengembang kurikulum di kelas

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh saja.
Dari topik Lingkungan Sekitar Sub topik: Keluarga Kelas III
Dari hubungan orang tua dan anak-ariak dapat diungkapkan:
a. nilai-nilai kasih sayang, sabar, sopan-santun, patuh, dan sebagainya.
b. sikap, misalriya: sikap bertanggung jawab terhadap keluarga, sikap
simpatik, berdisiplin, mentaati peraturan, menyenangi keindahan dan
kebersihan dan sebagainya.
Desa/Kelurahan
Dari hubungan masyarakat tatanan kehidupan di desa terungkap:
Nilai-nilai, taat, solidaritas, rukun, damai, demokratis, rajin dan sebagainya Sikap, misalnya: menghormati peraturan, semangat persatuan, semangat bergotong-royorig, suka bermusyawarah, mendukung swadaya masyarakat, mendukung upaya pembangunan, semangat berwiraswasta, tolong-menolong dan sebagainya.
Ketrampilan Intelektual, Personal dan Sosial dalam kurikulum IPS SD keias III dan IV
kita pahami bahwa kurikulum IPS di disain untuk membantu iaiam memperolah pengetahuan, pen\ahaman/pengertian, nilai dan nta keterampilan yang diperlukan siswa untuk mempersiapkan dirinya “jenghadapi kehidupan di masyarakat kelak.
Pada pembahasan terdahulu telah dikemukakan pencapaian huan/pemahaman dan pengertian (aspek kognitif), serta sikap dan setaijutnya kita akan bicarakan tentang pencapaian aspek keterampilan yang perlu mendapat perhatian guru dalam kegiatan belajar-mengajar yang dikelolanya. Pencapaian aspek keterampilan ini lebih banyak ditentukan siswa dalam aktivitas belajar secara langsung dan terprogram. Aspek ini tidak mungkin tercapai hanya dengan membaca buku teks atau mendengarkan guru semata-mata. Pencapaian aspek keterampilan ini hanya : dicapai dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada pada siswa itu sendiri
Keterampilan ini bertalian dengan kemampuan untuk mewujudkan pengetahuan dan pengertiannya ke dalam perbuatan. Meliputi penggunaan dan aplikasi pendekatan yang rasional, sehingga dapat diperkenalkan kepada masyarakat Kemampuan ini memerlukan perkembangan pemikiran yang Kritis pada subjek didik. Keterampilan ini antara lain meliputi:
a. Keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi melalui pengumpulan fakta, bacaan, mendengarkan penjelasan dari nara sumber (guru dan Iain-lain) melalui antisipasi aktif dalam diskusi, kunjungan ke lapangan dan sebagainya.
b. Keterampilan berpikir, menafsirkan dan mengorganisasikan informasi yang dipilih dari berbagai sumber, membentuk konsep, merangkumnya kembali dan membentuk generalisasi sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir siswa.
c. Kemampuan mengkritik informasi dan membedakan mana fakta yang opirii. Dengan keterampilan ini siswa dapat berpikir kritis, dapat menunjukkan mana informasi yang fakrual dan mana yang tidak.
d. Keterampilan membuat keputusan berdasarkan mereka mampu mengambil keputusan dengan profesional, tidak asal menyamaratakan saja.
e. Keterampilan memecahkan masalah, menerapkan hasil temuan dalam sistem baru. Termasuk di dalamnya kemampuan memprediksi, memperkirakan hal-hal yang bisa/akan terjadi di masa depan.
f. Keterampilan menggunakan media: globe, peta, grafik, label, dan sebagainya sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam rangka penafsiran atas fakta-fakta dalam memperoleh pengetahuan tentang sesuatu.
g. Keterampilan menyusun laporan, menggunakan peta, mengadakan observasi, melakukan wawancara dan mengadakan penelitian sederhana.
Keterampilan ini mengantarkan. siswa kepada penyelesaian tugas-tugas kegiatan belajar dan kesiapan dalam menghadapi masalah-masalah (termasuk masalah sosial) yang ada dihadapannya.
Untuk memperoleh keterampilan intelektual tersebut di atas siswa perlu dilatih dalam berbagai kegiatan belajar-mengajar. Disinilah pentingnya pendekatan CBSA dilakukan guru dan diterapkan secara sungguh-sungguh dalam strategi dan metode belajar yang dikembangkan. Guru perlu mengembangkan metode mengajar yang dapat menunjang pengembangan potensi intelektual siswa (di samping potensi lainnya).
Dengan mengembangkan belajar-mengajar yang fungsional seperti dikemukakan di muka misalnya dengan metode memecahkan masalah (Prob-fm Solving) atau melalui model-model program lainnya misalnya Program leipadu (multidiciplinary model) yang mengacu kepada topik-topik yang ditentukan dalam kurikulum sasaran pencapaian keterampilan itu dapat dicapai.
2. Keterampilan Personal
Keterampilan personal ini sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan intelektual. Namun dalam pemahamannya ditekankan kepada keterampilan yang sifatnya mandiri.
a. Keterampilan ini ada yang bersifat praktis disebut juga keterampilan psikomotor, seperti keterampilan berbuat, berlatih serta mengkordinasi indera dengan anggota badan. Keterampilan praktis ini nampak dalam hal kemampuan siswa menggambar, membuat peta, membuat model dan
sebagainya.
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja
Misalnya keterampilan menentukan lokasi kerja, mengumpulkan data, menggunakan reference material, membuat kesimpulan dan Iain-lain. Dengan- latihan yang benar siswa diberi peluang untuk memiliki percakapan belajar mandiri dan bekerja mandiri
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok. Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan seseorang di dalam kelompok seperti: menyusun rencana, memimpin diskusi, menilai pekerjaan secara bersama. Keterampilan ini sangat penting dimiliki seseorang dalam mengembangkan pengalamannya. Qleh sebab itu keterampilan ini hanya dapat diraih melalui serangkaian pengalaman dan berkembang secara bertahap
d. Keterampilan akademik atau Keterampilan belajar (Continuing Learning Skills), Keterampilan ini memungkinkan seseorang terampil belaja.-sepanjang hayat. Keterampilan ini sangat esensial dimiliki oleh seha: orang dalam konsep belajar seumur hidup. Sesungguhnya dalam Keterampilan belajar inilah terletak sendi-sendi kemampuan belajar mandiri. Tentu saja untuk tingkat pendidikan dasar sasarannya adalah baru dalam tahapan mengembangkan segenap potensi diriny a di kemudian hari, siswa memiliki semangat, kemampuan dan kepercayaan diri yang sehat.
Yang terpenting adalah bahwa dalam diri siswa tertanam semanga: untuk belajar terus sepanjang hayatnya.
e. Keterampilan lainnya, antara lain: Keterampilan fisik
Keterampilan politik agar melek politik sesuai dengan perkembangar usia dan kemampuan berpikirnya). Keterampilan pengembangan emosional (emotional growth) sebaga. saran utama dalam rangka kemampuan untuk mengendalikan diri
3. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kehidupan dan kerjasama, belajar memberi dan menerima tanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina kesadaran sosial.
Dengan dimilikinya keterampilan ini maka siswa mampu berkomunikasi dengan sesama manusia, lingkungannya di masayarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penerapan IPS dalam kehidupan bermasyarakaL Latihan dan pembihaan yang tampak dalam proses belajar-mengajar antara lain: mampu melaksanakan dengan baik:
• berdiskusi dengan teman -
• bertanya kepada siapapun
• menjawab pertanyaan orang lain
• menjelaskan kepada orang lain
• membuat laporan
• memerankan sesuatu
• dan seterusnya. (Belen dan kawan-kawan, 1990:348).
Oleh karena materi studi sosial sangat luas bahan kupasannya, maka upaya guru untuk membantu siswa-siswa mengembangkan keterampilan/ kemampuan memahami masalah-masalah yang terkandung di dalamnya lurus diintegrasikan sebagai bagian dari bahan pengajaran IPS.
Di samping dilatih kemampuannya dalam berbagai kemampuan tersebut, da satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan guru adalah bagaimana guru nu-ndorong siswa untuk lebih gemar membaca, mencari dan mengolah informasi sesuai dengan kemampuannya. Siswa agar memiliki kebiasaan untuk memahami latar belakang informasi memahami struktur bahan prngajaran, mengerti peristilahan-peristilahan yang sulit/baru, mengikuti porkembangan zaman dan sebagainya.
Diharapkan akan tumbuh kesadaran dari mereka tujuan mereka inembaca/mempelajari materi kajian. Bersikap kritis terhadap bahan kajian dan mampu mengevaluasi terhadap apa yang sudah dipelajarinya sehingga di merasa memiliki kemampuan untuk memberikan kesimpulan dan keputusan.
Sumber Buku Pendidikan IPS SD Karya Drs Ishak, S.U dkk

Baca Selengkapnya ....

Profesi Keguruan: Supervisi Pendidikan

Posted by Unknown Friday, June 10, 2011 0 comments
SUPERVISI PENDIDIKAN
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan yang direncanakanuntuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu belajar menajar pada khususnya agar memperoleh kondisi yang lebih baik.

TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :
1. Meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar dan mutu kurikulum.
2. Mengendalikan penyelenggaraan bidang edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
3. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.
4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.
6. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah.
7. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana.
8. Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid

FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Penelitian (research) → untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu situasi pendidikan
2. Penilaian (evaluation) → lebih menekankan pada aspek daripada negative
3.Perbaikan (improvement) → dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.
4. Pembinaan → berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang disupervisi
5. Memecahkan masalah pengajaran
6. Membantu, mendorng, dan memberikan keyakinan kepada guru untuk mempertbaiki pengajaran.
7. Pengembangan pengalaman, pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru.
8. Memicu unsur yangv terkait dengan pembelajaran.
9. Membantu kepala sekolah/ guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Prinsip-prinsip Supervisi Kependidikan
1. Prinsip-prinsip fundamental
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
2. Prinsip-prinsip praktis
• Tidak otoriter
• Tidak berasas kekuasaan
• Tidak lepas dari tujuan pendidikan
• Bukan mencari kesalahan
• Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
• Sanggup mengembangkan potensi guru dkk
• Memperhatikan kesejahteraanguru dkk
• Memperhitungkan kesanggupan supervised
• Sederhana dan informal
• Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
3. Memberikan bimbingan dan memberikan bantuan untuk mengatasi masalah, bukan mencari kesalahan.
4. Apabila supervisor merencanakan atau memberikan saran, sebaiknya segera. Karena dikhawatirkan akan lupa.
5. Sebaiknya dilakukan secara berkala.
6. Suasana selama supervisi sebaiknya mencerminkan suasana baik antara supervisor dan yang disupervisi.
7. Untuk mencegah terjadi kelupaan, maka sebaiknya supervisor membuat catatan-catatan mengenai hal yang berlangsung selama supervisi, berisi hal penting untuk membuat laporan.
Prinsip Demokratis


TIPE-TIPE SUPERVISOR PENDIDIKAN

1. Otokratis : supervisor penentu segalanya
2. Demokratis : mementingkan musyawarah mufakat dan bekerjasama atau gontong royong secara kekeluargaan.
3. manipulasi diplomatis : mengarahkan orang yang disupervisi untuk melaksanakan apa yang dikehendaki supervisor dengan cara musulihat
4. laissez-faire : memberikan kebebasan dan keleluasan kepada orang yang disupervisi untuk melakukan apa yang dianggap mereka baik.
Tipe-tipe Supervisi
5. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
6. Tipe Coersive
Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal
7. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah.

Peran Guru dalam supervisi
Supervisi bertujuan untuk membantu guru dalm m,emperbaiki proses belajar mengajarmelalui peningkatankompetensi guru itu sendiri. Peran guru dalam supervisi sangamtlah besar. Sehingga guru hendaknya secara aktif hendaknya memberikan masukan kepada supervisor tentang masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar.Sikap terbuka dan kooperatif sangat penting dalam fase perencanaan kegiatan supervisi.

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Dunia Pendidikan.