Kriteria Orang Yang Matang Dan Belum Matang Beragama

Posted by Unknown Sunday, November 25, 2012 0 comments

Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis. puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitasi). Pencapaian tingkat abilitasi tertentu bagi perkembangan rohani biasa disebut dengan istilah kematangan (maturity). Berdasarkan ilmu psikologi agama, latar belakang psikologis baik diperoleh berdasarkan faktor intern maupun hasil pengaruh lingkungan memberi ciri pada pola tingkah laku dan sikap seorang dalam bertindak.

Dalam buku The varieties of religious experience, William James menilai secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:
  • Tipe orang yang sakit jiwa
  • Tipe orang yang sehat jiwa
1. Tipe orang yang sakit jiwa (The sick soul)

Menurut William james, sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ditemui pada orang yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu misal seseorang menyakinkan suatu agama dikarenakan oleh adanya penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah. konflik batin atau pun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah.

2. Tipe orang yang sehat jiwa (Healthy-Mindednes)

Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut N. Star buck yang dikemukankan oleh W. Houston clark dalam bukunya Religion Psychology adalah Optimis dan gembira.

Orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang di buatnya tidak beranggapan sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia, mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi azab.

Latar belakang penyebab perubahan sikap yang mendadak terhadap keyakinan agama akibat dari suatu penderitaan seseorang yang dialami sebelumnya. William james berpendapat bahwa penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor intern dan ekstren dalam psikologi agama dikenal dua sebutan yaitu The sick soul dan the suffering. Tapi pertama dilatarbelakangi oleh faktor intern (dalam diri) sedangkan kedua adalah karena faktor ekstren (penderitaan).

Faktor Intern

Faktor intern diperkirakan menjadi penyebab dari timbulnya sikap keberagamaan yang tidak lazim adalah:
  • Tempramen
Tempramen merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan kejiwaan seseorang.
  • Gangguan Jiwa
Orang yang menderita ganggaun jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkahlakunya. keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditampilkan tergantung dari segi gejala gangguan jiwa yang mereka derita. misal; para Schizoprenia, Paranoia, Psychostenia dan gangguan jiwa lainnya.
  • Konfik dan keraguan
Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seorang mengenai keagamaan mempengaruhi sikap keagamaannya. konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama seperti taat, fanatik ataupun agnostik hingga ke atheis.
  • Jauh dari Tuhan
Orang yang dalam kehidupannya jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan. hal ini menyebabkan terjadi semacam perubahan sikap keagamaan pada diri seseorang.
Ciri-ciri tindak keagamaan orang yang mengalami kelainan kejiwaan umumnya menampilkan sikap :
  • Pesimis / putus asa
Dalam menjalankan ajaran agama mereka cenderung untuk berpasrah diri kepada nasib yang telah diterima.
  • Introvert / objektif bersikap benar dalam bertindak
Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah diperbuat.
  • Menyenangi paham yang orthodox / aliran sesat. Pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih bersifat konservatif dan orthodox.
  • Mengalami proses keagamaan secara graduasi
Proses timbulnya keyakinan terhadap ajaran agama umumnya tidak berlangsung melalui prosedur yang biasa yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan kemudian mengamalkannya dalam bentuk amalan rutin yang wajar.
Faktor ekstren

1.Musibah

Musibah yang serius dapat menggoncangkan kejiwaan seseorang. keguncangan jiwa ini sering menimbulkan kesadaran pada diri manusia, berbagai macam tafsiran bagi mereka waktu sehatnya kurang memiliki pengalaman dan kesadaran agama yang cukup umumnya menafsirkan musibah sebagai peringatan Tuhan kepada dirinya.

2. Kejahatan

Orang yang menekuni kehidupan dilingkungan dunia hitam, baik sebagai pelaku maupun sebagai pendukung kejahatan umumnya akan mengalami keguncangan batin dan rasa berdosa. perasaan itu mereka tutupi dengan perbuatan yang bersifat kompensatif. Seperti melupakan sejenak minuman keras, berjudi, maupun berfoya-foya. Namun upaya untuk menghilangkan keguncangan batin sering tidak berhasil. Karena itu jiwa mereka menjadi labil dan terkadang dilampiaskan dengan tindakan yang brutal, pemarah, mudah tersinggung, dan berbagai tindakan negatif lainnya.






Baca Selengkapnya ....

Askep Infeksi Saluran Kemih

Posted by Unknown Wednesday, November 21, 2012 0 comments

Pengkajian

1. Biodata Pasien
  • Nama
  • Umur
  • Jenis kelamin
  • Agama
  • Status
  • Pekerjaan
  • Alamat
2. Biodata Penanggung Jawab
  • Nama
  • Umur
  • Jenis kelamin
  • Agama
  • Status
  • Pekerjaan
  • Alamat
3. Riwayat Kesehatan
  • Riwayat Kesehatan Sekarang
  • Riwayat Kesehatan Dahulu
  • Riwayat Kesehatan Keluarga

 4. Kebiasaan Sehari-hari
  • Makan / Minum
  • Eliminasi
  • Personal Hygiene
  • Aktivitas
5. Pemerikasaan fisik / Head To Toe

Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
  2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
  3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
  • Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih
Intervensi:
  • Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang. Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
  • Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri. Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
  • Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan. Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
  • Berikan perawatan perineal. Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
  • Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari. Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
  • Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan. Rasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.

2. Diagnosa 2 : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
  • Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
  • Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin. Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
  • Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
  • Kaji keluhan pada kandung kemih. Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
  • Observasi perubahan tingkat kesadaran. Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
Kolaborasi:
  • Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin. Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
  • Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin. Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3. Diagnosa 3 : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
KriteriaHasil : 
  • Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
  • Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya. Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
  • Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang. Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
  • Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan. Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
  • Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari. Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
  • Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan. Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

Sumber : http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html

Artikel terkait : Infeksi saluran kemih (ISK)

Baca Selengkapnya ....

Askep Appendiksitis

Posted by Unknown Tuesday, November 20, 2012 0 comments

1. Pengkajian

a. Biodata Pasien :
  • Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Biodata Penaggung Jawab :
  • Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat.
c. Riwayat Kesahatan Pasien :
  • Riwayat Kesehatan Dahulu
  • Riwayat Kesehatan Sekarang : keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.
  • Riwayat Kesehatan Keluarga

d. Kebiasaan Sehari-hari :
  • Makan dan Minum
  • Eliminasi : BAK dan BAB
  • Personal Hygiene
e. Pemeriksaan Fisik / Head To Toe
  • Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
  • Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.
  • Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.
  • Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
  • Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
  • Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
  • Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
2. Diagnosa
  • Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi.
  • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri.
  • Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
  • Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral.
3. Intervensi

a. Diagnosa 1 :
Tujuan :
  • Nyeri berkurang / hilang dengan
Kriteria Hasil :
  • Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.
Intervensi :
  • Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. R/ Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.
  • Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler. R/ Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
  • Dorong ambulasi dini. R / Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
  • Berikan aktivitas hiburan. R/ Meningkatkan relaksasi.
  • Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika. R/ Menghilangkan nyeri.
b. Diagnosa 2 :
Tujuan :
  • Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
  • Klien dapat bergerak tanpa pembatasan, Tidak berhati-hati dalam bergerak.
Intervensi :
  • Catat respon emosi terhadap mobilitas. R/ Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.
  • Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien. R/ Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.
  • Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif. R/ Memperbaiki mekanika tubuh.
  • Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan. R/ Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.
c. Diagnosa Keperawatan 3 :
Tujuan :
  • Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
  • Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan
  • Intervensi :
  • Ukur tanda-tanda vital. R/ Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
  • Observasi tanda-tanda infeksi. R/ Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
  • Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptic. R/ Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
  • Observasi luka insisi. R/ Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.
d. Diagnosa Keperawatan 4 :
Tujuan :
  • Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
  • Agar kebutuhan cairan teratasi
Intervensi :
  • Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh. R/ Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
  • Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa. R/ Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.
  • Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena. R/ Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2011/12/askep-pasien-appendiksitis.html


Baca Selengkapnya ....

Pembentukan Kepribadian Muslim Sebagai Ummah

Posted by Unknown Monday, November 19, 2012 0 comments

Pembentukan kepribadian Muslim sebagai individu, adalah pembentukan kepribadian yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. factor dasar pengembangan dan ditingkatkan kemampuannya melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-norma Islam. Sedangkan factor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam seperti contoh, teladan, nasihat, anjuran, ganjaran, pembiasaan, hukuman, dan pembentukan lingkungan serasi.

Komunitas Muslim (kelompok seakidah) ini disebut ummah. Individu merupakan unsur dalam kehidupan masyarakat. Maka dengan membentuk kesatuan pandangan hidup pada setiap individu, rumah tangga, diharapkan akan ikut mempengaruhi sikap dan pandangan hidup dalam masyrakat, bangsa, dan ummah. Adapun pedoman untuk mewujudkan pembentukan hubungan itu secara garis besarnya terdiri atas tiga macam usaha, yakni : (1) memberi motivasi untuk berbuat baik, (2) mencegah kemungkaran dan, (3) beriman kepada Allah. Untuk memenuhi tiga persyaratan itu, maka usaha pembentukan kepribadian Muslim sebagai ummah dilakukan secara bertahap, sesuai dengan ruang lingkup dan kawasan yang menjadi lingkungan masing-masing.

Abdullah al-Daraz membagi kegiatan pembentukan itu menjadi empat tahap meliputi:

a. Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga

Bentuk penerapannya adalah dengan Cara melaksanakan pendidikan akhlak dilingkungan keluarga. Langkah yang ditempuh adalah;
  • Memberikan bimbingan untuk berbuat baik kepda kedua orang tua
  • Memelihara anak dengan kasih saying
  • Memberi tuntunan anak akhlak kepada anggota keluarga.
  • Membiasakan untuk mengahargai peraturan-peraturan dalam rumah.
  • Membiasakan untuk memenuhi kewajiban sesame kerabat seperti ketentuan soal waris.
Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga dinilai penting. Pertama, keluarga paling berpotensi untuk membentuk nilai – nilai dasar, karena lingkungan sosial pertama kali yang dikenal anak. Kedua, Keluraga menempati peran penting dalam pembentukan masyarakat. Keluarga senagai organisasi sosial yang paling kecil, tapi mempengaruhi masa depan suatu masyarakat.

b. Pembentukan nilai-nilai dalam hubungan sosial

Kegiatan hubungan sosial mencakup upaya penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan sosial langkah-langkah pelaksanaanya mencakup:
  • Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela.
  • Mempererat hubungan kerjasama dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat mengarah kepada rusaknya hubungan sosial.
  • Menggalakkan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan memberi manfaat dala kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan kasalahan, menepati janji, memperbaiki hubungan antar manusia, dan amanah.
  • Membina hubungan menurut tata tertib, seperti berlaku sopan, meminta izin ketika masuk rumah, berkata baik, serta memberi dan membalas Salam.
c. Membentuk nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa.

Adapun upaya untuk membentuk nilai-nilai Islam dalam konteks ini adalah;
  • Kepala negara menerapkan prinsip musyawarah, adil, jujur, dan tanggung jawab.
  • Masyarakat Muslim berkewajiban mentaati peraturan, menghindarkan dari perbuatan yang merugikan keharmonisan hidup berbangsa.
d. Pembentukan Nilai-nilai Islam dalam Hubungannya dengan Tuhan.

Baik secara individu atau secara ummah, kaum muslimin diharuskan untuk senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT. Nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam membina hubungan itu mencakup:
  • Senantiasa beriman kepada Allah.
  • Bertaqwa kepada-Nya
  • Menyatakan syukur atas segala nikmat Allah dan tidak berputus asa dalam mengaharapkan rahmat-Nya.
  • Berdo’a kepada Allah, mensucikan diri, mengagungkan-Nya serta senantiasa mengingat-Nya
  • Menggantungkan niat atas segala perubahan kepada-Nya.
Realisasi dari pembinaan hubungan yang baik kepada Allah ini adalah cinta kepada Allah. Puncaknya adalah menempatkan rasa cinta kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Dengan menerapkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segalanya, diharapkan kepribadian Muslim sebagai individu maupun sebagai ummah akan membuahkan sikap untuk lebih mendahulukan kepentingan melaksanakan perintah khalikNya dari kepentingan lain.

Pembentukan kepibadian Muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi (individu) maupun secara komunitas (ummah) untuk menjadi pengabdi Allah yang setia. Pada tingkat ini terlihat bahwa filsafat pendidikan Islam memiliki sifat yang mendasar (sejalan dengan fitrah), universal (umum) dan terarah pada tujuan yang didasarkan atas konsep yang jelas dan benar adanya.

Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/pembentukan-kepribadian-muslim-menurut.html

Artikel terkait :

Baca Selengkapnya ....

Tarekat Naqhsbandiyah

Posted by Unknown Saturday, November 17, 2012 0 comments

Pendiri Tarekat Naqshabandiyah nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Al-Husayni Al-Uwaysi Al-Bukhari. Ia lahir di Qasrel Arifan, sebuah desa di kawasan Bukhara, Asia Tengah, pada bulan Muharram tahun 717 H/1317 M. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Sayyidina Al-Husain RA.

Semua keturunan Al-Husain di Asia Tengah dan anak benua India lazim diberi gelar shah, sedangkan keturunan Al-Hasan biasa dikenal dengan gelar zadah dari kata bahasa Arab saadah (bentuk plural dari kata sayyid) sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tentang Al-Hasan RA, ''Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyid''.

Shah Naqshaband diberi gelar Bahauddin karena berhasil menonjolkan sikap beragama yang lurus, tetapi tidak kering. Kemudian, sikap beragama yang benar, tetapi penuh penghayatan yang indah.


Pada masanya, tradisi keagamaan Islam di Asia Tengah berada di bawah bimbingan para guru besar sufi yang dikenal sebagai khwajakan (bentuk plural dari 'khwaja' atau 'khoja' dalam bahasa Persia berarti para kiai agung). Dan pembesar mereka adalah Khoja Baba Sammasi yang ketika Muhammad Bahauddin lahir, ia melihat cahaya menyemburat dari arah Qasrel Arifan, yaitu saat Sammasi mengunjungi desa sebelah.

Sammasi lalu memberitahukan bahwa dari desa itu akan muncul seorang wali agung. Sekitar 18 tahun kemudian, Khoja Baba Sammasi memanggil kakek Bahauddin agar membawanya ke hadapan dirinya dan langsung dibaiat. Ia lalu mengangkat Bahauddin sebagai putranya.

Sebelum meninggal dunia, Baba Sammasi memberi wasiat kepada penggantinya, Sayyid Amir Kulali, agar mendidik Bahauddin meniti suluk sufi sampai ke puncaknya seraya menegaskan, "Semua ilmu dan pencerahan spiritual yang telah kuberikan menjadi tidak halal bagimu kalau kamu lalai melaksanakan wasiat ini!"

Meniti jalan spiritual

Bahauddin pun berangkat ke kediaman Sayyid Amir Kulali di Nasaf dengan membawa bekal dasar yang telah diberikan oleh Baba Sammasi. Sammasi menyatakan jalan tasawuf dimulai dengan menjaga kesopanan tindak-tanduk dan perasaan hati agar tidak lancang kepada Allah, Rasulullah, dan guru.

Bahauddin juga percaya bahwa sebuah jalan spiritual hanya bisa mengantarkan tujuan kalau dilalui dengan sikap rendah hati dan penuh konsistensi. Karena itu, melakukan makna eksplisit dari sebuah perintah barangkali harus diundurkan demi menjaga kesantunan.

Inilah yang dilakukan oleh Bahauddin ketika dihentikan oleh seorang lelaki berkuda yang memerintahkan dirinya agar berguru pada orang tersebut. Dengan tegas, tetapi sopan; ia menolak seraya menyatakan bahwa dia tahu siapa lelaki itu. Masalah berguru kepada seorang tokoh adalah persoalan jodoh; meskipun lelaki berkuda tadi sangat mumpuni, ia tidak berjodoh dengan Bahauddin.

Setelah tiba di hadapan Sayyid Amir Kulali, Bahauddin langsung ditanya mengapa menolak perintah lelaki berkuda yang sebenarnya adalah Nabi Khidir AS? Beliau menjawab, "Karena hamba diperintahkan untuk berguru kepada Anda semata!"

Di bawah asuhan Amir Kulali, Bahauddin mengalami berbagai peristiwa yang mencengangkan. Di antaranya, beliau pernah ditangkap oleh dua orang tak dikenal dan dikirimkan ke makam seorang wali. Di sana, dia mendapatkan lentera yang minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang, tetapi apinya hampir padam.






Baca Selengkapnya ....

Standar isi, Standar Kelulusan, Standar Proses

Posted by Unknown Thursday, November 15, 2012 0 comments
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.

Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

Standar Proses : Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Proses Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.

Download STANDAR ISI                            DISINI
Download STANDAR KELULUSAN         DISINI
Download STANDAR PROSES                  DISINI


Baca Selengkapnya ....

Tipologi Pemikiran Islam Di Timur Tengah

Posted by Unknown Tuesday, November 13, 2012 0 comments

Berakhirnya kolonialisme dan imperalisme Barat di negara-negara Islam, telah mengetuk kesadaran umat akan keterbelakangan, kebodohan, kejumudan dan ketertindasan. Kesadaran ini lebih terasa lagi ketika diingat bahwa lintasan sejarah Islam pernah menorehkan tinta emas peradabannya. Islam pernah berada dalam posisi terdepan dalam penggung peradaban dunia, berbarengan dengan keunggulannya di pelbagai dimensi kehidupan ; ekonomi, Iptek, militer, politik dan sebagainya.

Umat Islam belum sempat bangkit dari keterpurukannya akibat kolonialisme, krisis Timur Tengah kembali mencuat dengan munculnya konflik Arab-Israel. Pukulan telak menimpa dunia Islam setelah Israel berhasil “memenangkan” konflik itu yang membuat mereka bertanya-tanya : what’s wrong dengan sekumpulan negara besar yang mempunyai jumlah tentara dan peralatan yang cukup memadai dipaksa kalah oleh Israel - negara kecil dengan tidak lebih dari tiga juta penduduknya? Pada tahun 1967 dianggap sebagai “penggalan” (qathi’ah) dari keseluruhan wacana Arab modern, karena masa itulah yang mengubah cara pandang bangsa Arab terhadap beberapa problem sosial-budaya yang dihadapinya. Inilah awal mula apa yang dinamakan kritik-diri yang kemudian direfleksikan dalam wacana-wacana keilmiahan, baik dalam ranah akademis maupun literatur-literatur ilmiah lainnya.


Langkah pertama yang dilakukan oleh para intelektual Arab adalah menjelaskan sebab-sebab kekalahan (tafsir al-azmah) tersebut. Di antara sebab-sebab yang paling signifikan adalah masalah cara pandang orang Arab kepada budaya sendiri dan kepada capaian modernitas. Karena itu, pertanyaan yang mereka ajukan adalah; bagaimana seharusnya sikap bangsa Arab dalam menghadapi tantangan modernitas dan tuntutan tradisi? Telah lebih dari dua dekade, masalah tersebut terus dibicarakan dan didiskusikan dalam seminar-seminar, dalam bentuk buku, artikel dan publikasi lainnya.

Lalu masalah tersebut menjadi common denominator untuk setiap intelektual Arab yang peduli terhadap masalah kearaban dan keislaman. Persoalan itu sebenarnya bukan tidak pernah dibahas oleh pemikir-pemikir Arab sebelumnya. Secara implisit, topik semacam itu pernah dilontarkan oleh Muhammad ‘Abduh dan ‘Abd al-Rahman Kawâkibi. Namun sebagai satu wacana epistemik, masalah tersebut baru mendapat sambutan luas pada dua dekade terakhir. Lebih dari itu semua, masalah tradisi dan modernitas telah menjadi agenda penting untuk proyek peradaban pemikiran Arab berikutnya.

Gerakan-gerakan pemikiran Islam di Timur Tengah muncul dan berkembang dari latar belakang situasi sosio-politik seperti tergambar di atas. Gerakan-gerakan itu dalam tataran idealisme, berada dalam aras persepsional yang sama antara gerakan pemikiran satu dengan yang lain, tetapi dalam tataran corak atau aksentuasi intelektualitas dan orientasi mereka berbeda, bahkan dalam banyak kasus bertolak belakang.

Issa J. Boullata membagi pemikiran Islam Timur Tengah menjadi dua kecenderungan, yaitu progresif-modernis dan konservatif-tradisionalis. Menurutnya, kelompok progresif-modernis adalah gerakan pemikiran yang mengidealkan tatanan masyarakat Arab yang modern, dengan kata lain, gerakan pemikiran yang berorientasi ke masa depan (future oriented). Pola berfikir mereka tidak keluar dari frame metodologi Barat yang mereka klaim sebagai satu-satunya alternatif untuk membangun peradaban Arab modern. 

Gerakan pemikiran ini secara mayoritas diwakili oleh kalangan yang pernah belajar dan berinteraksi dengan pemikiran Barat. Adapun kelompom konservatif-tradisional adalah gerakan pemikiran yang memiliki pola pikir dengan frame klasik (salaf). Mereka sangat membanggakan kemajuan dan kejayaan Islam masa lampau, dan untuk membangun kamajuan dan kejayaan peradaban Islam masa mendatang, pemikiran Islam harus berbasis metodologi pemikiran Islam klasik (past oriented).

Muhammad Imarah sedikit berbeda dengan Issa J. Boullata dalam memetakan pemikiran Islam Timur Tengah. Imarah membagi kecenderungan pemikiran Islam Timur Tengah dalam tiga varian, yaitu: Pertama, tradisional-konservatif; kedua, reformis (al-ishlah wa al-tajdid); dan ketiga, sekuler. Luthfi as-Syaukanie dalam bahasa yang berbeda membagi antara tipologi transformatik, reformistik dan ideal-totalistik.





Baca Selengkapnya ....

Askep BBLR

Posted by Unknown 0 comments

1. Pengkajian

a.Biodata Pasien :
  • Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, dan nomor register.
b.Biodata Penaggung Jawab :
  • Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat.
c.Riwayat Kesahatan Pasien :
  • Riwayat Kesehatan Dahulu
  • Riwayat Kesehatan Sekarang
  • Riwayat Kesehatan Keluarga
d.Kebiasaan Sehari-hari :

  • Makan dan Minum
  • Eliminasi : BAK dan BAB
  • Personal Hygiene
e. Pemeriksaan Fisik / Head To Toe

2. Diagnosa
  • Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
  • Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
  • Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat.
3. Intervensi

a. Diagnosa Keperawatan 1 :
  • Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan :Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :
  • Kebutuhan oksigen menurun, Napas spontan, adekuat, Tidak sesak, Tidak ada retraksi
Intervensi :
  • Berikan posisi kepala sedikit ekstensi, Berikan oksigen dengan metode yang sesuai, Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
b. Diagnosa Keperawatan 2 :
  • Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Tujuan : Pertukaran gas adekuat
Kriteria :
  • Tidak sianosis, Analisa gas darah normal, Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
  • Lakukan isap lendir kalau perlu, Berikan oksigen dengan metode yang sesuai, Observasi warna kulit, Ukur saturasi oksigen, Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan, Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan, Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah, Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan
c. Diagnosa Keperawatan 3 :
  • Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria :
  • Turgor kulit elastis, Tidak ada edema, Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam, Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
  • Observasi turgor kulit, Catat intake dan output, Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit, Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah.
d. Diagnosa Keperawatan 4 :
  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan : Nutrisi adekuat
Kriteria :
  • Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
  • Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat, Observasi dan catat toleransi minum, Timbang berat badan setiap hari, Catat intake dan output, Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu.

Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2011/12/askep-pasien-bblr.html

Baca Selengkapnya ....

Askep Ibu Hamil

Posted by Unknown Monday, November 12, 2012 0 comments

1. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :

1. Data subyektif :
  • Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
  • Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
  • Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
  • Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
  • Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
  • Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
2. Data Obyektif :
  • Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
  • Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
  • Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
  • Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
Pemeriksaan penunjang :
  • Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
  • Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
  • Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
  • Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
  • USG ; untuk mengetahui keadaan janin
  • NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

2. Diagnosa Keperawatan
  • Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
  • Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

3. Intervensi

a. Diagnosa keperawatan I. 

1.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
2.Kriteria Hasil :
  • Ibu mengerti penyebab nyerinya
  • Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
3.Intervensi :
  • Kaji tingkat intensitas nyeri pasien : R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
  • Jelaskan penyebab nyerinya : R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
  • Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul : R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
  • Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri : R/. untuk mengalihkan perhatian pasien.

b. Diagnosa keperawatan II :

1.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
2.Kriteria Hasil :
  • Ibu tampak tenang
  • Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
  • Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
3.Intervensi :
  • Kaji tingkat kecemasan ibu : R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
  • Jelaskan mekanisme proses persalinan : R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif
  • Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif : R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
  • Beri support system pada ibu :R/. Ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati.


Baca Selengkapnya ....

Ujian (Nasional) Kejujuran

Posted by Unknown Friday, November 9, 2012 0 comments
oleh :

Dr. Eddy Nurtjahya, M.Sc (Dosen FPPB UBB)





"Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel"


MENDIKBUD M Nuh di sebuah stasiun televise swasta beberapa hari lalu, menyatakan bahwa kebocoran soal UN merupakan persepsi, dan 75 persen siswa terdorong untuk mempersiapkan diri belajar lebih keras karena UN ini, dan berita dari Kemendikbud menyebut 58 persen siswa mengalami stress karena pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK tahun ini.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelulusan 100 persen menjadi target dan pengukur keberhasilan kinerja dinas pendidikan kabupaten/kota. Beberapa pengamat pendidikan mencatat upaya mencapai harapan itu di beberapa daerah dilakukan melalui proses yang tidak mendidik. Kejujuran pelaksanaan di sebagian daerah ditengarai tidak dijunjung tinggi. Sebagian pendidik dan orang tua di beberapa daerah yang menyesalkannya. Pendidikan, yang mengikuti pengajaran guru, selama hampir tiga tahun dengan penerapan kedisiplinan, ketekunan, dan kejujuran, tiba-tiba menjadi tidak berarti di akhir masa pendidikan dan pengajaran.

Prosedur standar pengawasan

Setiap ruang ujian diawasi oleh dua orang pengawas ruang yang berasal dari sekolah lain atau pengawas silang. Pengawas ruang menjelaskan ke siswa 15 menit sebelum pelaksanaan ujian dan mengingatkan pentingnya penulisan data pribadi, kode sekolah, dan mengingatkan untuk tidak membawa alat elektronik kedalam ruang, melakukan dengan jujur dan mengingatkan akan berakhirnya waktu ujian, lima menit sebelum berakhir. Pada UN SMA/MA dan SMK yang baru lalu, terdapat satu orang pengawas satuan pendidikan dari perguruan tinggi. Selain pengawas ruang dan siswa, orang lain tidak diperkenankan masuk, dan karenanya tulisan “Dilarang masuk selain peserta ujian dan pengawas” Ditempel di bagian depan setiap ruang.

Pengawas ruang tidak diperkenankan membawa telpon seluler. Di dalam POS tertulis sanksi bagi siswa dan pengawas ruang yang melanggar. Selain itu, untuk menghindari menyontek terdapat lima tipe soal: A, B, C, D, E, unutk SMA/MA dan SMK atau empat untuk SMP/MTs di setiap pelaksanaan ujian. Dan setiap hari, denah tipe soal yang disediakan menyertai soal ujian, berubah. Perubahan denah tempat duduk disebutkan menyebabkan kegelisahan siswa terutama pada hari pertama penyelenggaraan UN.

Kelancaran dan keamanan pelaksanaan ujian dipantau oleh satuan pengawas pendidikan atau lebih dikenal dengan pengawas independen dan petugas dari kepolisian sektor terdekat.

Namun demikian pada pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK minggu lalu, dilaporkan adanya temuan penggunaan HP oleh segelintir siswa di sebuah daerah di Pulau Sulawesi. Padhal HP disebut dilarang dan semestinya selalu disampaikan lima menit sebelum pelaksanaan ujian oleh guru pengawas ruang. Alat elektronik dilarang dibawa masuk oleh siapapun termasuk guru pengawas ruang sesuai di POS (prosedur operasional standar) UN Tahun 2012. Cara klasikal yang tidak mandiri alias kerjasama atau KS istilah gaulnya, beresiko kelihatan, namun tidak tertutup kemungkinan masih menjadi pilihan yang jitu di sebagian sekolah di sebagian daerah. Namun perlu juga mencermati komentar berita tv swasta diatas yang menuliskan bahwa "guru diam saja". Karena duduk di depan, bisa saja tidak meragukan gerak-gerik yang mencurigakan, atau tidak tertutup kemungkian “pembiaran”. Pengawasan ruang guru oleh yang bukan dari sekolah yang bersangkutan, pengawasan silang, dimaksudkan untuk menghindari kerjasama antara guru pengawas ruang dan siswa dalam bentuk pembiaran pencontekan.

Pemicu kekurangan

Tingkat kelulusan 100 persen adalah alasan klasik. Dengan komposisi gabungan nilai rapot untuk mata pelajaran yang diuji secara nasional dan ujian sekolah (US) sebanyak 40 persen dan UN 60 persen, siswa telah menabung nilai demi kelulusannya. Faktor lain yang berkembang kemudian adalah, selain tingkat kelulusan juga nilai UN yang tinggi. Ada target bahwa perbedaan nilai antar siswa semakin kecil. Tentu adalah bangga bagi suatu sekolah jika terdapat siswa yang memperoleh nilai UN tertinggi. Target yang semestinya menjadi salah satu motivasi bagi sekolah untuk membekali siswa lebih baik dan siap dalam UN, tidak jarang berujung pada upaya membantu siswa dalam pelaksanaan ujian. Pembentukan karakter menjadi salah satu cirri pendidikan akhirnya menjadi impian saja. Pengalaman siswa dengan kondisi demikian secara bersama-sama dengan teman sekelas, dengan teman se sekolah, dan dengan teman semua sekolah lain di daerahnya, dan di daerah dan di kabupaten dan provinsi lain akan menanamkan keyakinan yang salah bagi siswa-siswa. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian guru pengawas, dan/ atau pengawas satuan pendidikan, dan/ atau pihak-pihak lain pada kondisi seperti ini tentu akan diamini siswa sebagai hal yang positif, suatu bentuk tanggung jawab dan solidaritas pihak lain yang tinggi, dan celakanya jika diakui sebagai bentuk kegiatan yang mulia.

Evaluasi Nasional

Jika UN 2012 berjalan dengan jujur, maka nilai UN mampu menjawab pertanyaan seberapa besar perbedaan pengajaran yang dilakukan diseluruh negeri. Data ini tentunya diperlukan sebagai bekal peningkatan sebagian sekolah di sebagian daerah. Banyak manfaat yang dapat dipetik baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, sekolah dan masyarakat sekitar dalam peningkatan pengajaran di sekolah- sekolah yang belum memenuhi standar yang ada. Namun jika data yang diperoleh tidak benar, para pemangku kepentingan, termasuk perusahaan dan masyarakat luas tidak dapat berperan serta dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran dengan jitu pada sekolah yang seharusnya membutuhkan. Keberadaan pengawas satuan pendidikan pun tidak akan berarti banyak dalam upaya mendukung tingkat kejujuran UN sekurang-kurangnya tanpa komitmen dari guru pengawas ruang, dan pihak sekolah.

Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel, asalkan mempertimbangkan sampling yang mewakili seluruh propinsi. Contoh harus mewakili lokasi sekolah, kecamatan, kabupaten, sekolah negeri dan swasta, dan jumlah minimal ulangan kelas, program IPA dan IPS untuk SMA, dan selama empat hari pelaksanaan ujian. Pengambil sampel harus dapat memotret secara keseluruhan selama pelaksanaan ujian termasuk kepatuhan terhadap rambu-rambu yang ada baik untuk siswa, pengawas ruang, pengawas satuan pendidikan, dan sekolah.

Sekalipun tidak dapat di generalisir beberapa kejadian yang sempat menjadi berita utama disurat kabar saat pelaksanaan UN tahun ini, cukup dimengerti keraguan beberapa pimpinan universitas akan peran UN sebagai salah satu pengganti ujian masuk perguruan tinggi yang pernah menjadi berita hangat beberapa waktu lalu.

Campus Talks! Bapos, Jumat (27/04/2012)

Baca Selengkapnya ....

Evaluasi Pendidikan

Posted by Unknown Thursday, November 8, 2012 0 comments

Rangakaian akhir dari suatau proses kependidikan Islam adalah Evaluasi atau penialaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukannya evaluasi out put yang dihasilkannya. Maka secara sederhana Evaluasi pendidikan dapat diberikan batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam.

Dalam ruang lingkup yang terbatas, Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sedangkan dalam ruang lingkup yang luas, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen ynag terlibat di dalamnya) dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan serta pelaksanaan dan berakhir pada kepribadian muslim.

Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi peserta didik, evaluasi berguna untuk peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkahlaku secara sadar kea rah yang lebih baik. Ketiga, dari segi ahli fakir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan teori itu kembali, pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman. Keempat, dari segi politik mengambilkebijakan pendidikan Islam (pemerintah) evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenahisistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapakan.


Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan vertical.

Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait dengan diri,sesame manusia, dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai thubungan yang abadi dengan sang khalik.

Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendididkan Islam diarahkan kepada dua dimensi diatas. Secara khusus tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Sebagai tindak lanjut dari tujuan ini adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan lemah.

Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yng secara garis besarnya meliputi empet hal, yaitu:
  1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhan.
  2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
  3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
  4. Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah,anggota masyarakat,khalifah Allah SWT.
Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis yaitu :
  1. Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkahlaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
  2. Sejauhmana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat seperti ahklak mulia dan disiplin.
  3. Bagaiman peserta didik mengolah dan memelihara serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
  4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.

Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada system evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagaimana telah dikembangkan oleh Rasullanya Muhammad SAW. maka secara umum system evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
  1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan.(QS. Al Baqarah 2:155)
  2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasullullah Saw kepada umatnya (QS. An-Naml 27:40)
  3. Untuk menentukan klasifikasi tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang.(QS. Ash Shaaffat 37: 103-107)
  4. Untuk mengukur daya kognisi hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya.(QS Al Baqarah 2:31)
  5. Memberi semacam tabsyir bagi yang beraktifitas baik, dan memberi semacam iqab bagi mereka yang beraktifitas buruk (QS. Az-Zalzalah 99: 7-8)
  6. Allah dalam mengevaluasi hambanya tanpa memandang formalitas tapi memandang subtansi dibalik tindakan hambanya.(QS. QAl-Hajj 22;37)
  7. Allah memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadi ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah 5:8) .
Analisa

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses pendidikan dimana hakekat evaluasi adalah sebagai imbal balik antara pendidik dan peserta didik atau feed beck, berhasil atau tidakkah seorang pendidik mentrasfer ilmu pengetahuannya kepada peserta didik atau dalam arti lain untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam dengan komponen dan unsure yang terlibat didalamnya.

Tags : Evaluasi pendidikan, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikansistem evaluasi dalam pendidikan

Baca Selengkapnya ....

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN

Posted by Unknown 0 comments


            Manajemen yang secara umum artinya pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta (objective) atau tujuan-tujuan tertentu Atmosudirdjo  (1986:158). Sedangkan menurut Siagian  (1989:5) manajemen  dapat  didefinisikan  sebagai  kemampuan  atau  ketrampilan  untuk  memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. menurut Terry  dalam  Manullang  (2005:1)  manajemen  adalah  pencapaian  tujuan  yang  ditetapkan terlebih  dahulu  dengan  mempergunakan  kegiatan  orang  lain.  Jadi  dapat  disimpulkan manajemen  adalah  suatu  pengendalian  dan  pengawasan  kegiatan /  aktivitas  orang  atau kelompok orang dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

            Sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran, berarti sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang dapat dikenal sebagai bagian yang saling melengkapi karena mempunyai sasaran dan tujuan yang sama.

            Informasi  adalah  data  yang  telah  diolah  menjadi  sebuah  bentuk  yang  berarti  bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana   untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

            Sedangkan  pendidikian  pada  dasarnya  adalah  proses  komunikasi  yang  di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dan generasi ke generasi.

            Manajemen sistem informasi pendidikan adalah sistem yang didisain untuk kebutuhan manajemen  dalam  upaya  mendukung  fungsi-fungsi  dan  aktivitas  manajemen  pada  suatu organisasi  pendidikan.  Maksud  dilaksanakannya  manajemen  sistem  informasi  pendidikan adalah sebagai pendukung kegiatan fungsi manajemen seperti planning, organizing, staffing, directing,  evaluating,  coordinating,  dan  budgeting  dalam  rangka  menunjang  tercapainya sasaran dan tujuan fungsi-fungsi operasional dalam organisasi pendidikan. Dalam  kenyataannya,  sistem  informasi  sering  dikaitkan  dengan  teknologi,  dengan komputer khususnya. Sesungguhnya yang dimaksud sistem informasi tidak harus melibatkan komputer,  sistem  informasi  yang  menggunakan  komputer  biasa  disebut  sistem  informasi berbasis komputer (computer based information system atau CBIS), tetapi dalam prakteknya sistem  informasi  lebih  sering  dikait-kaitkan  dengan  komputer.  Berikut  beragam  definisi sistem informasi :

1. Turban, McLean, dan Wetherbe (1999)

Sistem informasi adalah sebuah sistem informasi yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses,  menyimpan,  menganalisis,  dan  menyebarkan  informasi  untuk  tujuan  yang spesifik.

2. Bodnar dan HopWood (1993)
Sistem  informasi  adalah  kumpulan  perangkat  keras  dan  lunak  yang  dirancang  untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.

3. Alter (1992)
Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan.

Pada dasarnya suatu sistem informasi dibangun dengan beberapa tahap pengembangan serta melibatkan sumber daya dari beberapa disiplin ilmu yang berbeda, baik sisi manajemen, teknologi informasi, keuangan, dan lain sebagainya. Salah satu hasil produk pembangunan sistem informasi adalah suatu perangkat lunak yang terpadu, ditambah dengan tata aturan yang diterapkan untuk mengelola sistem sehingga tujuan dari suatu sistem dapat tercapai. Pembangunan  suatu  sistem  informasi  baik  dalam  skala  besar  maupun  kecil,  tetap membutuhkan  langkah-langkah  tersusun  dan  terkoordinasi  karena  pembangunan  sistem informasi merupakan suatu proyek pengembangan memiliki tujuan sehingga sistem informasi dapat berjalan dengan baik.

Sistem informasi memiliki 5 komponen utama pembentuk yaitu :

  1. Komponen Perangkat Keras (Hardware)
  2. Komponen Perangkat Lunak (Software)
  3. Komponen Sumber Daya Manusia (Brainware)
  4. Komponen Jaringan komputer (Netware)
  5. Komponen Sumber Daya Data (Dataware)

            Ide  membangun  sistem  informasi  pada  dasarnya  merupakan  ide  ringan  akan  tetapi dengan keterlibatan beberapa unsur yang mendukung atas pembangunan tersebut, ide tersebut akan berkembang menjadi kompleks ataupun sangat kompleks.

            Agar kita dapat mengembangkan ide sistem informasi tersebut menjadi suatu karya maka jawabannya   adalah   ide   tersebut   perlu   dikembangkan   dengan   dukungan   perangkat pengembangan sistem informasi, serta perlu mengembangkan ide tersebut dalam tahap-tahap pembangunan sistem informasi.
Seperti yang kita ketahui ide membangun sistem informasi sekolah sangat erat dengan konsep  dasar  dari  sistem  pendidikan.  Di  Indonesia,  sistem  pendidikan  menurut  Undangundang nomor 20 tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,  kepribadian,  kecerdasan,  akhlak  mulia,  serta  keterampilan  yang  diperlukan  dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

            Berdasarkan  jenjang  pendidikan  yang  di  dapat  terdiri  atas 3  (tiga)  klasifikasi  yaitu pendidikan  dasar,  menengah  dan  pendidikan  tinggi.  Jenjang  pendidikan  dasar  yang  kita ketahui  terdiri  atas  pendidikan  sekolah  dasar  /  Madsarah  Ibtidaiyah  dan  sekolah  tingkat pertama  / Madrasah tsanawiyah. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, sedang bentuk dari Pendidikan menengah dapat berbentuk  Sekolah  Menengah  Atas (SMA),  Madrasah  Aliyah  (MA),  Sekolah  Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Adapun Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup  program  pendidikan  diploma,  sarjana,  magister,  spesialis,  dan  doktor  yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Nah, sekarang bagaimana kita mendefinisikan konsep atas ide kita yaitu membangun sistem informasi pendidikan karena dari masing-masing jenjang pendidikan tersebut di atas, pendekatan  atas sistem  informasi tentu akan berbeda, karena peraturan  yang memayungi masing-masing jenjang pendidikan tersebut tentunya berbeda yang masing-masing dikelola oleh suatu peraturan pemerintah.

            Mari kita definisikan satu saja jenjang pendidikan yang akan kita wujudkan menjadi suatu sistem aplikasi yaitu : Bagaimana membangun sistem informasi pendidikan menengah, yaitu Bagaimana sistem informasi pendidikan menengah dapat kita implementasi baik di Sekolah Menengah Atas ataupun kejuruan seperti Madrasah Aliyah atau Sekolah Menengah Kejuruan.

            Dari konsep dasar tersebut di atas, dapat kita melihat bahwa untuk suasana belajar dan proses pembelajaran terdapat 3 (tiga) hal penting yaitu :

  1. Adanya Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
  2. Adanya mata pelajaran yang akan di pelajari, dan
  3. Adanya Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian kita akan melihat 3 (tiga) domain utama, yang apabila digambarkan secara sederhana dalam bentuk himpunan dan irisan himpunan maka akan terbentuk sebagai berikut :   
Gambar 1. himpunan relasi antar domain


            Dari himpunan relasi antar domain proses pembelajaran, terlihat beberapa hubungan yang teriris antar domain tersebut seperti :

  1. Bahwa hubungan himpunan guru terhadap murid akan berupa suatu bimbingan dan counseling;
  2. Hubungan antara guru dengan mata pelajaran akan berbentuk kebutuhan akan silabus
            pembelajaran atau garis-garis besar haluan pembelajaran
 3.   Hubungan antara siswa dengan mata pelajaran akan berbentuk rencana belajar yang ingin di ambil masing-masing tingkat pembelajaran; serta
      4.   Hubungan antara ketiga domain tersebut akan berbentuk pertemuan dan tatap muka saat proses belajar dilaksanakan.

            Domain utama dari unsur proses belajar tersebut di atas, tentunya akan memiliki batas yang menaunginya yaitu :

  1. Peran orang tua siswa yang dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu unsur yang memberikan arahan bagi siswa dalam menyelesaikan proses belajarnya. Adapun fungsi kontrol atas proses belajar dan mengajar ini peran orang tua siswa di wujudkan menjadi suatu komite sekolah yang tugas dan fungsinya mengontrol semua sistem yang terdapat di sekolah, dari pihak eksternal, serta mempromosikan sekolah ke lingkungan luar sekolah, melakukan rapat dengan para orang tua siswa baik di awal penerimaan siswa baru maupun rapat yang ada kaitannya di luar sekolah.
  2. Peran Defdiknas.
  3. Lingkungan sekolah yang merupakan batas yang dapat memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas pendidikan tersebut.
  4. Sarana dan Prasarana yang ada di sekolah tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem yang ada disekolah tersebut, dan merupakan salah satu pendukung perkembangan sekolah.
  5. Standarisasi dan pengawasan merupakan salah satu point penting yang memberikan dukungan sistem sekolah ke arah yang lebih baik.
  6. Dana Pendidikan

            Dari  tahapan  pendefinisian  ide  tersebut  di  atas,  dapat  dilihat  bahwa  dari  suatu  ide sederhana yaitu membangun sistem informasi sekolah dapat menjadi berubah menjadi suatu konsep yang kompleks.

            Menurut sumber lain, dunia pendidikan Indonesia, ternyata masih banyak sekali yang belum  bisa  merasakan  apa  itu  pendidikan.  Hal  yang  menarik  adalah  ketatnya  peraturan pemerintah mengenai standarisasi nilai kelulusan yang setiap tahunnya selalu naik, ide yang bagus untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tapi mereka yang duduk di sana tidak    menoleh    ke    belakang    apa    yang    seharusnya    dibutuhkan    masyarakat. “Seandainya saya diangkat sebagai Mentri Depertemen Perencanaan dan Perancangan Sistem Informasi Nasional. Saya akan mengubah Sistem pendidikan yang ada di indonesia menjadi Sistem   Informasi   Pendidikan   Terkomputerisasi”(Penulis   artikel   dari   sumber   yang bersangkutan). Ada beberapa hal yang menarik yang perlu kita pertimbangkan, Yaitu :
           
  1. Metode pelajaran yang berbeda antara di kota dan di desa.
  2. Kurangnya pemerataan pendidikan.
  3. Banyak kebijakan/aturan pendidikan yang mengalami perubahan yang tidak jelas.
  4. Dunia  pendidikan  sangat  tertinggal  dibandingkan  dengan  perkembanan  teknologi dinformasi dalam perkembangan zaman.
  5. Metode pembelajaran yang masih baku dalam arti pelajar masih kurang komunikatif dan inspiratif dalam mengemukakan komentarnya. Pelajar hanya mendengarkan dan selalu berorientasi hanya kepada guru saja.
  6. Tidak adanya pertukaran informasi, pengetahuan dan sumber daya antara sekolah yang satu  dengan  yang  lainnya (tidak  adanya  networking  dalam  membangun  dunia pendidikan).
  7. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang berbasis teknologi.
  8. Sumber  daya  manusia  yang  terlibat  dalam  proses  pendidikan  belum  mempunya kemampuan multi dimensi yang dapat merangsang multi intelensia pelajar.

Untuk  itu  diperlukan  satu  wadah  yang mampu  menampung Aspirasi  tersebut.  Suatu lembaga pendidikan yang mampu mengatasi persoalan masyarakat. Lembaga yang ditunjuk yang berada dipusat.

            Inspirasi yang timbul dalam diri saya adalah setiap sekolah diberikan fasilitas teknologi komputerisasi yang nantinya akan membangun suatu situs web masing-masing sekolah. Web ini akan berisikan keadaan sekolah baik secara fisik maupun non fisik, sarana dan prasarana saat ini termasuk teknologinya, jumlah guru dan murid sehingga setiap sekolah nantinya bisa bertukar informasi satu sama lainnya.

            Selanjutnya situs web ini akan ditampung dalam satu server yang terletak di provinsi masing-masing   yang   terhubung   dengan   daerahnya.   Kemudian   seluruh   propinsi   ini mengumpulkan situs web sekolah ke lembaga yang ditunjuk tadi sehingga terkumpul menjadi satu web nasional. Disinilah Link seluruh sekolah yang ada di Indonesia, disini pulalah kita bisa bertukar informasi mengenai sekolah masing-masing.

            Dari pembahasan mengenai istilah manajemen sistem informasi ini, kita bisa mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam membangun sistem tersebut.

Sumber :


http://www.vitraining.com/products/CIVITAS2x%20%20Academic%20Information%20System/Brosur%20Civitas2x.pdf

            http://oyowartoyo.files.wordpress.com/2008/07/msp304-tugas-1-kebijakan-manajemensistem-pendidikan1.pdf

http://www.cs.ui.ac.id/staf/zhasibua/2007003.pdf

            http://pdfdatabase.com/download_file_i.php?qq=pengertian%20manajemen%20sistem% 20informasi%20pendidikan&file=13086126&desc=Draft+Sistem+Informasi+.doc
            http://www.ditplb.or.id/files/SI_PLB.pdf

            http://www.scribd.com/doc/3846099/MANAJEMEN-SISTEM-EVALUASI-PENDIDIKAN http://mmt.its.ac.id/library/?p=4767

            http://mugi.or.id/blogs/oke/archive/2008/09/12/membangun-sistem-informasipendidikan-bagian-i-dari-banyak-tulisan.aspx

            http://cumyzigar.blogspot.com/2008/01/sistem-informasi-pendidikan.html http://blog.re.or.id/konsep-dasar-sistem-informasi-definisi-sistem-informasi.htm

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Dunia Pendidikan.