Showing posts with label Bimbingan Konseling. Show all posts
Showing posts with label Bimbingan Konseling. Show all posts

Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Formal

Posted by Unknown Wednesday, November 7, 2012 0 comments

Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP/Madrasah sudah diakui keberadaannya, hal ini terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Luluusan untuk Satuan Penndidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006.

Dari ketiga peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP. Didalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu;
  1. Mata Pelajaran
  2. Muatan Lokal
  3. Pengembangan Diri


Dalam komponen Pengembangan Diri sebagaimana dimaksud dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP/Madrasah sudah cukup berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan sudah berjalannya layanan-layanan pada bimbingan dan konseling.

Mengingat para peserta didik di SMP sebagian besar adalah remaja awal yang memiliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Adapun tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tugas Perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa meliputi topik-topik ;
  • Memahami secara lebih luas dan mendalam, meyakini dan menjalankan kaidah-kaidah agama yang dianutnya (Bimbingan Pribadi).
  • Memahami, menjalankan, hubungan sosial berdasarkan kaidah-kaidah agama yang dianut (Bimbingan sosial).
  • Memahami dan mewujudkan kegiatan-kegiatan belajar sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama (Bimbingan belajar).
  • Memahami dan menjalankan kaidah-kaidah agama dalam pengarahan diri untuk pengembangan karir.
2. Tugas Perkembangan mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat, meliputi topik-topik ;
  • Memahami dan menerima perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami dan menjalankan pola hidup sehat (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami bahwa perubahan fisik dan psikis mempengaruhi hubungan sosial serta bersikap empati kepada orang lain yang sedang mengalami perubahan fisik dan psikis (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar serta mampu mengatasi kesulitan yang terjadi akibat perubahan fisik dan psikis dalam kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memahami bahwa kondisi fisik dan psikis mempengaruhi pengembangan persiapan karir serta mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir (Bimbingan Karir)
3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita
  • Memahami, menerima dan menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Pribadi)
  • Mampu menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya sesaui perannya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Sosial)
  • Mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh yang negatif dari hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memanfaatkan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir dan memahami bahwa pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bekerja dan mengembangkan karir
4. Tugas perkembangan ; memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas
  • Memahami dan menjalankan nilai dan cara bertingkah laku pribadi dalam kehidupan diluar kelompok sebaya (Bimbingan Pribadi)
  • Memahami dan mampu menerapkan nilai-nilai dan cara berperilaku sosial dalam kehidupan diluar kelompok sebaya (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh hubungan dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kegiatan belajar serta mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negatif dari hubungan dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kegiatan belajar
5. Mengenal bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni
  • Memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki dan arah kecenderungan karir sesuai dengan bakat dan minat (Bimbingan Pribadi)
  • Mengenal aspek-aspek sosial terhadap kemampuan , bakat dan minat (Bimbingan Sosial)
  • Memahami aspek-aspek sosial dalam pengembangan karir dan dalam apresiasi seni (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh positif kemampuan, bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar serta pengaruh positif apresiasi seni terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
  • Memahami pengaruh kemampuan, bakat dan minat terhadap karir (Bimbingan Karir)
  • Mampu mengarahkan kecenderungan karir sendiri sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat (Bmbingan Karir)
  • Mampu mengapresiasi berbagai jenis karir dalam bidang seni (Bimbingan Karir)
6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan / atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
  • Memiliki kesadaran dan dorongan yang kuat untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk melanjutkan pelajaran pada tingkat yang lebih tinggi
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk mempersiapkan karir yang cocok bagi dirinya (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat (bimb. sosial)
7. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
  • Memiliki gambaran tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki gambaran tentang sikap yang seharusnya diambil dalam kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan mandiri, emosional, sosial, dan ekonomi. Motivasi untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan mandiri, emosional, sosial dan ekonomi.(bimbingan Pribadi)
8. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia.
  • Memiliki kesadaran ada dan perlunya sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat. (Bimbingan Pribadi)
  • Memiliki dorongan yang kuat untuk berperilaku sesuai dengan sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat.(Bimbingan Pribadi)
  • Memahami aspek-aspek sosial dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara. (Bimbingan Sosial)
  • Memahami pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dalam kegiatan belajar. (Bimbingan Belajar)
  • Memahami pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dalam kegiatan belajar (Bimbingan Karir).
Kedelapan tugas perkembangan peserta didik SMP itu merupakan kompetensi yang harus dikuasai secara optimal. Untuk pencapaian kompetensi secara optimal ini diperlukan kerjasama tiga pilar pendidikan yakni manajemen, pengajaran, dan bimbingan dan konseling. (Juntika Nurhasan, 2000 : 2).
Dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, maka sistem layanan bimbingan dan konseling di SMP tidak mungkin terselenggara dengan baik dan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sulit diupayakan apabila tidak memiliki manajemen bermutu dan tidak dilakukan secara jelas dan terarah, faktual dan sistematis.

Dalam konteks inilah keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi urgen disamping proses pembelajaran. Bahkan saat ini tige pilar pendidikan (pembelajaran, bimbingan dan konseling, dan manajemen/supervisi) menjadi sangat urgen untuk dikelola secara koordinatif, kooperatif dan sinergis, agar mendorong pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal.

Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada :
  1. Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
  2. Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
  3. Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (peer group), maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial.
  4. Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
  5. Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan.
  6. Dalam konteks pembelajaran Standar Kompetensi ini disebut Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sementara dalam konteks Bimbingan dan Konseling Standar Kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), yang di dalamnya mencakup sepuluh aspek perkembangan individu (SD dan SLTP) dan sebelas aspek perkembangan individu (SLTA dan PT). 

Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/eksistensi-program-bimbingan-dan.html

    Baca Selengkapnya ....

    Jenis Layanan Bimbingan Konseling

    Posted by Unknown Friday, November 2, 2012 0 comments

    1. Layanan Orientasi
    • layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. 
    • Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
    2. Layanan Informasi
    • layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). 
    • Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
    3. Layanan Konten
    • layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. 
    • Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
    4. Layanan Konseling Perorangan
    • layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. 
    • Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
    5. Layanan Bimbingan Kelompok
    • layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
    6. Layanan Konseling Kelompok
    • layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
    7. Konsultasi
    • yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
    8. Mediasi
    • yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

    1. Aplikasi Instrumentasi Data
    • merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
    2. Himpunan Data
    • merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
    3. Konferensi Kasus
    • merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
    4. Kunjungan Rumah
    • merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
    5. Alih Tangan Kasus
    • merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. 

    Sumber : http://delsajoesafira.blogspot.com/2012/04/bimbingan-dan-konseling-17.html


    Baca Selengkapnya ....

    Kriteria Kepribadian Bagi Seorang Pembimbing

    Posted by Unknown Sunday, October 7, 2012 0 comments

    Mengingat apa yang telah disebutkan diatas, menjadi pembimbing (konselor) profesional tidaklah mudah. Pertama-tama konselor harus menghayati pengertian dasar bimbingan dan konseling serta asas-asasnya dan kedua dituntut untuk mampu melaksanakan usaha pelayanan sesuai dengan pengertian dan asas-asas tersebut. Disamping itu ada sepuluh hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kriteria kepribadian bagi seorang pembimbing, yaitu :
    • P  = Perangai
    • E  = Emosi
    • M = Mandiri - kemandirian
    • B  = Bobot
    • I   = Integritas
    • M = Mawas - kearifan
    • B  = Berani – keberanian
    • I   = Intelegensi
    • N  = Nalar
    • G  = Gagasan

    Pertama-tama seorang pembimbing atau konselor harus berperangai yang setidak-tidaknya wajar, dan kalau dapat, patut dicontoh. Alangkah janggalnya kalau ada seorang yang disebut pembimbing atau konselor tapi berperangai tidak senonoh. Perangai yang baik itu perlu diiringi oleh emosi yang stabil, tenang dan kalau mungkin memberikan kesejukan terhadap suasana bimbingan atau konseling yang diciptakan pembimbing. Perangai dan emosi pembimbing ini merupakan dasar bagi terwujudnya suasana bimbingan yang baik.
    Kemandirian pembimbing dituntut apabila ia hendak membantu si terbimbing atau klien untuk dapat mandiri. Kemandirian ini selanjutnya diberi wajah atau bobot pembimbing sebagai orang yang patut dimintai bantuan, dan karya-karya pembimbing tersebut. Selanjutnya penampilan kemandirian dan bobot pembimbing akan sekaligus menampilkan integritas atau keterpaduan kepribadiannya. Apakah pembimbing itu benar-benar telah dewasa, matang, stabil dan terintegrasi secara mantap?

    Ciri lain dari pembimbing ialah mawas : mawas diri sendiri, mawas lingkungan dan mawas pribadi orang yang dibimbingnya. Kemampuan mawas diri dan lingkunganya akan menjadikan pembimbing itu lebih arif dan bijaksana, sedangkan kemampuan mawas pribadi yang dibimbingnya akan memungkinkan pembimbing menerima orang itu sebagaimana adanya dan mampu melihat kekutan-kekuatan orang itu disamping kelemahan-kelemahannya.

    Pembimbing perlu berani. Pertama, berani memasuki usaha bimbingan dan konseling yang menampilkan pribadi-pribaditanpa topeng bukanlah pekerjaan yang mudah. Kedua, berani mengisi usaha bimbingan dan konseling dengan tehnik dan materi tertentu. Tentu saja keberanian yang dimaksudkan di sini bukanlah keberanian yang asal berani saja, melainkan keberanian yang disertai dengan kesiapan yang matang, yaitu terutama sekali kesiapan dalam membuka diri dan kesiapan dalam memperkecil kemungkinan resiko kegagalan sampai seminimal mungkin.

    Terakhir, pembimbing perlu memiliki intelegensi cukup tinggi. Usaha seperti diuraikan diatas jelaslah memerlukan pemikiran yang tidak ringan dan memerlukan upaya yang tidak sedikit. Orang-orang yang berintelegensi cukup tinggi akan mampu memikirkan dan mengelola suasana yang dapat dimanfaatkan orang lain untuk mengubah tingkah lakunya. Selanjutnya, intelegensi yang cukup tinggi akan memungkinkan pembimbing dapat menalar dengan baik dan dapat menelurkan berbagai gagasan yang bermanfaat.

    DAFTAR PUSTAKA
    Sumber bacaan : http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/kriteria-kepribadian-bagi-seorang.html


    Baca Selengkapnya ....

    Pendekatan Dan Bentuk Konseling Keluarga

    Posted by Unknown 0 comments

    A. Pendekatan Konseling Keluarga

    Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah keluarga tersebut, berikut akan di deskripsikan secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga. Tiga pendekatan konseling keluarga yang akan di uraikan berikut ini, yaitu pendekatan sistem, conjoint, dan struktural.

    1. Pendekatan Sistem Keluarga

    Murray Bowen merupakan peletak dasar konseling keluarga pendekatan sistem. Menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (disfunctining family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat bmembebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.

    Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang mengarah pada individualitas. Sebagaian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika hendak menghindar dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya.

    2. Pendekatan Conjoint

    Sedangkan menurut Satir (1967) masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga berhubungan dengan harga diri (Self – Esteem) dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi penting bagi keperluan komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadi jika slf-esteem yang dibentuk oleh keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi dikeluarga itu juga tidak baik. Satir m engemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahawa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.

    3. Pendekatan Struktural

    Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur keluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batasss antara subsitem dari sistem keluarga itu tideak jelas.

    Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusn kembali keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga yang bermasalah perlu di rumuskan kembali struktur keluarga itu dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.

    Berbagai pandangan para ahli tentang keluarga akan memperkaya pemahaman konselor untuk melihat masalah apa yang seang terjadi, apakah soal struktur, pola komunikasi, atau batasan yang ada di keluarga, dan sebagainya. Berangkat dari analisi terhadap masalah yang dialami oleh keluarga itu konselor dapat menetapkan strategi yang tepat untuk membantu keluarga..

    B. Bentuk Konseling Keluarga

    Kecendrungan pelaksanaan konseling keluarga adalah sebagai berikut :
    1. Memandang klien sebagai pribadi dalam konteks sistem keluarga. Klien merupakan bagian dari sistem keluarga, sehingga masalah yang dialami dan pemecahannya tidak dapat mengesampingkan peran keluarga.
    2. Berfokus pada saat ini, yaitu apa yang diatasi dalam konseling keluarga adalah masalah-masalah yang dihadapi klien pada kehidupan saat ini, bukan kehidupan yang masa lampaunya. Oleh karena itu, masalah yang diselesaikan bukan pertumbuhan personal yang bersifat jangka panjang.
    Dalam kaitannya dengan bentuknya, konseling keluarag di kembangkan dalam berbagai bentuk sebagai pengembangan dari konseling kelompok. Bentuk konseling keluarga dapat terdiri dari ayah, ibu, dan anak sebagai bentuk konvensionalnya. Saat ini juga dikembangkan dalam bentuk lain, misalnya ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak perempuan, ayah dan anak perempuan, ibu dan anak laki-laki, dan sebagainya (Ohlson, 19770.)

    Bentuk konseling keluarga ini disesuaikan dengan keperluannya. Namun banyak ahli yang mengajurkan agar anggota keluarga dapat ikut serta dalam konseling. Perubahan pada sistem keluarga dapat dengan muda di ubah jika seluruh anggota keluarga terlibat dalam konseling, karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan tindakannya.

    DAFTAR PUSTAKA



    Baca Selengkapnya ....

    Faktor - Faktor Penting Yang Mempengaruhi Status Sosial Anak

    Posted by Unknown 0 comments

    1. Cara orang tua mendidik dan membina anak

    Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.

    Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.

    2. Urutan kelahiran

    Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.


    3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran

    Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.

    Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.

    Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.

    4. Nama

    Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.

    Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.

    5. Daya tarik

    Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.

    Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.

    Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.

    6. Perilaku

    Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.

    Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.

    Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.

    Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.

    Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.

    Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.

    Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.

    Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;

    • Secara terbuka mereka diasingkan
    • Sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
    • Mempunyai masalah perilaku
    • Sering memperlihatkan perilaku agresif
    • Mempunyai status negatif yang stabil
    • Sering bermasalah di sekolah

    Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :

    1. Menarik diri

    Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.

    2. Perilaku anti sosial

    Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;

    Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.

    Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

    Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.

    Sumber :
    Tags :  Faktor - Faktor Penting Yang Mempengaruhi Status Sosial Anak, Cara orang tua mendidik dan membina anak, Urutan kelahiran, Kecakapan dan keterampilan mengambil peran, Daya tarik

      Baca Selengkapnya ....

      Sarana dalam Bimbingan dan Penyuluhan

      Posted by Unknown 0 comments
      -
      a. Penyelenggaraan kartu pribadi
      Bimo Walgito mengemukakan tentang kartu pribadi yaitu :
      Kartu pribadi atau disebut juga daftar pribadi merupakan suatu daftar yang memuat semua aspek diri anak. Daftar pribadi ini memuat perseorangan sehingga masing-masing anak mempunyai daftar sendiri-sendiri. (Walgito, 1989:79)

      Kartu pribadi ini berfungsi sebagai langkah awal bila suatu saat akan membimbing, karena sesudah diketahui sebelumnya pangkal tolaknya.

      b. Penyelenggaraan papan bimbingan
      Penyelenggaraan papan bimbingan adalah merupakan suatu aspek untuk merealisasikan bimbingan penyuluhan di sekolah. Karena pada papan bimbingan anak-anak akan dapat melihat yang perlu diketahui oleh dirinya.
      Pada papan bimbingan ini bisa ditulis peraturan sekolah dan cara belajar yang baik.

      c. Penyelenggaraan kotak masalah
      Mengenai kotak masalah ini Bimo Walgito mengemukakan sebagai berikut :
      Kotak masalah sering pula disebut kotak tanya. Dasar pemikiran penyelenggaraan kotak masalah ini adalah untuk menampung masalah atau pertanyaan yang dihadapi oleh anak-anak yang lain dalam sekolah. (Walgito, 1989:79)

      Penyelenggaraan kotak masalah ini disamping bersifat kuratif juga bersifat prefentif serta bersifat korektif. Sehingga permasalahan yang timbul segera akan dapat dicarikan penyelesaiannya.

      d. Penyelenggaraan Kelompok Belajar
      Kelompok belajar adalah bahwa kegiatan-kegiatan digolongkan kedalam tiga golongan utama secara hakiki. Ialah kegiatan-kegiatan yang bersifat individual. Kegiatan yang bersifat sosial dan kegiatan yang bersifat Ketuhanan. (Walgito, 1989:143)

      Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa seseorang harus memiliki sosial yang baik, bekerja sama dengan lingkungannya serta mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi atau golongan.

      Secara spiikis dapat dikemukakan bahwa peranan dari bimbingan dan penyuluhan dalam lembaga pendidikan disekolah adalah memberika bantuan kepada siswa yang mempunyai permasalahan untuk dibimbing agar siswa yang bersangkutan mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi baik pada saat sekarang maupun pada masa yang akan datang. Tugas tersebut tidaklah ringan dan segampang yang dibayangkan, apalagi jika dikaitkan dengan adanya gejala menurunnya aktivitas belajar siswa.

      Baca Selengkapnya ....

      Sifat Bimbingan dan Penyuluhan

      Posted by Unknown 0 comments
      Masalah bimbingan dan penyuluhan mengacu pada situasi masa pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses penampakan hal atau kesulitan yang dihadapi murid.

      Dengan kata lain pemberian bantuan dapat dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada kesulitan, dan setelah ada kesulitan yang dihadapi murid.

      Sifat bimbingan menurut Andi Mapiere dibagi menjadi empat yaitu :
      1. Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan (terutama) kepada murid, sebelum murid menghadapi kesulitan atau persoalan yang serius.
      2. Sifat pengembangan (development) yaitu usaha bantuan yang diberikan pada murid dengan mengiringi ‘perkembangan mentalnya ; yang dimaksudkan terutama untuk menetapkan jalan berfikir dan bertindaknya murid sehingga dapat berkembang secara optimal.
      3. Sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha bantuan yang diberikan pada murid selama atau setelah murid mengalami persoalan serius, dengan maksud agar murid agar terbebas dari kesulitan.
      4. Sifat pemeliharaan (Treatment) yaitu usaha bantuan yang dimaksudka terutama unuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental murid yang bersangkutan bertahan dalam kesembuhan, setelah menjalani proses penyembuhan.
      Dari keempat sifat bimbingan tersebut di atas, satu dengan yang lainnya sangat berbeda, dalam penggunaannya yang luas. Hafi Anshari membagi bimbingan menjadi dua bentuk bimbingan yaitu :
      a. Bimbingan yang bersifat prefentif
      1. Tata Tetib
      2. Menanamkan kedisiplinan
      3. Memberikan motivasi
      4. Memberikan nasehat
      b. Bimbingan yang bersifat kuratif
      1. Pemberitahuan
      2. Peringatan
      3. Hukuman
      4. Ganjaran (Mapiere, 1989:211)


      Baca Selengkapnya ....

      Cara dan Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

      Posted by Unknown 0 comments
      Pelaksanaan Bimbingan di sekolah terwujud dalam program bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan bimbingan. Para petugas bimbingan selain harus sehat fisik maupun psikisnya juga mendapatkan pendidikan khusus dan bimbingan dan konseling;secara ideal berijasah sarjana FIP IKIP, jurusan BK, atau program yang sederajat. Di samping itu seorang pembimbing harus mempunyai pengalaman maupun pengetahuan yang cukup, baik yang bersifat praktis maupun teoritis, sesuai dengan pendapat Bimo Walgito :
      Agar supaya seorang pembimbing dapat menjalankan fungsi atau pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas baik segi yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. (Walgito, 1989:17)

      Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwasanya pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan merupakan syarat yang paling penting bagi seorang pembimbing, baik dari segi teoritis maupun praktisnya.
      Dasar dari pada pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak lepas dari dasar pendidikan pada umumnya, dan pendidikan pada khususnya. (Walgito, 1989:17)
      Dalam melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan perlu diperhatikan batas-batas sampai dimana kemungkinan kegiatan bimbingan dan penyuluhan itu boleh dilaksanakan. Bimbingan dan penyuluhan disekolah dilakukakan untuk siswa-siswi, untuk membantu siswa-siswi dalam membuat rencana belajar dan mengambil keputusan sendiri. Bimbingan dilakukan dengan melibatkan personal lain dalam memberikan bantuan pada siswa. Bimbingan dilakukakn dala batas-batas kemampuan yang dimiliki oleh staf pembimbing (tenaga ahli bimbingan, guru konselor atau guru pembimbing dan guru biasa guru vak) dan program bimbingan sekolah berpusat pada pencegahan kesulitan belajar dikelas yang dilakukan atas dasar kesepakatan bersama anatara penyuluhan dan siswa.
      Menurut Totok Santoso dalam bukunya “Layanan dalam Memberikan Bimbingan Belajar, yaitu :
      a. Bimbingan secara kelompok
      Pelaksanaan bimbingan kelompok merupakan cara-cara tertentu untuk mengelompokkan murid. Sedangkan aktivitas-aktivitas bimbingan kelompok merupakan jenis kegiatan yang dilakukakan, karena pembimbing mrangkap sebagai pengajar, makabimbingan kelompok yang paling dominan. Sebab disamping memberikan pelajaran juga diiringi memberikan bimbingan secara pencegahan (preventif). Adapun bentuk bimbingan kelompok adalah pelajaran bimbingan (group guindance class), sekelompok diskusi, kelompok kerja dan home room.
      1) Pelajara Bimbingan
      Pelajaran bimbingan ini yang diutamakan adalah kebutuhan-kebutuhan murid yang berkenan dengan perkembangan pribadinya dan pergaulan sosialnya : dengan kata lain ahli bimbingan lebih berfungsi sebagai pendidik dari pada sebagai pengajar. Pada pelajaran bimbingan yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk materi pelajaran yang lain. misalnya cara-cara belajar yang baik. Cara memilih jurusan / fakultas. Cara-cara bergaul, pendewasaan diri, hubungan dengan orang tua.
      2) Diskusi Kelompok
      Diskusi kelompok ini dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam murid yang mana murid-murid itu mendiskusikan sesuatu bersama, misalnya kesukaran dalam belajar, pergaulan dengan orang tua atau pergaulan dengan lain jenis.

      b. Bimbingan secara individu
      Bimbingan secara individu ini dilaksanakan ada permasalahan dari siswa yang bersangkutan langsung dipanggil ke ruang bimbingan.
      Adapun bentuk dari bimbingan individu dapat berupa : pemberian informasi, pemberian nasehat, dan konsentrasi.

      c. Konseling individual
      Konseling individual paling tidak ada empat segi yang perlu diperhatikan dalam konseling, yaitu saat diam, kebingungan, mndengarkan dan melarikan diri dari kenyataan.

      Sumber : http://kabar-pendidikan.blogspot.com

      Baca Selengkapnya ....

      Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

      Posted by Unknown 0 comments

      Tujuan pendidikan nasional berlaku bagi semua jenis sekolah dan dilaksanakan dengan ciri-ciri khas dari setiap jenjang pendidikan sekolah. Dengan kata lain, tujuan institusional harus diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional dan merupakan suatu konsentrasi yang harus membawa tercapainya tujuan pendidikan nasional.

      Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman disekolah. Akan tetapi kemampuan guru dalam membimbing anak didiknya terbatas, sedangkan masalah yang dihadapi anak didik semakin hari semakin kompleks. Dari semacam kondisi inilah peranan bimbingan dan penyuluhan diperlukan, dalam rangka memanimalisasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa.

      Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada tujuan itu lain yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S. Winkel :
      Bimbingan disekolah menengah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam masyarakat sekarang. (Winkel, 1991:28)

      Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin. Menurut Bimo Walgito bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dilaksanakan dengan bermacam sifat :
      1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.
      2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu.
      3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito, 1984:26)

      Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari pada bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada pendidik dan pengajaran.

      Daftar Rujukan:
      1. Ahmad, Abu 1978. Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta
      2. Ahmadi, Abu dan Achmad Rohani. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Ilmu
      3. AM, Sadirman . 1987. Interakasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: CV. Rajawali
      4. Anshari, Hafi. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
      5. Arifin, M. 1994. Teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta: Golden Terayon Press.
      6. Hamalik, Oemar, 1990, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
      7. Hamalik, Oemar. 1992, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo
      8. Moleong, Lexy J. 1998. Meteodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
      9. Mapiare, Andi. 1989. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional
      10. Poerwadarminta, W.J.S. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
      11. Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta: Erlangga.
      12. Surahmat, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian, Dasar-dasar dan Teknik, Bandung: Tartito.
      13. Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
      14. Suryabrata, Sumadi. 1992. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: CV. Rajawali
      15. Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogkayarta: Andi Offset.

      Baca Selengkapnya ....

      Pengertian Bimbingan dan penyuluhan

      Posted by Unknown 0 comments
      Istilah bimbingan dan penyuluhan dipandang dari segi terminologi berasal dari bahasa asing yaitu bimbingan dari Guidance dan penyuluhan dari Counseling.
      a. Bimbingan
      Mengenai pengertian bimbingan ini Bimo walgito mengemukakan sebagai berikut :
      Bimbingan adalah merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam hidupnya mencapai kesejahteraan. (Walgito, 1989:4)

      Sejalan dengan pengertian di atas H. Koestuer Partowisastro mengemukakan pendapat :
      Bimbingan adalah bantuan yang diberikkan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenal dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalannya sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung orang lain. (Partowisastro, 1984:12)

      Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan bantuan atau pertolongan kepada individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenal dirinya dan dapat bertanggung jawab.

      b. Penyuluhan
      Penyuluhan menurut Bimo Walgito adalah :
      Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan langsung berhadapan muka, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. (Walgito, 1989:5)

      Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwasanya bimbingan dan penyuluhan, ada persamaannya dan ada perbedaannya. Persamaan adalah keduanya merupakan suatu bantua bagi individu-individu dalam menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan, bimbingan lebih luas dari pada penyuluhan, bimbingan lebih menitik beratkan pada segi-segi preventif, sedangkan penyuluhan lebih menitik beratkan pada segi kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti dengan kata penyuluhan.

      Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah harus mendapatkan perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan. Ketrampilan dan sikap mental generasi muda. Apalagi mengingat bahwa generasi mda perlu dibina secara intensif sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa generasi muda harus dibina agar menjadi generasi pengganti dimasa mendatang yang harus lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi serta membina kemerdekaan Bangsa.
      Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan di sekolah diharapkan generasi muda menjadi generasi yang mampu bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa dan negara. Manusia diciptaka oleh Allah SWT untuk menjadi manusia yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun umatnya. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 yaitu:

      Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah … (QS. Ali Imron, 110) (Depag RI., 1989:94)

      Untuk menjadi generasi yang mampu bermanfaat baik dirinya sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa dan negara, maka perlu kiranya diperkenalkan kepada anak didik seperangkat ajaran yang mewajibkan kita untuk senatiasa belajar, khususnya dalam bidang agama, sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 102 :
      Artinya : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri. (QS. At-Taubah, 122) (Depag. RI. 1989:302)

      Ayat tersebut memberikan gambaran tentang pentingnya pembahasan terhadap agama yang kita peroleh dalam prosesbelajar mengajar, baik lewat pendidikan luar sekolah (Sekolah dan Masyarakat).

      Secara ekspisit ayat tersebut juga mengisyaratkan perintah langsung kepada petugas bimbingan dan penyuluhan untuk memberikan penyuluhan yang baik kepada para siswanya. Sebab seperti yang pernah kita jelaskan di atas, baik keberadaan bimbingan kepada para siswa untuk pemantapan hidup dalam berbagai bidang.

      Petugas bimbingan dan penyuluhan yang keberadaannya disamping sebagai badan yang bertugas memberikan bimbingan kepada para siswa juga sebagai guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik kepada siswa. Sehingga tanggung jawab petugas bimbingan dan penyuluhan menjadi ganda dan variatif atau sebagai pengajar mata pelajaran dan sebagai pendidik agama dan akhlaq yang baik.


      Baca Selengkapnya ....

      Peranan Guru Bimbingan Konseling

      Posted by Unknown 0 comments
      Tugas guru pembimbing di sekolah, di antaranya :
      1. Setiap guru pembimbing diberi tugas bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya terhadap 150 siswa.
      2. Bagi sekolah yang tidak memiliki guru pembimbing yang berlatar bimbingan dan konseling, maka guru yang telah mengikuti penataran bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya 180 jam dapat diberi tugas sebagai guru pembimbing. Penugasan ini bersifat sementara sampai guru yang ditugasi itu mecapai taraf kemampuan bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya setara D3 atau di sekolah tersebut telah ada guru pembimbing yang berlatar belakang minimal D3 bidang bimbingan dan konseling.
      3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah sebanyak-banyaknya 50% dari keseluruhan kegiatan bimbingan untuk seluruh siswa di sekolah itu, atas persetujuan kepala sekolah (Prayitno, 2001: 11).

      Sedangkan tugas pokok guru, di antaranya:
      1. Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi belajar, analisis hasil evaluasi hasil belajar, serta menyusun program perbaikandan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya, atau
      2. Menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
      (Prayitno, 2001: 6)


      Daftar Rujukan:
      1. Hallen , A, 2002. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta; Ciputat Pers.
      2. Mudjiono, 1992. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
      3. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
      4. Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
      5. Prayitno & Erman Amti, 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.
      6. Prayitno. 2001. Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Padang: P4T IKIP Padang.
      7. Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
      8. Sudjana, Nana, 2003. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
      9. Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
      10. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Citra Umbara.
      Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com

      Baca Selengkapnya ....

      Macam Gangguan Kepribadian

      Posted by Unknown 0 comments

      Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III ). Pada Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi, 2000:102-105) Terdapat Yang di sebut dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa antara lain adalah sebagai berikut:

      1. Gangguan Kepribadian Paranoid 

      dengan ciri-ciri :
      • Kepekaan berlebihan terjadap kegagalan dan penolakan
      • Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam
      • Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan
      • Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation)
      • Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
      • Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude)
      • Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.
      Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

      2. Gangguan Kepribadian Skizoid

      ditandai dengan deskripsi berikut :
      • Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
      • Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment)
      • Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain
      • Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
      • Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungkan usia penderita)
      • Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
      • Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan
      • Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
      • Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
      Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

      3. Gangguan Kepribadian Dissosiala

      deskripsi berikut :
      • Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
      • Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial
      • Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
      • Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan
      • Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman
      • Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat
      Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

      4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
      • Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya
      • Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.
      5. Gangguan Kepribadian Histrionik

      deskripsi sebagai berikut :
      • Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara (theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)
      • Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan
      • Keadaan afektif yang dangkal dan labil
      • Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
      • Penampilan atau perilaku ”merangsang” (seductive) yang tidak memadai
      • Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
      Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

      6. Gangguan Kepribadian Anankastik 

      ditandai dengan ciri-ciri :
      • Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
      • Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal;
      • Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
      • Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal;
      • Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
      • Kaku dan keras kepala;
      • Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;
      • Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.
      Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

      7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar )

      dengan ciri ciri :
      • Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif
      • Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
      • Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social
      • Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai
      • Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
      • Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
      Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

      8. Gangguan Kepribadian Dependen 
      • Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar keputusan penting untuk dirinya
      • Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka
      • Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung
      • Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri
      • Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
      • Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.
      Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

      DAFTAR PUSTAKA



      Baca Selengkapnya ....
      TEMPLATE CREDIT:
      Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Dunia Pendidikan.