PPD: Social Learning Theory

Posted by Unknown Thursday, May 12, 2011 0 comments

1. Latar Belakang Teori Pembelajaran Sosial

Sebuah teori dalam bidang psikologis yang berguna dalam mengkaji

dampak media massa adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory). Teori ini dipopulerkan oleh Albert Bandura dan dibantu oleh Richard Walter. Namun, pembelajaran sosial ini pernah diteliti oleh dua orang psikolog, yaitu: Neil Miller dan John Dollard pada tahun 1941.

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di sebuah kota kecil Mundare sebelah utara Alberta, Kanada. Dia menimba ilmu pada sebuah sekolah dasar kecil, yang menjadi satu dengan sekolah menengah, dengan sumber daya yang minimal sehingga angka kesuksesan belum tinggi. Setelah tamat sekolah menengah, dia bekerja pada sebuah lubang pengisian panas pada Alaska Highway di Yukon. Dia mendapat gelar Sarjana Psikologi dari University of British Columbia pada 1949. Kemuudian, ia melanjutkan studi di University of Iowa dan dianugrahi gelar Ph.D pada tahun 1952. Kini ia menjadi profesor psikologi di Stanford University.

Richard Walter berasal dari Wales. Dia menimba ilmu di Inggris pada Bristol dan Oxford. Sejak 1949 hingga 1953, ia menjadi dosen filsafat di Aucland University College, New Zealand. Ketertarikannya pada psikologi membuatnya melanjutkan studi di Stanford University dan mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1957 serta menjadi anak didik dari Albert Bandura. Pada tahun 1963, ia mendapat gelar profesor psikologi dari Universitas Waterloo. Sayangnya, pada tahun 1968 Walter meniggal secara tragis.

Dalam laporan hasil percobaan Miller dan Dollard, mereka mengatakan bahwa peniruan (imitation) di antara manusia tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang tersebut mengindikasikan bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar, bukan bisa begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan "social learning “(pembelajaran social). Perilaku peniruan (imitative behavior) kita terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka "para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa yang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.", demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard.

Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar meniru atau tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan berupa permen. Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-anak dapat membedakan orang-orang yang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak. Lebih jauh lagi, sekali perilaku peniruan terpelajari (learned), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang sama. Misalnya, anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yang sebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita mempelajari banyak perilaku "baru" melalui pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh perilaku orang-orang lain tertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain tertentu tadi dan juga dari mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu tadi, di masa lampau.

Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan satu perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melalui peniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" - pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya melalui film atau bahkan film karton.

Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial sebaiknya diperbaiki lebih jauh lagi. Dia mengatakan bahwa teori pembelajaran sosial yang benar-benar melulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu mengabaikan pertimbangan proses mental, perlu dipikirkan ulang.

2. Asumsi Dasar Teori Pembelajaran Sosial

Adapun asumsi dasar teori pembelajaran sosial adalah sebagai berikut:

1. tingkat tertinggi dari pembelajaran hasil pengamatan dicapai dengan mengatur dan berlatih memperagakan perilaku secara simbolis kemudian memerankannya secara terbuka. Peniruan perilaku termasuk kata, label atau kesan pada ingatan yang lebih baik dari sekadar mengamati.

2. individu kemungkinan besar mengadopsi perilaku model jika model tersebut serupa dengan si pengamat dan memiliki kekaguman padanya dan perilaku memiliki fungsi nilai.

3. individu kemungkinan besar mengadosi perilaku orang lain jika berkesudahan dengan penghargaan padanya.

3. Pembahasan Teori Pembelajaran Sosial

Teori belajar secara tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukkan tanggapan (response) dan mengalami efek-efek yang timbul .Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan (reinforcement), di mana tanggapan akan diulangi menjadi pelajaran jika organisme mendapat hukuman (reward). Tanggapan tidak akan diulangi kalau organisme mendapat hukuman (punishment) atau bila tanggapan tidak memimpinnya ke tujuan yang dikehendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh kondisi stimulus yang ditimbulkan leh kondisi-kondisi peneguhan.

Bandura berpendapat bahwa lingkungan mempengaruhi perilaku dan sebaliknya, perilaku juga mempengaruhi lingkungan. Dia menamakan konsepnya ini reciprocal determinism (aturan timbal balik) yang maksudnya lingkungan dan perilaku seseorang saling mempengaruhi satu sama lain.

Kemudian lebih lanjut ia memulai untuk melihat kepribadian sebagai sebuah interaksi di antara tiga komponen, yaitu: lingkungan, perilaku, dan porses psikologis seseorang. Proses psikologis tersebut maksudnya terdiri dari kemampuan kita untuk memiliki gambaran dalam pikiran kita dan bahasa.

Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial menekankan pada:

(1) observational learning (pembelajaran dari hasil pengamatan) atau modeling,

(2) self-regulation (regulasi diri),

(3) self-efficacy (efikasi diri),

(4) self-determinism (determinasi diri),

(5) vicarious reinforcement.

Observational Learning (pembelajaran dari hasil pengamatan atau modeling)

Berdasarkan teori pembelajaran sosial, pengaruh peniruan menghasilkan pembelajaran melalui fungsi informatif. Selama mengamati, pengamat umumnya mendapatkan representasi simbolis dari aktivitas-aktivitas model yang melayani sebagai pemandu untuk penampilan yang tepat.

Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam proses modeling:

1. Attention processes

Ketika kita sedang ingin mempelajari sesuatu, kita harus memperhatikannya. Demikian juga sesuatu yang mengurangi perhatian, maka akan mengurangi pembelajaran, termasuk pembelajaran dari hasil pengamatan. Sebagai contoh, jika kita mengantuk, grogi, kecanduan, sakit, gugup atau “berlebihan”, kita tidak dapat belajar dengan baik. Demikian pula bila pikiran kita dikacaukan oleh rangsangan persaingan.

Sesuatu yang mempenaruhi perhatian adalaha karakteristik model. Kita akan lebih memperhatikan ika modelnya colorful, dramatis, atraktif, atau berwibawa atau terlihat sangat kompeten. Dan kita juga akan lebih memperhatikan jika model tersebut terlihat sama dengan diri kita. Inilah jenis-jenis variabel yang ditujukan langsung oleh Bandura ke arah pengujian televisi dan dampaknya pada anak-anak.

2. Retention processes (ingatan/penyimpanan)

Tahap yang kedua, kita harus mampu menyimpan (mengingat) apa uang harus diperhatikan. Ini merupakan awal di mana perumpamaan dan bahasa berasal: kita menyimpan apa yang kita lihat pada yang dilakukan model dalam bentuk penggambaran mental atau deskripsi verbal. Ketika benar-benar disimpan, kemudian kita dapat “membawa” kesan atau deskripsi itu, kita dapat menirunya dengan tingkah laku kita sendiri.

3. Motor reproduction processes

Dalam hal ini, kita hanya duduk dalam angan-angan atau lamunan. Kita harus menerjemahkan atau mewujudkan kesan/deskripsi ke dalam tingkah laku yang sebenarnya. Jadi, kita harus memiliki kemampuan mereproduksi tingkah laku sebagai urutan terpenting. Sebagai contoh, kita biasa melihat orang bermain sepak bola, belum tentu kita tidak bisa menendang bola dengan keras menuju gawang apabila kita tidak bisa bermain sepak bola dengan baik. Namun, kita bisa bermain sepak bola, dalam dunia nyata kemampuan kita akan meningkat apabila menonton pemain sepak bola yang bermain lebih baik dari kita.

Hal penting lainnya dari reproduksi yaitu kemampuan kita untuk meniru akan bertambah baik dengan latihan pada hal-hal menyangkut tingkah laku. Tak hanya itu, kemampuan kita akan bertambah baik ketika kita membayangkan penampilan diri kita.

4. Motivational processes

Teori pembelajaran sosial membedakan antara kemahiran dan penampilan karena orang-orang tidak akan melakukan apapun jika tidak termotivasi untuk meniru.

Jenis-jenis motivasi menurut Bandura:

a. past reinforcement: menurut tingkah laku tradisional

b. promised reinforcement: dorongan-dorongan yang dapat kita bayangkan

c. vicarious reinforcement: melihat dan menghubungkan kembali model untuk diperkuat.

d. past punishment: hukuman yang telah berlalu

e. promised punishment: hukuman yang akan tiba (ancaman)

f. vicarious punishment: hukuman yang seolah-olah dialami oleh diri sendiri

Ulasan di atas (poin a, b, c) secara tradisional dipertimbangkan menjadi suatu “penyebab” pembelajaran. Bandura mengatakan bahwa mereka tidak banyak menjadi penyebab pembelajaran seperti menyebabkan kita untuk menunjukkan apa yang sudah kita pelajari. Jadi, ia melihat mereka sebagai motivasi. Motivasi negatif ternyata ada baiknya juga dan memberikan kita alasan untuk tidak meniru seseorang (poin d, e, f). Seperti pada kebanyakan behavioris tradisional, Bandura mengatakan bahwa hukuman dalam bentuk apapun tidak akan bekerja dengan baik sebagai penguatan dan faktanya memiliki kecenderungan “sudah terbaca sebelumnya” oleh kita.

Self-regulation (regulasi diri)

Pengaturan diri – mengontrol tingkah laku kita sendiri – dalam kata lain “pekerja keras” pada kepribadian manusia. Bandura menyatakan tiga langkah, yaitu:

a. self-observation (observasi diri)

kita melihat diri kita sendiri, tingkah laku kita dan menjaga etiket itu.

b. judgment (penilaian)

kita membandingkan apa yang kita lihat dengan sebuah standar. Sebagai contoh, kita dapat membayangkan penapilan kita dengan standar tradasional, seperti “aturan tatacara” atau kita dapat menciptakan aturan yang lebih mengikat, seperti “saya akan membaca buku seminggu sekali”. Atau kiat dapat bersaing dengan orang lain atau dengan diri kita sendiri.

c. self-response (respon diri)

jika kita mengerjakan sesuatu dengan baik dalam perbandingan dengan sebuah standar, kita memberikan diri kita sendiri penghargaan atau apresiasi sebagai respon diri. Kalau kita mengerjakan sesuatu yang buruk, kita memberikan hukuman untuk diri kita sendiri sebgai respon diri. Respon diri berkisar dari nyata (mendorong lebih pada tindakan langsung) dan lebih tersembunyi (merasa malu atau bangga).

Konsep yang sangat penting dari psikologi yang dapat dimengerti dengan regulasi adalah self-concept (konsep diri, lebih dikenal sebagai self esteem -penghargaan diri-). Jika kita sudah cukup lama hidup (telah dewasa), kita akan menemukan standar hidup kita sendiri dan kehidupan yang memiliki self-praise dan self-reward akan mempunyai sebuah self-concept yang baik (self-esteem yang tinggi). Begitupun sebaliknya, kalau kita gagal menemukan standar hidup kita sendiri dan sering menghukum diri sendiri, kita akan memiliki self-concept yang buruk (self-esteem rendah).

Behavioris umumnya memandang reinforcement penguatan adalah efektif dan punishment (hukuman) penuh dengan masalah. Tiga akibat dari self-punishment yang berlebihan menurut Bandura, yaitu:

a. kompensasi: kompleks yang superior, contohnya khayalan tentang kemewahan,

b. ketidakaktifan: apatis, depresi, dan kebosanan,

c. pelarian (escape): narkoba, alkohol, fantasi televisi, atau mungkin bunuh diri.

Bandura mengemukakan tiga langkah self-regulation terhadap penderita self-esteem yang buruk, yaitu:

a. regarding self-observation: observasi mengenai diri. Tahu siapa diri mereka. Tahu gambaran yang tepat tentang perilaku kita,

b. regarding standards: yakinkan diri standar kita tidak terlalu tinggi, jangan sampai diri kita gagal. Tetapi kalau standar kita terlalu rendah, tentu tidak berarti pula,

c. regarding self-response: gunakanlah penghargaan (self-reward) bukan self-punishment serta rayakanlah kemenenganmu, jangan larut pada kegagalan.

Self-efficacy (Efikasi diri)

Efikasi diri merupakan persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri juga merupakan perasaan optimis mengenai diri kita yang berkemampuan dan efektif. Secara singkat, efikasi diri adalah sejauh mana kita mampu mencapai sesuatu. Efikasi diri tumbuh dari keberhasilan-keberhasilan yang pernah dilakukan.

Reciprocal Determinism (Faktor-faktor Hubungan Timbal Balik)

Dari perspektif pembelajaran sosial, fungsi psikologi adalah lanjutan interaksi timbal balik antara kepribadian, tingkah laku, dan lingungan sebagai pengatur.

a. Interdependence of personal and environmental influence (ketergantungan antara pribadi dan lingkungan)

Seperti kita ketahui, faktor pribadi internal dan tingkah laku juga menjalankan sebgai faktor-faktor hubungan timbal balik dari yang lainnya. Salah satu contohnya adalah ekspektasi seseorang berpengaruh pada bagaimana dia berperilaku dan hasilnya akan merubah ekspektasinya. Kelemahan utama dari perumusan tradisional adalah mereka menghilangkan penempatan perilaku dan lingkungan sebagai kesatuan yang terpisah. Pada kebanyakan bagian, lingkungan hanya sebuah kemampuan hingga perwujudan dengan aksi yang tepat.

b. Reciprocal influence and the exercise of self-direction

Diskusi proses sebab akibat melahirkan masalah pokok determinisme dan kebebasan individu. Dalam kerangka pembelajaran sosial, kebebasan didefinisikan sebagai hubungan dari sejumlah pilihan yang tersedia pada manusia dan penggunaan yang tepat baginya. Dari perilaku alternatif dan hak istimewa yang dimiliki seseorang, yang terbesar adalah kebebasannya beraksi.

c. Reciprocal influence and the limits of social control (pengaruh timbal balik dan terbatasnya kontrol sosial)

Operasi dari pengaruh timbal balik menekankan pada perhatian publik untuk memajukan pengetahuan psikologis akan meningkatkan pada perhitungan manipulasi dan kontrol orang-orang. Reaksi yang umum pada ketakutan adalah semua perilaku itu tidak dapat diacuhkan untuk dikontrol. Ketika orang-orang memberitahukan tentang bagaimana perilaku dapat dikontrol, ia cenderung untuk menolak pengaruhnya, dengan begitu membuat manipulasi semakin sulit.

Vicarious Reinforcement

Vicarious reinforcement menandai ketika pengamat meningkatkan perilaku terhadap sesuatu yang pernah ia lihat dari orang lain. Akibat positif pengamatan paling utama mungkin untuk membantu pengembangan adopsi perilaku yang mana memiliki aspek yang kurang baik dan oleh karena itu membutuhkan dorongan jika mereka ingin melakukannya. Ketika orang lain mengajak untuk berpartisipasi pada aktivitas yang menyenangkan, biasanya terhalang oleh larangan sosial.

4. Aplikasi Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial telah diterapkan secara ekstensif untuk pemahaman agresi dan gangguan psikologis, terutama pada konteks perubahan perilaku. Teori ini juga dasar teoritis untuk teknik peniruan perilaku yang digunakan pada program pelatihan secara luas. Contoh pembelajaran sosial yang umum adalah pada televisi komersial.

Teori ini diaplikasikan pada perilaku konsumen Teori ini menyatakan bahwa terjadi banyak pembleajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain. Teori ini juga sangat berguna untuk menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan televisi.


download materinya disini




Baca Selengkapnya ....

PPD: PERKEMBANGAN PADA BAYI

Posted by Unknown Wednesday, May 11, 2011 0 comments

PERKEMBANGAN
FISIK, MOTORIK, KOGNITIF, DAN SOSIOEMOSIONAL
PADA BAYI

1.) PENDAHULUAN

Perttumbuhan da perkembaga bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orag bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan dari sekitarnya.

Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namu kadang kita tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaemana sebenarya pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut. Sehingga kita dapat memahami bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi secara optimal.

2.) PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA BAYI

a. Urutan Cephalocaudal dan proximodistal

Urutan Cephalocaudal ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat serta pertumbuhan organ tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas kebawah(keleher, bahu batang tubuh tengah dan lain lain).

Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak dari kaki dan tangan.

b. Tinggi dan berat

Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6ons permingguy selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama kelahiiran.

c. Keterampilan Motorik kasar dan halus

Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti menggerakan lengan dan berjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan jari meraih dan menggegan, gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan koordinasi jari.

d. Otak

Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi, tersenyum dan mengerutkan dahi maka perubahan-perubahan dalam otaknya sedang berkembang. Sebenarnya sejak lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya keterkaitan sel-sel ini masih sangat lemah.

e. Kebutuhan gizi dan perilaku makan

Perbedaan-perbedan yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi, komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang sesungguhnya sulit dilakukan. Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50 kalori per hari untuk setiap pon berat mereka.

f. Perkembangan Sensoris dan persepsi

Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi menadakan kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit). Persepsi ialah interpretasi tentag apa yang diindrakan atau dirasakan.

g. Persepsi Visual

Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir diperkirakan 20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar 10-30 kali lebih rendah dari penglihatan orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat pada usia 6 bulan

h. Pendengaran

Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk didengar oleh bayi. (Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi yang baru lahir yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa bulan terakhir kehamilan.

i. Sentuhan pada Bayi yang Baru Lahir

Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan ke pipi ternyata menghasilkan gelengan kepala sedangkan sentuhan ke bibir menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi laki-laki kecil kira-kira hari ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan intensif selama prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)

Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa mereka mengalami stres.

Selama bertahun-tahun, para dokter telah melakukan operasi pada bayi-bayi yang lahir tanpa pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan bahwa bayi yang baru lahir tidak merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi yang baru lahir dapat merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada bayi yang baru lahir tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.

j. Penciuman (Smell)

Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah mereka. Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur dan ikan busuk (Steiner, 1979).

k. Kecapan (Taste)

Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan bertambah (Lipsitt, dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka mengerutkan lidah mereka setelah diberi larutan asam (Steiner, 1979).

l. Persepsi Menyeluruh

Percepsi menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan mengaitkan dan informasi atas dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.

3.) PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA BAYI

a. Teori Piaget Tentang Perkembangan Bayi

Piaget yakin bahwa seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri (adapt) dengan lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur berpikir.

Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara kualitatif sangat berbeda: sensoris-motorik, praoperasional dan operasional konkret, dan operasional formal.

b. Tahap Perkembangan Sensoris- Motorik

Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia 2 tahun. Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar pada kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik - oleh karena itu, namanya sensorik-motorik (Piaget, 1952)

Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah: (1) reflek sederhana, (2) kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer, (3) reaksi sirkuler sekunder, (4) koordinasi reaksi sirkuler; (5) reaksi sirkuler tersier, pencarian dan keingin tahuan; (6) internalisasi skema.Reflek sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran. Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler sekunder (secondary sircular reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensoris-motorik.

Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer reaction) ialah subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan 12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema dan kesengajaan.

Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan (tertiary circular reaction, novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang berkembang antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.

Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap sensoris-motorik keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran.

Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary circual reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap ini, pada subtahap ini bayi belajar mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu, kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer.

Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara kebetulan.

c. Ketetapan Benda

Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling penting pada seorang bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap ada dan berlansung walaupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh secara langsung.

4.) PERSPEKTIF BARU TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA BAYI

Bayi dapat belajar mengenal benda-benda dan tersenyum kepada benda-benda itu, merangkak, dan memanipulasi benda-benda, tetapi bayi belum memiliki konsep dan gagasan atas benda-benda itu. Piaget yakin bahwa ketika bayi memasuki masa akhir perkembangan sensoris-motorik, pada kira-kira usia 1,5 hingga 2 tahun barulah bayi benar-benar belajar bagaimana mengenali lingkungannya secara simbolis dan konseptual.

Teori perkembangan sensoris-motorik Piaget saat ini telah disanggah dari dua sumber. Pertama bidang perkembangan persepsi bayi menunjukkan bahwa suatu dunia persepsi yang stabil dan nyata telah dibangun jauh lebih awal pada masa bayi dibandingkan dengan yang dibayangkan oleh Piaget.

a. Perkembangan Persepsi

Secara singkat, perkembangan persepsi yang diyakini oleh para peneliti ialah bahwa bayi-bayi melihat benda berdiri sendiri, satu, kokoh dan terpisah dari lingkungan sekitarnya, ada kemungkinan hal ini terjadi pada saat lahir atau segera sesudahnya, tetapi secara pasti hal ini terjadi pada usia 3 hingga 4 bulan. Bayi-bayi kecil masih harus belajar banyak tetapi dunia sekitarnya tampak stabil dan teratur bagi mereka dan oleh karena itu, dunia sekitar mereka dapat mereka “rumuskan“.

b. Perkembangan Konsepsi

Penelitian baru-baru ini tentang perkembangan persepsi dan konsepsi bayi menunjukkan bahwa bayi mempunyai kemampuan persepsi yang lebih canggih dan dapat memulai berpikir jauh lebih awal dibandingkan dengan apa yang dibayangkan oleh Piaget.

5.) PERSPEKTIF PEMROSESAN INFORMASI DAN PERKEMBANGAN BAYI

Piaget yakin bahwa kemampuan bayi untuk membangun skema sensoris-motorik, membangun suatu dunia benda yang koheren dan peristiwa yang cocok untuk membentuk isi gagasan, meniru, dan membentuk gambaran atas benda. Tetapi banyak pakar psikologi pemrosesan informasi yakin bahwa perkembangan bayi lebih maju dibanding dengan keyakinan Piaget.

a. Habituasi dan Dishabituasi

Apabila suatu rangsangan-cahaya atau suara-ditujukan kepada bayi beberapa kali secara berturut-turut, mereka biasanya kurang memberi perhatian terhadap rangsangan itu. Hal ini menunjukkan rasa bosan mereka terhadap rangsangan itu. Ini adalah proses pembiasaan (habituation)yakni menyajikan yang berulang-ulang dari stimulus yang sama yang menyebabkan berkurangnya perhatian terhadap rangsangan. Dishabituation ialah suatu minat yang diperbarui seorang bayi terhadap suatu rangsangan. Untuk mempelajari apakah dishabituasi sedang terjadi ialah perilaku mengisap (perilaku mengisap berhenti jika bayi kecil menyentuh suatu benda yang lembut) .

Pengetahuan habituasi dan dishabituasi dapat mengembangkan interaksi orang tua-bayi.

Orang tua yang bijaksana mengetahui bahwa bayi memperlihatkan suatu minat dan pengulangan rangsangan sangat penting bagi bayi untuk memproses informasi.

b. Memori

Memori (memory) ialah unsur pusat perkembangan kognitif yang memuat seluruh informasi yang di dalamnya individu menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Kadang-kadang informasi hanya disimpan beberapa detik, dan pada kesempatan lain informasì disimpan seumur hidup. Memori digunakan ketika kita mencari dan mengingat. Baru-baru ini para peneliti perkembangan anak telah memperlihatkan bayi usia 3 bulan telah memiliki kemampuan menyimpan memori (Grunwald, dkk, 1993). Menurut Rovve-Collier, bahkan memori bayi yang berusia 2,5 bulan telah terinci secara luar biasa.

c. Imitasi

Peneliti perkembangan bayi Andrew Meltzoff (1990; Meltzoff & Kuhl, 1989; Meltzoff & Moore, 1992) melaksanakan sejumlah studi tentang kemampuan imitasi bayi. Dalam pengamatan Meltzoff tentang bayi pada 72 jam pertama kehidupan, bayi secara berangsur-angsur memperlihatkan suatu respon imitasi penuh tentang ekspresi wajah orang dewasa, seperti menjulurkan lidah keluar atau membuka mulut lebar-lebar.

6.) PERBEDAAN-PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM INTELIGENSI

Adalah penting untuk mengetahui apakah seorang bayi berkembang dengan tingkat perkembangan yang lambat, normal, atau cepat. Kalau seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, beberapa bentuk pengayaan cukup penting. Bila suatu bayi berkembang pada tahapan yang lebih maju, orang tua dapat dinasihati untuk memberi mainan yang lebih “sulit“ guna merangsang pertumbuhan kognitif mereka.Kontributor yang paling utama penting pada pelaksanaan tes perkembangan bayi ialah Arnold Gesell (1934). Versi tes Gesell yang sekarang sering digunakan ini memiliki empat kategori perilaku: motorik, bahasa, daya usai (adaptive), dan interaksi personal sosial.

Develepment quotient, DQ, ialah sekor perkembangan keseluruhan yang meliputi subskor pada bidang motorik, bahasa, daya suai, dan interaksi personl-sosia pengukuranl bayi Gesell.

Skala Perkembangan Bayi (Bayley Scales of Infant Development), yang dikembangkan oleh Nancy Bayley (1969), digunakan secara luas dalam pengukuran perkembangan bayi. Versi terbaru memiliki tiga komponen: skala mental, skala motorik, dan profil perilaku bayi.

Dalam skala mental Bayley, bayi berusia 6 bulan seharusnya dapat memperlihatkan kesenangan dan ketidaksenangannya, dan secara tekun mencari benda-benda yang berada sedikit diluar jangkauan. 12 bulan, bayi seharusnya dapat memperlihatkan perilaku bila diperintahkan melakukannya, meniru kata-kata yang penguji kataan (seperti Mama), dan memberikan respon terhadap permintaan-permintaan yang sederhana (seperti “minum“).

Tes inteligensi bayi berguna dalam mengukur berapa besar dampak kekurangan gizi, obat-obatan, kehilangan kasih sayang ibu (matermal deprivation), dan rangsangan lingkungan terhadapw perkembangan bayi. Hasil tes ini sangat bermanfaat dalam meramalkan inteligensi dikemudian hari.

7.) PERKEMBANGAN BAHASA

Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite generativity) ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik.

Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa

Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkobinasian morfem; morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan suku kata yang kita ucapkan dan dengar.

Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima.

Suatu konsep yang berkaitan erat dengan sintaksis ialah tata bahasa (grammar), gambaran formal tentang ketentuan-ketentuan sintaksis.

Semantik (semantics) mengacu kepada makna kata dan kalimat. Girl dan woman misalnya, berbeda dalam hubungan usia.

Pragmatik (pragmatics)-kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud dan keinginan.

Pengaruh Biologis

Keterikatan Biologis

Pakar bahasa Noam Comsky (1957), mengatakan bahwa anak-anak dilahirkan didunia dengan alat penguasaan bahasa (language acquisition device, LAD), suatu keterkatan biologis yang memudahkan anak untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu, seperti fonologi, sintaksis, dan semantik. LAD ialah suatu kemampuan tata bahasa bawaan yang mendasari semua bahasa manusia.

Apakah Binatang Memiliki Bahasa?

Banyak spesies binatang memiliki cara yang kompleks dan cerdas untuk memberi sinyal bahaya dan untuk mengomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti makan dan hubungan seks.

Adakah Suatu Periode yang Penting untuk Menguasai Bahasa ?

Henry Kissinger mengilustrasikan teori bahwa ada suatu periode yang penting untuk menguasai suatu bahasa. Misalnya, kalau Anda pindah ke suatu bagian tertentu kota New York sebelum Anda berusia 12 tahun, Anda kemungkinan akan bicara seperti layaknya seorang penduduk asli New York. Jelaslah, kini bahwa masa remaja menandai akhir periode yang penting untuk mempelajari ketentuan-ketentuan fonologis berbagai bahasa dan dialek. Tetapi jika anak berimigrasi ketika masih kecil (kurang dari 12 tahun) maka anak tersebut akan mengalami kebingungan dalam mempelajari bahasa tersebut karena bahasa dari kota asal belum dapat ia kuasai, ia harus mempelajari bahasa lain ditempat barunya.

Pengaruh Perilaku dan Lingkungan

Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.

Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil

1. Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat yang sederhana.

2. Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau yang mirip dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu pertanyaan.

3. Menggemakan (echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak kepada Anda, khususnya kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.

4. Memperluas (expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam bahasa yang secara linguistik “canggih“.

5. Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.

Bagaimana Bahasa Berkembang

Pada beberapa bulan pertama kehidupan, bayi memperlihatkan suatu respons yang mengagumkan terhadap suara/bunyi yang keras. Pada usia 3 hingga 6 bulan, bayi mulai memperlihatkan suatu minat akan suara, dan merespons terhadap suara. Selama 3 atau 6 bulan berikutnya, bayi mulai mengoceh, mengeluarkan suara.

KESIMPULAN

Bahwa sesungguhnya bayi telah mengenbangkan system motorik perceptual yang tinggi. Banyak orag berpendapat bahwa bayi itu idak dapat mengecap, mencim atau merasakan sakit padahal semua itu tidaklah benar. Para peneliti telah membuktikan bahwa bayi yang baru lahir mampu atau memiliki kenmampuan itu semua.

Bayi sebenarya membutuhkan beberapa rangsangan tertentu utuk mengmbangkan ketrampilan persepsi mereka, tapi ransangan yang diberikan sebaiknya jangan berlebihan karena dapat mengakibatkan kebingugan pada anak, ragsagan tersebut dapat berupa rangsagan visual, pedengaran, maupun sentuhan.

Masukan gizi, faktor-faktor prakelahiran dan pascakelahiran, infeksi, kecelakaan dan bermacam-macam trauma dapat mempengaruhi intelegensi bayi dan anak. Para orang ua biasanya mulai mengajarkan bayinya berbicara atau komunikasi ketika sang bayi mulai mengucapka kata pertamaya padahal sesugguhya aka lebih baik jika ibu berbicara dengan bayi sejak bulan pertama kelahiranya karena pengajaran bahasa terbaik terjadi ketika percakapan dimulai sebelum bayi memiliki kemampuan atas pembicaraan pertama yang dapat dipahaminya.




Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Dunia Pendidikan.