Psikolog: Anak Nakal Adalah Anak yang Cerdas

Posted by Unknown Tuesday, February 22, 2011 0 comments
img
(Foto: thinkstock)

Oleh : Vera Farah Bararah

Jakarta, Orangtua kadang suka kesal atau marah-marah jika melihat anaknya selalu membuat masalah atau nakal. Namun psikolog mengungkapkan bahwa anak yang nakal adalah anak yang cerdas.

"Saat ini konsep kecerdasan sedang booming di masyarakat dan anak yang pintar selalu identik dengan anak yang jago matematika. Padahal anak yang cerdas itu adalah anak yang bisa menemukan hal-hal baru," ujar Efnie Indrianie, MPsi, seorang psikolog anak dari Psychobiometric dalam acara Inovasi Sidik Jari Cerdas Frisian Flag 2011 Bantu Ibu Berikan Stimulasi Optimal untuk si Kecil di Giggle FX Jakarta, Selasa (22/2/2011).

Psikolog yang akrab disapa Pipin ini menuturkan anak yang cerdas itu adalah anak yang suka membuat masalah, hal ini berarti anak tersebut memiliki kreativitas tinggi atau termasuk anak yang kreatif.

Anak yang kreatif umumnya bisa menemukan hal-hal baru atau berhasil menemukan suatu masalah, dan jika dilihat lebih jauh ke dalam otaknya maka sinapsis-sinapsis (pertemuan antara ujung saraf dengan saraf lainnya) akan terlihat ruwet.

Jika sinapsis di otak ruwet menandakan adanya koneksi yang bagus antara sel-sel saraf di otak, serta hal ini berarti anak mendapatkan stimulasi yang baik dalam perkembangan otaknya.

"Anak yang nakal atau usil itu karena tidak ada yang bisa dia kerjakan, jadinya ia malah jahil ke teman-temannya atau justru mencari-cari masalah," ujar psikolog yang menjadi Kepala Bidang Kajian Psikologi Perkembangan Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Pipin menuturkan dalam hal ini orangtua harus menyalurkan apa yang dimiliki oleh anaknya, misalnya menyediakan alat-alat atau sesuatu yang bisa dikerjakan untuk menyalurkan bakat kreativitas si anak.

Sisi kreativitas ini termasuk ke dalam salah satu soft skill yang dimiliki anak, selain kreativitas ada juga beberapa soft skill lainnya yang dimiliki oleh anak yaitu:
  1. Kepercayaan diri, ada anak yang memiliki kepercayaan diri tinggi, tapi ada juga yang memiliki demam panggung misalnya berani jika di dalam rumah tapi begitu di luar rumah atau bertemu dengan orang lain ia menjadi pendiam atau malu-malu.
  2. Kepedulian, ada anak yang memang sudah memiliki kepedulian sejak kecil. Misalnya ia hanya memiliki satu kue tapi temannya ada dua, maka dengan sendirinya ia akan membagi kue tersebut menjadi 3 lalu membagikan satu per satu ke teman-temannya.
  3. Inisiatif, ada anak yang memang diketahui memiliki inisiatif tinggi sehingga ia cenderung responsif.
  4. Kreativitas, ada anak yang diketahui memiliki kreativitas tinggi tapi ada juga yang tidak.
Sumber : http://health.detik.com/

Baca Selengkapnya ....

Sekilas Tentang Pendidikan Berkarakter

Posted by Unknown Thursday, December 30, 2010 0 comments

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain:

1. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

4. Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan

5. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

6. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

7. Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2010-2014

8. Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014

9. Renstra Direktorat Pembinaan SMP Tahun 2010 - 2014

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya. Lebih lengkapnya anda bisa baca di sini

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

a. Religius

Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agama

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain

b. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

f. Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

i. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

j. Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

k. Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

d. Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

e. Demokratis

Cara befikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kwajiban dirinya dan orang lain

4. Nilai Karakter dalam hubungannya dengan lingkunga

a. Peduli sosial dan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingi memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

5. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

a. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

b. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Dengan diterapkannya pendidikan berkarakter diharapkan siswa akan lebih mampu memecahkan masalah sosial yang dihadapinya, karena bukan hanya memiliki kemampuan teknis-akademis (hard skill) melainkan juga memiliki kemampuan interaksi sosial (soft skill)


Baca Selengkapnya ....

Pendidikan Dini Berdampak Positif bagi Kemampuan Bahasa Anak-Anak

Posted by Unknown Wednesday, December 29, 2010 0 comments
Hasilnya, anak yang dididik baik sebelum bersekolah, setelah besar punya kemampuan bahasa yang lebih baik Sebuah riset jangka panjang di AS yang melibatkan 1.300 anak lebih, meneliti pengaruh pendidikan dini terhadap perkembangan kemampuan belaja

Riset  melibatkan lebih dari 1.300 anak meneliti pengaruh pendidikan dini terhadap perkembangan kemampuan belajar. Penelitian itu dilakukan dengan mengikuti perkembangan anak-anak itu sejak lahir sampai berusia 10 atau 11 tahun.
 
Hasilnya, anak yang dididik baik sebelum bersekolah, setelah besar punya kemampuan bahasa yang lebih daripada yang tidak mendapatkan pengasuhan baik.
Para peneliti mengamati kualitas pengasuhan dan besarnya perhatian yang diterima anak-anak itu sampai mereka berusia 4,5 tahun.
 
Pengasuhan anak, selain yang dilakukan ibu anak itu, termasuk pengasuhan yang dilakukan oleh orang lain, setidaknya 10 jam seminggu. Ini termasuk pengasuhan yang dilakukan oleh ayah atau anggota-anggota keluarga lain.
 
Covington and Finn CampbellPengasuhan anak secara baik perlu dilakukan setidaknya selama 10 jam seminggu.
 
Para peneliti kemudian mengamati kinerja setiap anak di sekolah dan perkembangan sosialnya. Mereka juga mengukur faktor-faktor pengaruh lain, seperti mutu pendidikan sekolah dan perhatian yang diberikan guru.
Hasil penelitian itu menunjukkan, anak-anak yang memperoleh pengasuhan baik terus memperlihatkan kemampuan yang lebih baik dalam tes keterampilan bahasa.
 
Penelitian itu memastikan adanya kaitan antara pengasuhan anak yang baik dengan hasil tes yang lebih baik terus berlangsung sampai anak besar. Penelitian itu juga membuktikan, kemampuan anak tidak ditentukan oleh lamanya waktu mereka berada di tempat penitipan anak.
 
Banyak penelitian baru mengenai bagaimana kepandaian seseorang berkembang diterbitkan setiap tahun.  Baru-baru ini majalah Science News melaporkan penemuan salah satu penelitian itu, yaitu bayi dapat mengembangkan kemampuan bahasa dari musik dan irama yang diperdengarkan ibunya.
 
Sumber : hidayatullah.com

Baca Selengkapnya ....

Zat Aditif pada Makanan dan Bahayanya bagi Kesehatan

Posted by Unknown Thursday, December 2, 2010 0 comments
Apakah anda suka jajan atau makan makanan yang lezat berwarna warni? Berhati-hatilah, karena banyak makanan/minuman yang mengandung zat aditif (tambahan) yang berbahaya.
Jika kamu mengonsumsi zat aditif buatan pada makanan dalam jumlah berlebih dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan.
Sebenarnya tujuan pemberian Bahan Tambahan Pangan bertujuan untuk;
a. mempengaruhi sifat dan bentuk pangan
b. memperbaiki nilai estetika makanan
c. memperpanjang umur simpan makanan
Meski tujuannya bagus, kalau pengunaannya tidak sesuai dosis/ukuran dan mengkonsumsinya juga berlebihan, maka itulah yang menimbulkan penyakit. Berikut ini daftar bebrapa nama zat dan penyakit yang ditimbulkan;

Nama zat pengawet dan Penyakit yang ditimbulkan
1.Formalin :
Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung dan merusak sistem saraf.

2.Boraks :
Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.

3.Natamysin :
Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.

4.Kalium Asetat :
Kerusakan fungsi ginjal.

5.Nitrit dan Nitrat :
Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.

6.Kalsium Benzoate :
Memicu terjadinya serangan asma.

7.Sulfur Dioksida :
Perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.

9.Kalsium dan Natrium propionate :
Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.

10.Natrium metasulfat :
Alergi pada kulit

Nama Zat Pewarna dan Penyakit yang ditimbulkan :

1.Rhodamin B (pewarna tekstil)
Kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus

2.Tartazine
Meningkatkan kemungkinan hyperaktif pada masa kanak-kanak.

3.Sunset Yellow
Menyebabkan kerusakan kromosom

4. Ponceau 4R
Anemia dan kepekatan pada hemoglobin.

5.Carmoisine (merah)
Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.

6.Quinoline Yellow
Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid

Nama Zat Pemanis dan Penyakit yang ditimbulkan

1.Siklamat :
Kanker (Karsinogenik)

2.Sakarin :
Infeksi dan Kanker kandung kemih

3.Aspartan :
Gangguan saraf dan tumor otak

4.Semua pemanis buatan :
Mutagenik

Nama Penyedap rasa dan Penyakit yang ditimbulkan

1.Mono natrium Glutamat dan Monosodium Glutamat:
Kelainan hati, trauma, Hipertensi, Stress, Demam tinggi, Mempercepat proses penuaan, Alergi kulit, Mual, Muntah, Migren, Asma, Ketidakmampuan belajar, Depresi.

 Tips Sehat Buat Kamu 
1. Usahakan bawa makanan dari rumah
2. Biasakan sarapan agar tidak terlalu banyak jajan
3. Banyak mengkonsumsi sayur, buah dan banyak minum air putih
4. Olahraga teratur
5. Cuci tangan sebelum makan
6. Tidak jajan di luar kantin sekolah
7. Teliti sebelum membeli makanan :
- Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. segarnya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna tekstil
- Cicipi rasa makanan tersebut. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar biasanya makanan-makanan ini mengandung penyedap rasa dan penambah aroma berlebih.
- Perhatikan kualitas makanan dan tanggal kadaluarsa. Apakah masih segar, atau malah sudah berjamur dan bisa menyebabkan keracunan.
- Cium baunya juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
- Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
- Ingat juga, kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya. Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini menimbulkan reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika konsumennya tidak memiliki riwayat alergi.

Nah semoga informasi ini membuat kita lebih selektif dalam mengkonsumsi makanan/minuman sehinga mengurangi resiko terkena penyakit seperti yang diuraikan di atas.

Sumber : www.gizi.net



Baca Selengkapnya ....

Memperingati Hari Guru Nasional

Posted by Unknown Thursday, November 25, 2010 0 comments
Pada kesempatan ini pas rasanya menulis tentang memperingati hari guru sebagai ekpresi rasa cinta pada guru sebuah profesi mulia yang membawa missi mencerdaskan anak-anak bangsa serta kemajuan masa depan.
Adalah Kaisar Hirohito, seorang pemimpin Jepang yang sangat memperhatikan pentingnya keberadaan guru bagi bangsa, dapat kita jadikan contoh tentang pentingnya menghargai profesi guru. Kesadaran akan pentingnya eksistensi guru ditunjukkan oleh kaisar dengan pertanyaan, Berapa jumlah guru yang masih hidup? Pertanyaan ini ditujukan kepada para Jenderal setelah peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Peristiwa pengeboman kota Hirosima dan Nagasaki menyebabkan derita terbesar dalam sejarah negeri sakura itu, sekaligus mengakhiri kekuasaan Jepang di Asia Raya. Sekitar 150.000 orang diberitakan tewas akibat ledakan dan efek radio aktif dari bom. Namun kegundahan Kaisar justru bukan pada habisnya amunisi, tentara, tank, pesawat tempur ataupun hancurnya kota, Kaisar justru mencemaskan habisnya guru. Tak bisa dipungkiri bahwa Jepang bangkit menjadi negara maju setelah Perang dunia II berkat peranan besar para guru.
Sejak Restorasi Meiji 1868 setelah jatuhnya rezim Tokugawa, semangat bushido mengalami perubahan besar-besaran. Bushido yang identik dengan semangat, disiplin dan etika bukan lagi dimaknai mengangkat senjata, tetapi ditujukan untuk mentransfer pengetahuan dari Barat. Pendidikan dipilih Kaisar sebagai ujung tombak perubahan Jepang, dan guru menjadi aktor utama dalam transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus pewarisan nilai-nilai sosial yang menjadi identitas bangsa.
Cerita ringkas itu bisa menjadi pembanding dengan apa yang terjadi di negeri bekas jajahannya, Indonesia. Di Indonesia kesadaran tentang pentingnya pendidikan di berbagai lapisan masyarakat masih rendah dan jauh dari ideal. Guru sebagai aset bangsa yang bisa mengubah masa depan kurang dihormati, prfesi guru sering dipandang sebelah mata. Demikian pula persoalan pendidikan sepertinya kurang mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Sering terdengar sekolah yang kondisinya memprihatinkan dan tidak layak digunakan sebagai tempat belajar para calon intelektual muda tidak segera diperbaiki meski pihak sekolah sudah berkali-kali mengajukan perbaikan. Banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai, kekurangan guru, persoalan profesionalome guru, termasuk dampak otonomi pendidikan yang sering membawa urusan pendidikan pada ranah politik praktis sesaat. Berbagai persoalan itu mengakibatkan peningkatan mutu pendidikan selalu menghadapi hambatan.
Terlepas dari banyaknya persoalan tersebut, guru harus tetap konsisten berkarya dan meningkatkan profesionalitasnya, sehingga mampu mengemban tugas mulia mencerdaskan anak-anak bangsa demi kemajuan bangsa di masa depan.

Baca Selengkapnya ....

Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Siswa

Posted by Unknown Tuesday, November 9, 2010 0 comments
Muara dari kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya adalah prestasi. Prestasi berarti hasil akhir dari satu satuan kegiatan belajar yang telah ditetapkan. Berbagai upaya dilakukan untuk dapat meningkatkan prestasi akademik siswa, upaya tersebut tidak akan banyak membuahkan hasil jika tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal (Gage,Berliner, 1992;Winkel, 1997).
Faktor Internal
a. Intelegensi
Taraf intelegensi seseorang tercermin pada prestasi semua matapelajaran di sekolah. Siswa dengan taraf intelegensi yang tinggi dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan siswa yang taraf intelegensinya lebih rendah. Namun intelegensi bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan siswa meraih prestasi.
b. Motivasi
Motivasi merupakan daya penggerak yang menjadi aktif pada saat benar-benar ingin mencapai suatu tujuan. Menurut Sukadji (2000) motivasi merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar yang berfungsi untuk:
1. Mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari
2. Menyerap informasi dan mengolahnya
3. Mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil misalnya menjadi pengetahuan, prilaku, keterampilan, sikap, dan kreatifitas
Secara umum, motivasi dibedakan menjadi motivasi internal dan eksternal.Motivasi internal bersumber pada diri sendiri misalnya kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tau. Sedangkan motivasi eksternal berasal dari luar. Siswa yang mengandalkan motivasi ekternal akan membutuhkan adanya pemberian pujian, hadiah atau nilai atas preastasi atau keberhasilan yang diraihnya. Bagi siswa motivasi yang paling penting adalah motivasi berpreastasi sehingga akan cenderung berjuang untuk mencapai sukses.
c. Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri seseorang yang menentukan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian dapat berubah dan muncul dalam bentuk tingkah laku, yang sangat dipengaruhi sikap-sikap, nilai-nilai, kepercayaan, emosi dan keinginan.
Faktor Eksternal
a. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah terutama orang tua memegang peran penting serta menjadi guru bagi anak dalam mengenal dunianya. Orang tua berperan sebagai pengasuh, pendidik dan membantu anak dalam proses sosialisasi. Dengan demikian kemapuan orang tua juga berpengaruh pada preastasi anak, termasuk kemampuan orang tua menyedaiakan fasilitas belajar bagi anak di rumah.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman, sehingga anak terdorong untuk belajar dan berprestasi. Beberapa karakteristik sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar yaitu:
1. Sekolah mempunyai komitmen mendukung usaha siswa agar sukses
2. Adanya kepercayaan dan perhatian siswa serta orang tua terhadap sekolah
3. Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua siswa dalam proses pembelajaran
4. Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas, dan konsisten
5. Terdapat mekanisme yang jelas dalam kehidupan berdemokrasi di sekolah
6.Membangun kerjasama dengan keluarga dan masyarakat
7.Mempunyai tujuan untuk meningkatkan prilaku pro sosial seperti berbagi informasi, saling membantu dan bekerja sama
8. Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan siswa
9. Guru memiliki sikap sebagai fasilitator, motivator yang dekat dengan siswa dan siap membantu memecahkan kesulitan siswa
10. Ruang kelas lapang, dengan tata ruang yang menarik
Semua itu akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat berprestasi. Persoalannya mampukah semua unsur di sekolah menciptakan sekolah yang nyaman?Jawabnya tergantung pada kemauan dan kemapuan masing-masing sekolah, ya kan?

Baca Selengkapnya ....

Dosen bicara : "keberlangsungan sertifikasi dosen"

Posted by Unknown Friday, November 5, 2010 0 comments
Oleh: Iis Zatnika

Sertifikasi dosen telah berlangsung, di mana nantinya dosen yang telah mengantongi sertifikasi akan mendapat tambahan tunjangan fungsional yang besarannya belum ditentukan pemerintah.
Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas Satryo Sumantri Brojonegoro mengungkapkan hal itu usai membuka Kongres Asosiasi Dosen Indonesia di Jakarta, Rabu.

Satryo mengungkapkan Peraturan Pemerintah (PP) yang menjadi payung hukum program tersebut kini tengah disusun pihaknya. Rencananya, PP tersebut akan dikeluarkan berbarengan dengan PP tentang sertifikasi guru.
Sebelumnya, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Fasli Jalal mengungkapkan Depdiknas akan menerbitkan sejumlah PP yang menjabarkan UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Juli 2006. PP tersebut di antaranya mengatur tentang sertifikasi guru serta dosen.

Satryo mengungkapkan untuk mendapatkan sertifikasi, seorang dosen harus menempuh proses pelatihan di sejumlah perguruan tinggi (PT). Pemerintah akan menunjuk PT-PT yang dianggap layak melakukan proses pelatihan tersebut.

Setelah melalui pelatihan, mereka diwajibkan mengikuti ujian sertifikasi untuk mengukur kompetensi mereka sebagai pengajar. Selama mengikuti proses tersebut, dosen-dosen tersebut tetap mengajar di kampusnya masing-masing.

"Rincinya belum bisa saya sebutkan, tapi yang jelas tunjangan fungsional itu kita alokasikan dari anggaran negara," ujar Satryo. Satryo mengaku belum dapat memberikan keterangan rinci tentang jumlah dosen yang akan masuk dalam program tersebut.

Ia juga menolak menyebutkan daftar kampus yang nantinya akan ditunjuk pemerintah. Prosedur rinci termasuk tahapan yang harus dilalui dosen untuk mendapat sertifikasi tersebut masih terus digodok Depdiknas. Kendati begitu, Satryo memastikan bahwa pemerintah akan mengatur dengan tegas agar semua dosen, baik itu yang mengajar di kampus negeri maupun swasta memiliki tempat mengajar utama atau home base.

Para dosen tetap diperbolehkan mengajar di berbagai kampus, dengan batasan jumlah tertentu yang dianggap layak. Namun, ia harus terdaftar resmi di satu kampus tertentu. Guna mewujudkan hal itu, kata Satryo, pihak kampus tetap harus memberikan kesejahteraan yang layak bagi para dosennya. Pasalnya, selama ini sebagian dosen terpaksa mengajar di berbagai kampus sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ketua Pengarah Kongres Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Zoer'aini Djamal mengungkapkan sebagian besar dosen terpaksa menjadi dosen terbang untuk dapat hidup layak. Sebagian bahkan mengajar di delapan kampus sekaligus. Namun, umumnya dosen mengajar di tiga sampai empat kampus.

"Sebenarnya ketika seorang dosen mendapat jabatan akademik yang diberikan pemerintah, ia sudah terikat aturan tidak mengajar lebih dari tiga tempat," ujar Zoer'aini.

Persoalan lainnya yang tak kalah krusial, kata Zoer'aini, adalah masih rendahnya kualitas dosen di Indonesia.
Indikator utamanya adalah tingkat pendidikan. Hampir 70 persen dosen di Indonesia hanya mengantongi ijasah S1. Hal itu jelas menyalahi ketentuan. Pasalnya, pemerintah mewajibkan dosen untuk strata satu mengantongi gelar master.

"Penyebabnya macam-macam, sebagian kampus belum mampu menyekolahkan dosennya kembali. Di sisi lain, dosen juga tak mampu bersekolah kembali karena kesejahteraannya kurang," kata Zoer'aini.

Kondisi itulah, kata Zoer'aini, yang kemudian menyebabkan sebagian besar dosen makin jauh dari tataran ideal.

Kewajiban untuk melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat tentu sangat sulit direalisasikan dalam kondisi yang serba terbatas. Kesibukan dosen mengajar di berbagai kampus serta minimnya rangsangan yang diberikan kampus serta pihak industri, membuat dosen makin terpisah dari masyarakat.

Sumber : Media Indonesia online, 1 Desember 2007

Baca Selengkapnya ....

Kompetensi dan Sertifikasi Dosen

Posted by Unknown 0 comments

Oleh : Donny Gahral Adian*)

Seorang profesor di perguruan tinggi negeri terenyak saat seorang mahasiswa bertanya. Pertanyaannya sungguh di luar lingkar terjauh wawasan keilmuannya. Sejenak ia tercenung lalu mengentak, ”Saya minta pertanyaan tidak melebar dari apa yang saya terangkan!”

Mekanisme pertahanan sang profesor bertolak dari ketidaktahuannya. Alih-alih menyadari kelemahannya, ia justru mematikan iklim kuriositas. Universitas berkelas dunia? Tunda mimpi itu sebelum inkompetensi semacam ini dibenahi.

Sertifikasi dosen yang ramai dibincangkan belakangan, ibarat pahlawan kesiangan. Mutu pendidikan tinggi yang terus merosot berhulu pada inkompetensi pengajar yang tak juga dibenahi. Kita terlalu disibukkan infrastruktur yang bobrok untuk memikirkan hal ini. Kita sudah amat terlambat dalam mengurus hal ini. Tetapi sudahlah. Yang terpenting, apa yang bisa dibuat dalam suasana seperti ini.
Pertama, kita harus membuang jauh pikiran yang menyetarakan antara gelar dan kompetensi pengajaran. Banyak dosen bergelar profesor yang mengajar ala kadarnya. Alih-alih membina anak didiknya, tenaganya lebih banyak disumbangkan ke lembaga-lembaga non-akademis. Kuliah hanya sesekali dihadiri. Sisanya adalah tugas mandiri yang membebani mahasiswa. Jika ditanya, jawabannya selalu klasik: capaian finansial. Logika finansial membuat drainase pikiran berlangsung laten di dunia pendidikan tinggi kita.

Kedua, kita perlu berjarak dengan label ”selebritis akademis” yang melekat pada sebagian dosen. Dosen-dosen yang ”biasa di luar” ini tidak lagi mengabdi pada pengembangan keilmuan. Mereka hanya mempelajari apa yang bisa dijual. Akibatnya, pengetahuannya tak pernah beringsut maju. Teknologi informasi hanya dimanfaatkan untuk mencari informasi situasi politik, ekonomi, dan sosial terkini. Jurnal-jurnal internasional yang bisa diakses secara virtual tak pernah dijamah. Akibatnya, anak didik sering lebih progresif dalam keilmuan dibanding dosennya.

Kompetensi mengajar bukan sekadar teknik pedagogis, tetapi juga keluasan wawasan dan etika akademis. Jika dosen menganggap dunia akademis sebagai batu loncatan bagi karier politik, maka kualitas komitmen akademisnya pantas dipertanyakan. Profesionalitas di bidang akademis memang bukan hal yang mudah, di tengah pesona finansial lembaga-lembaga non-akademis. Namun, jika yang dipertaruhkan adalah mutu pendidikan tinggi, kita tidak bisa lagi mempertahankan dosen-dosen oportunis semacam itu. Masih banyak dosen muda yang memiliki komitmen tinggi pada dunia akademis meski tidak selebritis.

Bagaimana mengevaluasi teknik pedagogis, keluasan wawasan, dan etika akademis? Ini tentu tidak bisa diserahkan pada satu- dua lembaga secara terpusat. Ada dua sebab, pertama, pengajar yang paham betul teknik mendidik yang baik belum tentu berkualitas secara keilmuan. Kedua, jika menyangkut etika akademis dan keluasan wawasan, maka tak ada yang lebih paham selain instansi tempatnya bekerja. Karena itu, universitas yang bersangkutan mesti diberi wewenang untuk membuat tim evaluator yang berdedikasi tinggi. Tim dibentuk oleh universitas di masing-masing fakultas. Sertifikasi diberikan jika seorang pengajar lolos evaluasi di tingkat fakultas. Dengan ini kecemasan akan masifikasi sertifikat tidak lagi beralasan. Instansi yang bersangkutan akan amat selektif sebab menyangkut mutu pendidikan yang diselenggarakan.

Sertifikasi juga tidak berlaku seumur hidup. Seperti halnya akreditasi perguruan tinggi, ia diperiksa secara berkala (dua tahun sekali). Ia juga harus dibuat bertingkat mulai dari yang tertinggi (A) sampai terendah (C). Jika seorang pengajar turun nilainya sampai C, universitas (atas rekomendasi fakultas) tidak segan-segan mencabut sertifikasinya. Dengan kata lain, pengajar yang bersangkutan dianggap tidak kompeten mengajar. Ini bisa berlaku di semua universitas mengingat perguruan tinggi negeri kini sedang atau sudah menjadi BHMN.

Persoalannya, apa peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi? Lembaga itu berfungsi sebagai regulator dan mengawasi agar regulasi yang ada benar-benar dijalankan. Fungsi evaluasi tetap diserahkan pada universitas di bawah pengawasan Dirjen Pendidikan Tinggi. Fungsi pengawasan pun sebenarnya bisa didelegasikan kepada universitas bersangkutan. Tiap universitas memiliki senat akademik universitas dan fakultas. Tim evaluator pada tiap fakultas akan diperiksa oleh senat akademik fakultas untuk kemudian diperiksa kembali di tingkat universitas.

Memang tidak mudah membenahi masalah pendidikan tinggi kita. Namun, evaluasi profesionalitas akademis (etika akademis, teknik pedagogis, wawasan) adalah langkah pertama yang penting. Kita tidak bisa mengandalkan kemauan baik tiap dosen untuk memperbaiki diri. Sebuah sistem evaluasi yang ketat dengan imbalan dan hukuman yang proporsional harus benar-benar dijalankan. Setelah itu, kita baru bisa berbicara tentang universitas berkelas dunia (world class university).

*)  Ketua Jurusan Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Baca Selengkapnya ....

Mendidik Anak Ala Rasulullah SAW

Posted by Unknown Sunday, October 31, 2010 0 comments
Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Padahal, salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik. Nah, Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, karenanya mari kita berkaca dari sepercik cara mendidik anak ala beliau. Memang salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik, yang sebelumnya perlu dididik pula. Sebenarnya kalau melihat ke sejarah Nabi, problema ini baru terselesaikan karena Allah Swt. turun tangan.

Anak didik dibentuk oleh empat faktor. Pertama, ayah yang berperan utama dalam membentuk kepribadian anak. Bahkan, dalam Al-Quran hampir semua ayat yang berbicara tentang pendidikan anak, yang berperan adalah ayah. Kedua, yang membentuk kepribadiannya juga adalah ibu; ketiga, apa yang dibacanya (ilmu); dan keempat, lingkungan. Kalau ini baik, anak bisa baik, juga sebaliknya. Begitu pula baik-buruk kadar pendidikan kita.

Empat faktor ini belum tentu semuanya terwujud. Ketika Allah Swt. menetapkan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, maka yang membentuk kepribadiannya adalah Allah Swt. Sebab, bila diserahkan kepada masyarakat atau keluarga, maka ia tidak akan sempurna, bisa jadi keliru. Dalam hal ini, Tuhan yang melakukan, sedangkan masyarakat atau keluarga diberi peranan yang sangat sedikit. Itu sebabnya bila telah selesai peranan ayah, maka dia diambil-Nya meninggal dunia. Ini karena Tuhan tidak mau beliau dididik bapaknya. 

Begitu lahir dibawa ke desa dan ketika usia remaja baru ketemu ibunya. Namun, ibunya pun kemudian diambil-Nya. Dalam hal ini, Allah Swt. ingin mendidik langsung beliau untuk menjadi pendidik, yakni figur yang diteladani bagaimana seharusnya mendidik. Itu sebabnya beliau bersabda, Addabanî Rabbî fa Ahsana Ta'dîbi ("Yang mendidik saya itu adalah Tuhan"). Juga, Bu'itstu Mu'alliman ("Saya diutus-Nya menjadi pengajar, pendidik").

Kita ambil beberapa inti dari kisah hidup Rasulullah Saw.Beliau bersabda, "Bila ingin anak yang membawa namamu itu tumbuh berkembang dengan baik, maka pilih-pilihlah tempat kamu meletakkan spermamu, karena gen itu menurun". Jadi, sebelum anak lahir kita harus memilih hal yang baik, karena gen ini mempengaruhi keturunan. Pakar pendidikan mengakui bahwa ada faktor genetik dan pendidikan. Walaupun mereka berbeda pendapat yang mana lebih dominan, namun yang jelas keduanya punya pengaruh. Lalu, apa yang perlu diperankan orang tua sekarang? .

Pertama, satu hal yang perlu digarisbawahi, begitu seorang anak lahir, Islam mengajarkan untuk diadzankan. Walaupun anak itu belum mendengar dan melihat, tapi ini memiliki makna psiko-keagamaan pada pertumbuhan jiwanya. Anak yang baru beberapa hari lahir, kalau ia ketawa, anda jangan menduga bahwa ia ketawa karena atau dengan ibunya, tapi karena ia merasakan kehadiran seseorang. Para pakar mengatakan demikian, karena ada orang yang lahir buta tetap tersenyum saat ibu mendekatinya. Jadi, seorang bayi memiliki rasa pada saat mendengar adzan, juga memiliki jiwa yang bisa berhubungan dengan sekelilingnya. Karena itu, adzan menjadi kalimat pertama yang diucapkan kepadanya. Dan, karena saat membacakan adzan seorang muadzin berhubungan dengan Tuhan, maka inilah yang memberikan dampak bagi perkembangan anak ke depan.

Kedua, sampai umur tujuh hari, kelahiran anak perlu disyukuri ('aqiqah). Kalau begitu, jangan sampai terbetik dalam pikiran ibu/bapak merasa tidak mau atau tidak membutuhkannya, karena saat itu sang anak sudah punya perasaan dan harus disambut dengan penuh syukur ('aqiqah). Misal, ada orang yang mengharapkan anak laki-laki, namun kemudian lahir anak perempuan, akhirnya ia kecewa serta tidak menerima dan menyukurinya. Semestinya perlu disyukuri, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, setelah 'aqiqah, sang anak baru diberi nama yang terbaik karena dalam hadis disebutkan, "Di hari kemudian nanti orang-orang itu akan dipanggil dengan namanya". Dalam hadis lain dijelaskan, "Nama itu adalah doa dan nama itu bisa membawa pada sifat anak kemudian". Jadi, jika anda memiliki anak pilihlah nama yang baik untuknya.

Nabi Saw. dipilihkan oleh Allah semua nama yang baik dan sesuai, karena ia adalah doa bagi yang menyandangnya. Misal, Nabi memiliki ibu bernama Aminah (yang memberi rasa aman) dan ayahnya Abdullah (hamba Allah). Yang membantu melahirkan Nabi namanya As-Syaffa (yang memberikan kesehatan dan kesempurnaan). Yang menyusuinya adalah Halimah (perempuan yang lapang dada), jadi Nabi dibesarkan oleh kelapangan dada. Anjuran untuk memilih nama yang mengandung doa juga dimaksudkan agar jangan sampai menimbulkan rasa rendah diri pada sang anak.

Keempat, hal yang paling pokok adalah mendidik anak bagi Nabi Saw. adalah menumbuhkembangkan kepribadian sang anak dengan memberikan kehormatan kepadanya, sehingga beliau sangat menghormati anak-cucunya. Bila memang sejak kecil ia sudah memiliki perasaan, maka jangan sampai ada perlakuan yang menjadikannya merasa terhina. Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya. Nabi Saw. pernah ditanya, "Bagaimana seseorang membantu anaknya supaya ia berbakti?", Nabi berkata: "Janganlah ia dibebani (hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya".

Ada cerita yang sangat berharga yang pernah penulis baca tentang kehidupan rumah tangga Imam Syahid Hasan Al-Banna, beliau memiliki 6 orang anak dan Allah menakdirkan ke enam anaknya memiliki pribadi sukses juga berhasil di kehidupan duniawinya. Ternyata ketika mengintip cara mendidik yang diterapkan Hasan Al Banna beliau sangat menerapkan pola pengajaran yang diajarkan Rasulullah, hampir bisa dikatakan jarang sekali menghardik, memarahi anak, apalagi murka. Yang lebih dominan adalah menghargai si anak, memberi perhatian yang lebih, dan memberi energi positif, cinta yang tulus. Memarahi anak adaah dengan cara yang ahsan (baik) dan itupun untuk tujuan mendidik, juga seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.

Ada sebuah riwayat, seorang anak lelaki digendong oleh Nabi dan anak itu pipis, lantas ibunya langsung merebut anaknya itu dengan kasar. Nabi kemudian bersabda, "Hai, bajuku ini bisa dibersihkan oleh air, tetapi hati seorang anak siapa yang bisa membersihkan". Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi berkata "Jangan, biarkan ia kencing". Dari hal ini, muncul ketentuan, bila anak laki-laki kencing cukup dibasuh, sedangkan bila anak perempuan dicuci dengan sabun. Riwayat ini memberi pelajaran bahwa sikap kasar terhadap seorang anak dapat mempengaruhi jiwanya sampai kelak ia dewasa.

Namun di sisi lain, ada satu hal di mana Nabi sangat hati-hati dalam persoalan anak. Ketika Nabi lagi di masjid, ada orang yang kirim kurma, kemudian cucunya datang dan mengambil sebuah kurma lalu dimakannya. Nabi bertanya kepada ibunya, "Ini anak tadi mengambil kurma dari mana?" Sampai akhirnya, dipanggilnya Sayidina Hasan dan dicongkel kurma dari mulutnya. Ini maknanya apa? Nabi tidak mau anak cucunya itu memakan sesuatu yang haram, walaupun ia masih kecil dan tidak ada dosa baginya, karena itu akan memberikan pengaruh kepadanya kelak ia besar.

Berikut panduan / cara Rasulullah Mendidik Anak 
  • Panduan dasar untuk orangtua dan pendidik.
Banyak orang tidak menyadari kalau anak adalah salah satu pemimpin umat. Hanya karena masih tertutup dengan baju anak. Seandainya apa yang ada dibalik bajunya dibukakan kepada kita, niscaya kita akan melihat mereka layak disejajarkan dengan para pemimpin. Akan tetapi, sunnatullah menghendaki agar tabir itu disibak sedikit demi sedikit melalui pendidikan. Namun, tidak semua pendidikan berhasil kecuali dengan strategi matang dan berkelanjutan. ( Syaikh Muhammad Al Khidr Husein )
1.Keteladanan
Rasulullah bersabda “ Barangsiapa berkata kepada anaknya, ‘ kemarilah! (nanti kuberi)’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong ” ( HR. Ahmad dari Abu Hurairah )
2.Memilih waktu yang tepat untuk menasehati.
Ada 3 pilihan waktu yang dicontohkan Rasul ; saat berjalan-jalan di atas kendaraan, waktu makan dan waktu anak sakit.
3.Bersikap adil dan tidak pilih kasih
4.Memenuhi hak-hak anak
5.Menghargai nasehat dan kebenaran meskipun dari anak kecil.
6.Mendo’akan anak.
7.Membelikan permainan
8.Membantu anak agar berbakti dan taat.
9.Tidak banyak mencela dan memaki.

Membangun dan membina Aqidah anak.
1.Mentalqinkan kalimat Tauhid pada anak.
2.Cinta kepada Allah, merasa diawasi dan beriman kepada Qodho’ & Qodar
3.Mencintai Rasulullah, keluarga dan sahabatnya.
4.Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
5.Mendidik keteguhan aqidahnya.

Membentuk intelektualitas pada anak
1.Menanamkan kecintaan mencari ilmu dan adabnya.
2.Membimbing anak untuk menghafal Al-Qur’an dan hadits.
3.Memilihkan anak, guru yang shalih.
4.Mendidik anak tera,pil bahasa asing.
5.Mengarahkan sesuai dengan bakat dan kecenderungannya.
6.Membuat perpustakaan di rumah.

Sifat-sifat Pendidik Sukses
a.Penyabar dan tidak pemarah
b.Lemah lembut dan menghindari kekerasan
c.Hatinya penuh dengan kasih sayang
d.Memilih yang termudah di antara dua perkara
e.Fleksibel
f.Tidak emosional
g.Bersikap moderat dan seimbang
h.Ada senjang waktu dalam memberi nasehat.

Maraji : 
Tahapan Mendidik Anak ( Jamal Abdur Rahman) .
Cinta di rumah Hasan Al-Banna (M. Lili Nur Aulia)
Mendidik anak cara Rasulullah, M. Quraish Shihab (http://www.psq.or.id)


Baca Selengkapnya ....

14 cara nabi Muhammad Mendidika Anak

Posted by Unknown 0 comments
Seperti apakah ketika nabi muhammad mendidik anak-anaknya kala itu? Praktik pendidikan Nabi Muhammad SAW pada anak-anak dapat di gambarkan di bawah ini:

1. Rasulullah senang bermain-main (menghibur) dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau memangku mereka. Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas r.a. untuk berbaris lalu berkata, “ Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).”merekapun berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.

2. Ketika ja’far bin Abu Tholib r.a, terbunuh dalam peperangan mut’ah, Nabi Muhammad SAW, sangat sedih. Beliau segera datang ke rumah ja’far dan menjumpai isterinya Asma bin Umais, yang sedang membuat roti, memandikan anak-anaknya dan memakaikan bajunya. Beliau berkata, “Suruh kemarilah anak-anak ja’far. Ketika mereka dating, beliau menciuminya. Sambil meneteskan air mata. Asma bertanya kepada beliau karena telah mengetahui ada musibah yang menimpanya.

3. “Wahai rasulullah, apa gerangan yang menyebabkan anda menangis? Apakah sudah ada beritayang sampai kepada anda mengenai suamiku Ja’far dan kawan-kawanya?” Beliau menjawab, “Ya benar, mereka hari di timpa musibah.” Air mata beliau mengalir dengan deras. Asma pun menjerit sehingga orang-orng perempuan berkumpul mengerumuninya. Kemudian Nabi Muhammad SAW. kembali kepada keluarganya dan beliau bersabda, “janganlah kalian melupakan keluarga ja’far, buatlah makanan untuk mereka, kerena sesungguhnya mereka sedang sibuk menghadapi musibah kematian ja’far.”

4. Ketika Rasulullah melihat anak Zaid menghampirinya, beliau memegang kedua bahunya kemudian menagis. Sebagian sahabat merasa heran karena beliau menangisi orang yang mati syahid di peperangan Mut’ah. Lalu Nabi Muhammad SAW. pun menjelaskan kepada mereka bahwa sesungguhnya ini adalah air mata seorang kawan yang kehilangan kawannya.

5. Al-Aqraa bin harits melihat Nabi Muhammad SAW. mencium Al-Hasan r.a. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi aku belum pernah mencium mereka.” Rasulullah bersabda, “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, niscaya dia tidak akan di sayangi.”

6. Seorang anak kecil dibawa kepada Nabi Muhammad SAW. supaya di doakan dimohonkan berkah dan di beri nama. Anak-anak tersebut di pangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata, “jangan di putuskan anak yang sedang kencing, buarkanlah dia sampai selesai dahulu kencingnya.”
Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian membisiki orang tuanya supaya jangan mempunyai perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi.

7. Ummu Kholid binti kho;id bin sa’ad Al-Amawiyah berkata, “Aku beserta ayahku menghadap Rasululloh dan aku memakai baju kurung (gamis) berwarna kuning. Ketika aku bermain-main dengan cincin Nabi Muhammad SAW. ayahku membentakku, maka beliau berkata, “Biarkanlah dia.” Kemudian beliau pun berkata kepadaku, “bermainlah sepuas hatimu, Nak!

8. Dari Anas, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. selalu bergaul dengan kami. Beliau berkata kepada saudara lelakiku yang kecil, “Wahai Abu Umair, mengerjakan apa si nugair (nama burung kecil).”

9. Nabi Muhammad SAW. melakukan shalat, sedangkan Umamah binti zainab di letakkan di leher beliau. Di kala beliau sujud, Umamah tersebut di letakkanya dan bila berdiri di letakkan lagi dil leher beliau. Umamah adalah anak kecil dari Abu Ash bin Rabigh bin Abdusysyam .

10. Riwayat yang lebih masyhur menyebutkan, Rasulullah perna lama sekali sujud. dalam shalatnya, maka salah seorang sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda lama sekali sujud, hingga kami mengira ada sesuatu kejadian atau anda sedang menerima wahyu. Nabi Muhammad SAW, menjawab, “Tidak ada apa-apa, tetaplah aku di tunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesah-gesah sampai dia puas.” Adapun anak yang di maksud ialah Al-Hasan atau Al-Husain Radhiyallahu Anhuma

11. Ketika Nabi Muhammad SAW. melewati rumah putrinya, yaitu sayyidah fatimah r.a., beliau mendengar Al-Husain sedang menangis, maka beliau berkata kepada Fatimah, “Apakah engkau belum mengerti bahwa menangisnya anak itu menggangguku.” Lalu beliau memangku Al-Husain di atas lehernya dan berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia.
Ketika Rasulullah SAW. sedang berada di atas mimbar, Al-Hasan tergelincir. Lalu beliau turun dari mimbar dan membawa anak tersebut.

12. Nabi Muhammad SAW. sering bermain-main dngan Zainab binti Ummu Salamah r.a. beliau memanggilnya, “Hai Zuwainib, hai Zuwainib berulang-rulang.”

13. Nabi Muhammad SAW. sering berkunjung ke rumah para sahabat Anshar dan memberi salam pada anak-anaknya serta mengusap kepala mereka.

14. Diriwayatkan, pada suatu hari raya Rasulullah SAW. keluar rumah untuk menunaikan shalat ID. Di tengah jalan, beliau melihat banyak anak kecil sedang berman dengan gembira sambil tertawa-tawa. Mereka mengenakan baju baru, sandal mereka pun tampak mengkilap. Tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada salah seorang yang sedang duduk menyendiri dan sedang menangis tersedu-sedu. Bajunya kompang-kamping dan kakinya tiada bersandal. Rasulullah SAW, pun mendekatinya , lalu di usap-usap anak itu mendekapya ke dadabeliau seraya bertanya, “mengapa kau menangis, Nak .” Anak itu hanya menjawab, “biarkanlah aku sendiri.” Anak itu belum tahu bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah Rasulullah SAW. yang terkenal sebagai pengasih. “Ayahku mati dalam suatu pertempuran bersama Nabi,” lanjut anak itu. “Lalu ibuku kawih lagi. Hartaku habis di makan suami ibuku, lalu aku di usir dari rumahnya. Sekarang, aku tak mempunyai baju baru dan makanan yang enak. Aku sedih meihat kawan-kawanku bermain dengan riangnya itu.l”
 
Baginda Rasulullah SAW. lantas membimbing anak tersebut seraya menghiburnya, “Sukakah kamu bila aku menjadi bapakmu, Fatimah menjadi kakakmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husain menjadi saudaramu?” Anak itu segera tahu dengan siapa ia berbicara. Maka langsung ia berkata, “mengapa aku tak suka, ya Rasulullah?” kemudian, Rasulullah SAW, pun membawa anak itu ke rumah beliau, dan di berinya pakaian yang paling indah, memandikannya, dan memberinya perhiasan agar ia tampak lebih gagah, lalu mengajak makan.
 
Sesudah itu, anak itu pun keluar bermain dengan kawan-kawannya yang lain, sambil tertawa-tawa sambil kegirangan. Melihat perubahan pada anak itu, kawan-kawannya merasa heran lalu bertanya, “Tadi kamu menagis, mengapa sekarang bergembira?” jawab anak itu, tadi aku kelaparan, sekarang sudah kenyang. Tadi aku tak mempunyai pakaian, sekarang aku mempunyainya, tadi aku tak punya bapak, sekarang bapakku Rasulullah dan ibuku Aisyah.” Anak-anak lain bergumam, Wah, andaikan bapak kita mati dalam perang.” Hari-hari berikutnya, anak itu tetap di pelihara, oleh Rasulullah SAW. hingga beliau wafat.

Sumber : http://radensomad.com 

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Dunia Pendidikan.