Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Posted by Unknown Wednesday, September 29, 2010 0 comments
Apa itu Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik “narkoba” atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya.

Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan diantaranya dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis / over dossis.

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU) untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.

Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa di daerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusupkan zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya.

Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan.

Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima.

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going age oriented).

Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.

Dampak Negatif Penyalahgunaan Narkoba

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar) adalah sebagai berikut:

  • Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
  • Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
  • Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
  • Sering menguap, mengantuk, dan malas,
  • Tidak memedulikan kesehatan diri,
  • Suka mencuri untuk membeli narkoba.
  • Menyebabkan Kegilaan, Paranoid bahkan Kematian !

Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan ketika melakukan program anti narkoba di sekolah. Yang pertama adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah. Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering digunakan.

Kedua, dengan menekankan secara jelas kebijakan tidak pada narkoba. Mengirimkan pesan yang jelas tidak menggunakan membutuhkan konsistensi sekolah-sekolah untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong kegiatan-kegiatan anti narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus diberikan penjelasan yang terus-menerus diulang bahwa narkoba tidak hanya membahayakan kesehatan fisik dan emosi namun juga kesempatan mereka untuk bisa terus belajar, mengoptimalkan potensi akademik dan kehidupan yang layak.

Terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-anak. Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi interaksi personal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong orang dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh.

Oleh sebab itu, mulai saat ini pendidik, pengajar, dan orang tua, harus sigap serta waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.

Semoga bermanfaat

Disalin dari: Arunals.wordpres


Baca Selengkapnya ....

Bahaya Merokok!!!

Posted by Unknown Tuesday, September 28, 2010 0 comments
Bahaya Merokok-Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun! Karena itulah, merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Saat ini jumlah perokok, terutama perokok remaja terus bertambah, khususnya di negara-negara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% di antaranya terjadi di negara-negara berkembang.
Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok, atau biasa disebut juga dengan perokok pasif.
ZAT KIMIA
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
NIKOTIN
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.
TIMAH HITAM (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!
GAS KARBONMONOKSIDA (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!
TAR
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
DAMPAK PARU-PARU
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
DAMPAK TERHADAP JANTUNG
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.
PENYAKIT (STROKE)
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
KEBIASAAN MEROKOK
Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok.
Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur.
GERBANG NARKOBA
Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan berulang-ulang.
Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan) rokok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi Nicotine Related Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.
Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamin otak dengan proses yang sama seperti obat-obatan tersebut. Dalam urutan sifat ketagihan zat psikoaktif, nikotin lebih menimbulkan ketagihan dibanding heroin, kokain, alkohol, kafein dan marijuana. Menurut Flemming, Glyn dan Ershler merokok merupakan tingkatan awal untuk menjadi penyalahguna obat-obatan (drug abuse). Mencoba merokok secara signifikan membuka peluang penggunaan obat-obatan terlarang di masa yang akan datang.
Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Perhatian khusus mengenai masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah perokok remaja.
Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan dapat mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan kebiasaan tersebut, salah satunya adalah pencegahan penyalahgunaan narkoba. Menurut Teddy Hidayat, Spesialis Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif.
Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan kebiasaan yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan merokok pada anak-anak dan remaja. Orang tua serta guru memegang peranan besar untuk mengawasi, memberikan informasi yang benar dan yang terpenting tidak menjadi contoh perilaku individu yang ketagihan kebiasaan merokok.
GANGGU KESEHATAN JIWA
Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada 50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.
Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).
Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di dalam hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus obat (withdrawal) terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.
Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).
Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah satu bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan yang kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang untuk merokok dan merokok dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70% perokok tidak memiliki gejala gangguan jiwa.
Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi, menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi. Dalam beberapa penelitian nikotin terbukti efektif untuk pengobatan depresi. Pada dasarnya nikotin memberikan peluang yang menjanjikan untuk digunakan sebagai obat psikoaktif. Namun nikotin memiliki terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang antara dosis yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah sempit.
Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam bentuk murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka pemikiran pemberian nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk kebiasaan merokok. Seperti halnya morfin yang digunakan sebagai obat analgesik kuat (penahan rasa sakit), pemberiannya harus dalam pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa didapatkan dengan bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu diwaspadai karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.
SISTIM REPRODUKSI
Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2 dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa
Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan.
pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok.
120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.
WANITA MEROKOK, MENOPAUSE DINI
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia.
“Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F. Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.
Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.
Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah menjadi perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause. Para peneliti tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum usia 45 tahun.
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Menurut Menkessos, pertumbuhan yang sangat cepat ini membuat Indonesia diperkirakan akan mencapai rekor, terutama dengan berbagai masalah kesehatan yang cukup berat, di antaranya berkaitan dengan rokok. Sementara itu diakui Menkessos, larangan membatasi aktivitas merokok di tempat umum masih belum bisa dilakukan lebih tegas.
Meski PP nomor 81/1999 yang diperbarui dengan PP 38/2000 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan sudah diberlakukan, tetapi diakui pula, law enforcement-nya belum ada sehingga belum memiliki kekuatan.
detikcomTingginya target penerimaan negara dari cukai rokok yang mencapai Rp 17 triliun pada anggaran 2001 dinilai telah menyebabkan pemerintah tidak konsisten menegakkan PP No.38/2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.
Komisi VII DPR mendesak untuk mengatur masalah rokok itu dibuat dalam bentuk UU, sehingga masyarakat akan mempunyai posisi tawar yang cukup kuat. Disamping itu, DPR akan dapat melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemerintah maupun industri rokok.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan menindak tegas perusahaan rokok yang menayangkan iklan rokok di media elektronik di bawah pukul 21:30 waktu setempat. “Bila teguran ini tidak diindahkan, BPOM akan melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegasnya. Iklan rokok yang melanggar ketentuan PP No.81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dan PP No.38 tahun 2000 tentang Perubahan Atas PP no 81 tahun 1999 akan dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp100 juta. Penerimaan cukai rokok pada tahun 2000 mencapai Rp 10,27 triliun, sedangkan belanja kesehatan akibat merokok sesuai data dari Ditjen POM Depkes pada tahun yang sama mencapai Rp 11 triliun.
Nah mengingat banyak dan besarnya bahaya merokok, bagi sobat yang belum merokok dan punya punya niat menjadi perokok, batalkan aja deh. Dan bagi sobat perokok, saya anjurkan untuk stop merokok, tidak mengurangi kegantengan dan gaya lho.

Disalin dari : Bahaya Merokok.com

Baca Selengkapnya ....

Manfaat Air Putih bagi Tubuh

Posted by Unknown 0 comments

KEBIASAAN membawa botol air minum dalam perjalanan atau saat pergi ke mana pun mungkin belum menjadi tren di masyarakat. Bila haus di tengah jalan, kebanyakan dari kita lebih suka membeli sebotol minuman ringan beraroma teh atau soda atau pun air mineral.

Kebutuhan tubuh akan cairan memang tak bisa dibantah. Cairan penting dalam memelihara keseimbangan serta proses metabolisme tubuh. Bila asupan cairan ke dalam tubuh tak seimbang dengan pengeluaran, maka dipastikan Anda akan mengalami gangguan atau pun dehidrasi.

Dalam memenuhi kebutuhan cairan, sebaiknya pilihlah minuman yang baik dan tak menimbulkan risiko bagi kesehatan. Salah satu yang terbaik tentunya adalah air putih, meski faktanya cairan ini kalah populer ketimbang minuman beraroma dan beranekarasa yang beredar di pasaran.

Nah supaya Anda tidak meremehkan khasiat air putih, berikut adalah enam fakta ilmiah betapa kebiasaan minum cukup air putih setiap hari penting bagi tubuh.

1. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
Fakta medis menunjukkan tubuh manusia 60% terdiri dari cairan. Fungsi-fungsi cairan ini adalah untukproses pencernaan, penyerapan, sirkulasi, produksi air ludah, transportasi nutrisi dan mempertahankan suhu tubuh.

2. Membantu mengendalikan kalori.
Sejak lama, orang yang sedang menjalani program diet melakukan kebiasaan banyak minum air putih sebagai strategi menurunkan berat badan. Meskipun air tidak menghasilkan efek magis, menggunakannya sebagai pengganti minuman berkalori tinggi tentu saja akan sangat membantu.

“Program diet akan berhasil jika Anda memilih air atau minuman non- kalori sebagai pengganti minuman yang kalori. Lalu diet dengan makanan yang kaya cairan yang lebih menyehatkan, berisi dan membantu Anda memangkas kalori,”ungkap peneliti dari University State of Pennsylvania Barbara Rolls, PhD, penulis buku The Volumetrics Weight Control Plan.

3. Membantu membangkitkan otot.
Sel-sel yang tidak mampu mempertahankan keseimbangan akan cairan dan elektrolit, akan berakibat pada kelelahan otot. Ketika sel-sel otot tidak memiliki cairan yang cukup, mereka tidak akan berfungsi dengan baik dan kemampuannya berkurang.

Minum air saat berolahraga juga sangat penting. American College of Sports Medicine merekomendasikan bahwa dua jam sebelum berolahraga sebaiknya seseorang meminum 17 ons cairan.

4. Membuat kulit tetap segar.
Kulit Anda sebenarnya mengandung banyak air dan berfungsi sebagai benteng dalam mencegah ekses hilangnya cairan tubuh. Namun begitu, jangan harap bahwa kelebihan cairan dapat dijadikan sebagai cara ampuh menghilangkan kerutan dari garis pada kulit .

5. Memelihara fungsi ginjal
Cairan tubuh merupakan media yang juga mentransportasikan sisa atau limbah untuk keluar dan masuk ke dalam sel. Racun utama dalam tubuh adalah nitrogen urea darah, sejenis cairan yang dapat melewati ginjal untuk kemudian diprose dan dieksresikan dalam bentuk urin.

Ketika tubuh memiliki cukup cairan, urin akan mengalir bebas, jernih dan bebas bau. Ketika tubuh tidak punya cuku cairan, konsentrasi urin, warna dan bau akan lebih kentara karena ginjal harus menyerap cairan ekstra untuk menjalankan fungsinya. Tak heran bila Anda minum sedikit air, risiko Anda mengalami batu ginjal akan meningkat terutama pada iklim hangat atau panas.

6. Mempertahankan fungsi normal usus.
Asupan cairan yang cukup akan membuat makanan yang melewati saluran cerna dapat mengalir lancar dan mencegah terjadinya kosntipasi. Ketika Anda tidak punya cukup cairan, usus akan menyerap cairan dari feses atau tinja untuk tetap menjaga hidrasi. Alhasil, tentu saja buang air besar Anda akan bermasalah.

disarikan dari berbagai sumber



Baca Selengkapnya ....

"Sertifikat Pendidik Mutlak bagi Guru"

Posted by Unknown Saturday, September 18, 2010 0 comments
Undang-Undang (UU) No14/2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan, guru adalah seorang yang profesional, karena itu, untuk menjadi guru yang andal tentunya ada tolok ukurnya. Sertifikat pendidik merupakan syarat mutlak bagi guru agar bisa memperoleh hak-haknya, seperti tunjangan fungsional, tunjangan profesi dan kemaslahatan lainnya. 

KEPALA  Pusat Informasi dan Humas Depdiknas Bambang Wasito Adi menegaskan hal itu menjawab Pembaruan di Jakarta, Senin (12/2) pagi. Menurutnya, salah satu penilaian profesionalitas guru adalah adalah uji sertifikasi dan profesi. “Ini sudah konsekuensi dari UU itu. Karenanya, guru memang harus memiliki profesionalitas,” katanya.

Bambang mengakui, banyak guru yang belum memenuhi kriteria pengajaran yang baik. “Karena itu, dalam UU Guru dan Dosen, untuk meningkatkan profesionalitasnya, guru diberikan waktu 10 tahun. Setelah masa itu, kewajiban negara adalah memenuhi hak-hak guru,” katanya. Disinggung banyak guru yang kemungkinan besar tidak bisa mengikuti uji sertifikasi lantaran berbagai faktor. 

Misalnya, faktor usia, geografis, ekonomi dan sosial, dia mengatakan bahwa pemerintah hanya menjalankan apa yang sesuai dengan amanat dari UU No.14/2005 itu, sehingga, jika dalam jangka waktu 10 tahun, guru belum bisa meningkatkan profesionalitasnya, ya terpaksa tidak memperoleh tunjangan fungsional, dan hak-hak lainnya,” katanya.

Ditambahkan, bagi guru yang sudah meraih gelar sarjana, yang bersangkutan tinggal mengikuti uji sertifikasi untuk mendapatkan sertifikat pendidik, sementara untuk guru yang belum sarjana, harus melanjutkan pendidikannya. Dalam UU disebutkan, syarat untuk mengikuti sertifikasi adalah seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik, yakni sarjana.
 
Sumber : Suara Pembaharuan

Baca Selengkapnya ....

"Epilog Ayah dengan Putrinya"

Posted by Unknown 0 comments
Mentari baru saja terbenam ketika kami menutup silaturahmi di apartemen seorang sahabat. Silaturahmi yang berbentuk pengajian berbonus acara makan-makan alias 'proyek perbaikan gizi mahasiswa' memang kebutuhan yang tak terhindarkan bagi warga Delft.
Sejalan dengan waktu, satu persatu rekan yang tempat tinggalnya jauh mulai berpamitan. Sementara, saya dan beberapa teman masih enggan beranjak dari tempat duduk. Kami terkesima mengamati seorang bapak, salah seorang sahabat kami, yang sedang mengasuh putrinya yang masih kanak-kanak. Bapak itu tengah bermain dan bercanda dengan buah hati kesayangannya.

Sang putri terlihat begitu asyik dan teramat menikmati guyonan dan bulir-bulir kebijaksanaan yang keluar dari lisan ayahandanya. Sedangkan sang ayah pun kelihatan sangat memaknai perannya saat itu. Sesekali sang putri kecil mendelik tajam ke arah ayahnya, pertanda tak setuju. Terkadang wajahnya memberenggut manja, menunjukkan sewotnya saat sang ayah melarangnya. Namun sesaat kemudian rona bahagia kembali terpancar di wajah riangnya.

Hubungan ayah dengan anak perempuannya memang khas. Apabila pada anak laki-laki dibebankan berjuta harapan, kebanggaan serta idealisme. Maka hubungan ayah dan puterinya lebih mengarah pada keakraban sentimentil-psikologis yang sangat ekslusif dan sulit dideskripsikan. Begitu unik namun halus hingga sering luput dari pengamatan.

Hubungan kasih sayang yang sepertinya hanya dipahami oleh sang ayah dan putrinya itu sendiri. Ayah dan anak perempuannya seolah memiliki bahasa dan dunia tersendiri bagi arena cinta mereka. Bahkan ada pendapat yang latah mengatakan, "seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya".

Tarikan kasih sayang yang begitu kuat ditemukan pada hubungan antara Nabi Shallahu 'Alaihi Wasallam dan Fatimah Az-Zahra ra putrinya. Rasulullah menyimpan cinta yang mendalam kepada salah seorang wanita terbaik sepanjang masa ini.

Jika Fatimah datang menemui Nabi, Ayahnya itu menyambutnya, dan menciumnya, lalu didudukkannya di tempat ia duduk.

Kedekatan Ayah dan putrinya ini membuat Rasul sangat memahami Fatimah. Kegembiraan Fatimah adalah kegembiraan Rasulullah. Demikian pula sebaliknya, kesedihan dan kerisauan Fatimah adalah kesedihan bagi Rasul. Pembelaan Rasul menjadi haknya. "Fatimah merupakan belahan diriku. Siapa yang menyakitinya, berarti menyakitiku" (HR. Muslim).

Dalam hadist yang serupa, "Fatimah adalah bagian dari diriku; apa yang meresahkan dia, akan meresahkan diriku, dan apa yang menyakiti hatinya, akan menyakiti hatiku juga"

.Bahkan, melihat keakraban Rasulullah dengan Fatimah, Aisyah ra pun acapkali dibuat cemburu.

Fatimah diriwayatkan mewarisi banyak kemuliaan ayahnya. Sebagaimana suaminya Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhahu, Fatimah tumbuh dalam didikan Rasulullah. Disitulah transfer kemuliaan dan keshalihan dari laki-laki terbaik kepada perempuan utama itu berlangsung.

Rasul juga sangat memuji keshalihan dan keutamaan puterinya itu, "Seutama-utama wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim" (HR. Ahmad).

Secara historis, kedekatan Ayah dan putrinya ini sudah sepatutnya karena Fatimah tumbuh dewasa dalam kasih sayang dan didikan ayahnya. Ibunya, Khadijah ra meninggal dunia ketika Fatimah masih kanak-kanak. Kedekatan hubungan ayah dan anak ini seperti tak dapat dipisahkan dunia. Tak lama setelah Rasul wafat, Fatimah adalah kerabatnya yang pertama menyusul meninggal dunia.

Selain kemuliaan dan kemiripan fisik, Fatimah juga dikisahkan memiliki kebersahajaan hidup yang menjadi identitas Rasul. Pengabdian Fatimah kepada ayahnya pun luar biasa hingga Rasul menggelarinya Ummu Abiha; ibu dari ayahnya. Ungkapan sayang, pembelaan dan bangga Rasul memang pantas menjadi milik putrinya itu. (Muraza)

Baca Selengkapnya ....

Ayah, Ibu, jangan murtadkan anakmu !!

Posted by Unknown 0 comments
"Aku ingin anakku nantinya bisa jadi penyanyi terkenal," ujar seorang ibu muda dalam suatu obrolan di sebuah acara perpisahan anak-anak kelas III SMP di gedung cukup mewah di bilangan Jakarta. Kebetulan saat itu sedang ditampilkan acara hiburan yang diisi oleh sumbangan alunan suara merdu anaknya. "Kalo' aku sih, anakku ingin aku masukkan ke sekolah modelling biar bisa jadi peragawati terkenal," timpal ibu lainnya tak kalah sengit. Walhasil obrolan ibu-ibu yang ikut mengiring anak-anak mereka pada acara perpisahan sekolah, tak jauh dari seputar obsesi para ibu kalangan elit itu terhadap anak-anak mereka.

Obsesi orangtua terhadap anak, memang tak dilarang dalam Islam. Selama obsesi itu merupakan wujud kasih sayang orangtua terhadap anak-anak mereka. Agar anak-anak mereka menjadi orang yang berhasil dalam karir, mandiri (baik secara materi maupun sikap mental), mendapat pendamping hidup yang baik, terpandang di masyarakatnya, serta tetap berbakti pada orangtua. Bagaimana soal berbakti kepada Tuhan? Ini juga hal yang sering tak dilupakan sebagai bagian obsesi para ortu terhadap anak-anak mereka. Biasanya satu paket, agar anak berbakti kepada orangtua dan agamanya.

Namun sayangnya unsur terakhir ini, kerap cuma sebagai embel-embel formalitas dari bangunan obsesi para ortu yang diangankan pada anak-anak mereka. Tindak lanjut dari obsesi terakhir ini, sayangnya macet cuma sampai pada tataran angan-angan. Dalam bentuk implementasi, bak "jauh panggang dari api" alias berbanding terbalik.

Ilustrasi di awal tulisan ini, mungkin bisa jadi contoh. Bagaimana tergiurnya seorang ibu pada predikat sukses duniawi yang kelak bisa disandang anak, tanpa mempedulikan apakah itu selaras dengan harapan Tuhan? Padahal hakikatnya, kita bukanlah the real owner dari anak-anak yang kita miliki. Kita hanya ditugasi Allah 'Azza wa Jalla, Pemilik Sesungguhnya Seluruh Anak-Anak Manusia, cuma sebagai fasilitator yang harus bisa mengantarkan anak-anak kita kembali kepada Pemiliknya dalam keadaan orisinal (asli) sebagaimana dulu dia dilahirkan. Dalam bahasa imannya, anak itu lahir dalam keadaan fitrah (suci), karena itu ia harus kita kembalikan pada Pemiliknya juga dalam kondisi fitrah.

Al Qur'an menegaskan hal itu. "Dan (ingatlah) ketika Robb-mu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian atas jiwa-jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab; "Betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan; "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lupa terhadap kesaksian ini." (Surat Al A'raf 172).

Setiap anak Adam yang terdiri dari beragam warna, beragam bahasa, beragam kultur, dan akhirnya berhimpun dalam berbagai suku bangsa di dunia itu, hakikatnya lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid kepada Allah 'Azza wa Jalla). Ini merupakan warisan Robbani sekaligus modal dasar yang paling kokoh yang akan menentukan eksistensi kemanusiaan setiap insan. Bagaimana nilai-nilai keyakinan yang diajarkan anak, miliu tempatnya hidup, serta sistem pembinaan karakter yang diterapkan terhadap dirinya, kelak yang akan menentukan akan menjadi seperti apa anak di kemudian hari. Apakah anak tetap dalam fitrahnya, atau apakah bahkan ia kelak menjadi penentang fitrah yang dimilikinya?

Karena itu Nabi mulia saw menegaskan, "Setiap bayi yang lahir dalam keadaan fitah. Maka orangtuanyalah yang kemudian berperan dalam merubah fitrahnya, apakah ia kelak menjadi Yahudi, menjadi Majusi, atau menjadi Nasrani." (hadits shahih).

Hadits di atas tidak menyebutkan, si anak bisa berubah menjadi Islam. Karena Islam (fitrah) itu sesungguhnya telah menyatu (inherent) dalam diri setiap anak yang lahir. Maka tugas para orangtua yang diamanati anak-anak yang fitrah itu oleh Allah swt, sesungguhnya adalah tetap mengasuh mereka dalam sistem dan pola yang fitrah. Dengan kata lain, anak-anak itu sebetulnya telah disediakan oleh Penciptanya suatu sistem pendidikan yang sesuai dengan fitrah mereka. Sehingga hanya dengan sistem itu anak-anak dijamin tak akan berubah fitrahnya hingga ia menghadap Tuhannya. Kita -para orangtua- yang seharusnya berperan mengarahkan, menempatkan, dan menjaga si anak agar tetap berada pada koridor sistem fitrah itu, yang tak lain adalah dienul Islam.

Hanya sistem (dien) Islam yang bisa mengakomadasi, menumbuhkan, mengembangkan, serta mengokohkan potensi fitrah setiap manusia. Karena Islam adalah agama yang diciptakan oleh Pencipta sekaligus Pemilik manusia itu sendiri. Perintah itu dengan gamblang dituangkan dalam firmanNya yang agung; "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia manusia tidak mengetahuinya." (Ar Ruum : 30) .

Lantaran itulah para orangtua berperan mengenalkan, menggiring, dan menempatkan anak-anak agar dia hidup dalam habitat sistem fitrah itu (dienul Islam) secara permanen. Anak tak boleh sedikitpun disusupkan nilai-nilai asing pada aspek manapun, yang dapat merusak potensi fitrahnya. Sebaliknya orangtua berkewajiban menempa kepribadian anak berdasarkan petunjuk sistem fitrah itu, agar potensi fitrah anak menjadi sesuatu yang dominan muncul ke permukaan kepribadiannya. Sebab hanya manusia yang memiliki kepribadian fitrah yang akan bisa memelihara eksistensi kehormatan dirinya.

Tentu saja keliru asumsi yang mengatakan, mengajarkan Islam pada anak, cuma urusan sholat, puasa, dan bersedekah. Namun dia tidak mendidiknya agar anak berpakaian sopan dan menutup aurat (bagi anak-anak perempuan). Dia tidak menciptakan atmosfer Islami di dalam rumah tangganya. Atau bahkan dia membiarkan anak-anaknya bebas mengikuti trend budaya Barat, baik dari segi pergaulan, selera hiburan, selera berpakaian, dan lain sebagainya. Atau juga dia membebaskan anaknya memilih jalan hidup yang bertentangan dengan Islam.

Akan lebih keliru lagi misalnya, jika ada orangtua menginginkan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihat, tapi menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah Kristen misalnya. Atau anak-anak kita biarkan bergaul dalam lingkungan komunitas atheistik/materialistik yang menganut paham pergaulan bebas. Komunitas yang menganggap semua agama sama, semua agama baik, surga tidak bisa diklaim hanya sebagai milik orang-orang Islam belaka. Jelas ini tidak kondusif bagi perkembangan fitrah anak. Bahkan sangat membahayakan fitrahnya.

Jika kita tidak asuh anak-anak kita dalam asuhan sistem dan nilai-nilai yang Islami, jangan salahkan jika mereka kelak di kemudian hari menjadi orang-orang nyeleneh. Orang-orang yang tidak tau malu mempertontonkan aurat, Orang-orang yang menjadi pemuja ideologi Barat. Orang-orang yang sesungguhnya telah menjadi murtad (keluar dari Islam), na'udzubillah min dzalik.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mau mendengar suara fitrah anak-anak kita. Agar kita tidak memaksakan kehendak dan obsesi kita yang barangkali justru akan memurtadkan mereka. Coba dengar baik-baik suara fitrah mereka: "Ayah, ibu, jangan murtadkan anakmu!" Wallahu a'lam. (sulthoni)

Baca Selengkapnya ....

Bu, suaramu adalah cinta

Posted by Unknown 0 comments
Hanya ingin..kunyanyikan
senandung dari hatiku untuk Mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku, untuk Mama


Kemarin, bertemu ibu lagi. Duh senangnya bisa memandang wajah syahdu itu. Alangkah bahagia tak terkira menuntaskan kerinduan menikmati binar matanya. Ia merengkuh saya, hangat dan erat. Salam yang saya sampaikan ketika membuka pintu, tak berjawab. Ibu hanya mengangguk dengan senyuman mengembang karena senang.


“Ibu, apa kabar???” kalimat pertama yang selalu saya singgahkan kepadanya setiap kali pulang. Ibu tak juga bersuara, ia malah sibuk meneliti tas saya, adakah bacaan yang saya bawa untuknya. Majalah tarbawi baru, segera saja beralih ke tangannya. Sejenak ia ke mushola, mengambil kacamata dari atas Al-qur’an yang tengah terbuka. Ia kembali ke samping saya dan kemudian tenggelam dalam samudera aksara. Setengah termenung, saya memandangnya. Dih Ibu, emang enak dicuekin.


Saya faham, mengapa Ibu menjadi pendiam dan tak banyak bersuara. Rupanya batuk yang diderita selama beberapa hari ini, merampas suaranya untuk bertutur. Saya sampai tak tega mendengar parau tak terdengarnya ketika ia meminta saya menjadi imam shalat maghrib dan isya. Seraknya yang parah terdengar seperti desis aneh, mungkin Ibu juga tak suka mendengarnya. Makanya ia memilih memberi kode menangkupkan kedua tangan dan menempelkannya di pipi kiri sebagai isyarat hendak menjumpai peraduan.


Akhirnya dua hari bersamanya, saya tak dapat mengobrol dengannya, kecuali satu arah. Ibu sungguh-sungguh diam.


Selalu ada yang berubah ketika pulang dan menjumpainya. Ibu tak sebugar dulu, tentu saja karena ia dilahap renta usia. Tangannya sekarang gemetar untuk saat-saat tertentu. Tubuhnya kian kerontang karena nafsu makan yang seringkali menurun. Lingkaran-lingkaran putih itu terlihat jelas di manik kedua matanya yang katanya sulit terpejam ketika malam menjelang. Belum lagi kerut merut yang mengukir wajah ayunya. Jika berjalan, langkahnya tak seperkasa dulu, hingga saya harus berlari-lari mensejajarinya. Dan sekarang, saya mendapatinya tanpa suara. Rabbi.. Engkau sebaik-baik pemberi kesehatan.


Suara Ibu bagus. Ia bercerita, ketika saya sudah mampu berbicara, ia paling suka mengajari saya menyanyi. Ia mengajak saya bergembira dengan menyanyi. Ia menyemangati saya juga lewat alunan suara merdunya. Waktu duduk di bangku SD kelas satu, saya terkena liver hingga sebulan tidak masuk kelas, rapor saya jeblok. Di teras depan rumah, ketika melihat saya bersedih, suaranya begitu dekat di telinga. Ia merengkuh saya dan bernyanyi:

 
Jangan putus asa
Itulah semboyan kita
Maju terus maju
Jangan goncang atau bimbang
Kukuhkan hatimu, capailah niatmu
Kerahkan semua tenaga
Jangan goncang atau bimbang

Saya tidak akan pernah lupa senandung-senandung itu, berharap bisa meneruskannya untuk anak-anak saya kelak. Ada lagu yang paling saya suka :

Jika aku sudah besar nanti
Ku pergi dengan ibu
Ibu boleh pilih sendiri, kemana yang dituju
Jika Ibu pilih Jogya, Bandung dan Semarang
Aku yang beli karcisnya
Karcis kapal terbang


Tak sengaja pada waktu berkumpul setelah lebaran idul fitri kemarin, saya mengajak teteh-teteh dan Ibu ‘konser’ bersama. Hampir bersepuluh kami menyanyi, mendendangkan sebuah lagu yang menjadi favorit kami sewaktu masih kecil dulu. Denting dawai gitar yang saya petik menambah kesan ‘indah’ itu :

 
Di matamu mama ada bintang
Gemerlapan bila ku pandang
Di matamu mama ada kasih sayang
Yang selalu bersinar tak pernah pudar
Di matamu mama ada kasih sayang
Yang selalu bersinar terang


Entah mengapa, Ibu tak ikut menyanyi. Ia malah sibuk memperhatikan kami satu persatu dan berkata hampir tak terdengar “Ehm, jangan bikin Ibu sedih atuh”.

Ah Ibu, rindu kudengar senandung cinta itu lagi. Suaramu adalah cinta, karena setiap tuturmu selalu saja bermakna. Seingat saya, ia tidak pernah marah dengan kata-kata yang kasar terhadap anak-anaknya, sejengkel apapun perasaanya. Suaranya paling terdengar tajam. Suatu saat Ibu memperingatkan kakak saya yang telah memarahi anaknya tanpa ampun. “Geulis, kata-kata seorang ibu adalah bertuah, berhati-hatilah. Ucapan seorang ibu adalah doa, jadi ucapkanlah yang baik-baik”.


Ah, Ibu, sungguh tidak nyaman ketika suaramu tak terdengar memenuhi udara, meski sosokmu begitu dekat. Bu, saya tak bisa menikmati dengan sempurna keindahan kebersamaan kemarin, meski tak berkurang eratnya rengkuhanmu, meski engkau masih melabuhkan tanganmu untuk membangunkan diri yang ditelan lelap. Sungguh, saya merasa sendiri kemarin meski kehadiranmu nyata, karena mungkin sapamu terbatas, kata-kata bijak itu tak lagi ada dan kau tak lagi bercerita tentang apapun.


Ah, bu, setelah sembuh, saya pasti mendengar lagi suara itu, sapamu, tuturmu, kata-kata bijakmu bahkan mungkin senandung cinta ketika kita ‘konser’ bersama.


Ah, bu segalanya tentangmu adalah cinta, meski itu hanya suara.

Dan saya tak bisa membayangkan, jika suara mu menghilang untuk seterusnya, karena sebuah takdir yang pasti kedatangannya.


Allahu Rabbii, anugerahkan untuk ummi kesehatan yang barakah.

Baca Selengkapnya ....

Anak, Sarana Dakwah Efektif

Posted by Unknown 0 comments
Pagi itu seusai mandi dan sarapan, kuajak anakku jalan-jalan dengan mengenakan pakaian muslim. Lucu, ceria dan menggemaskan. Kelihatannya anakku semakin cantik dengan jilbab mungilnya yang berwarna pink itu. Begitu bertemu dengan tetanggaku, kontan mereka bilang, "aduuuh lucunya" sambil mendekat dan mencubit pipi anakku yang ranum. Anakkupun tersenyum malu-malu dan kemudian berlindung dibalik jilbabku.

Suatu ketika seorang ibu bertanya, kenapa sih masih kecil kok dipakai-in jilbab? Apa nggak kasihan? Nanti kepanasan lho. Malah ada lagi yang menambahkan, mengurangi kebebasan anak-anak dan menghilangkan masa kanak-kanaknya (ekstrim banget ya?).

Sambil tersenyum aku menjawab, "Saya mencoba untuk membiasakan dia berbusana seperti yang diperintahkan agama bu, kalau dia kepanasan ya boleh dilepas dulu dan nanti dipakai lagi, toh dia belum mendapat kewajiban untuk menutup aurat, yang penting latihannya itu. Masa kanak-kanaknya juga insya Allah tidak akan hilang karena pakai jilbab, toh model dan motifnya saya sesuaikan dengan kondisi anak".

Pada kesempatan lainpun ada ibu yang bertanya tentang masalah wajibnya jilbab bagi muslimah, sayapun dapat menjelaskannya dengan leluasa, karena beliu sangat ingin tahu. Beberapa waktu kemudian, karena hidayah Allah, beberapa ibu tetanggaku mulai pakai jilbab. Dia bilang kepadaku, "anak kecil saja pakai jilbab, kok saya yang sudah dewasa dan banyak dosa nggak pakai, kan malu". Alhamdulillaahi Robbil’aalamiin.

Anakkupun yang masih balita, dengan kepolosannya sering berkata "iiih malu ya mi, pakai baju lekbong (baju tanpa lengan) auratnya kelihatan", didepan ibu-ibu yang memakai baju tersebut. Atau ketika di angkot ada seorang gadis yang sibuk menutupi pahanya dengan menarik-narik roknya yang pendek, anakku bertanya "Umi, teteh itu kok narik-narik rok sih, malu ya pahanya kelihatan?"

Ketika anakku bermain bersama teman sebayanya yang diberi pakaian serba ketat, model yang sedang trendi saat ini, diapun bilang kepada teman mainnya yang lebih besar darinya. "Mbak, aku malu tu melihat kamu, bajumu ketat gitu, kan permpuan itu harus menutup aurat."

Hal lain juga pernah terjadi, ketika anakku melihat orang makan dengan tangan kiri, spontan dia mengatakan "eh, makannya pakai tangan kanan, jangan pakai tangan kiri, nanti nggak barokah makanannya", tidak peduli yang makan pakai tangan kiri itu siapa.

Pada bulan Ramadhan, anakku yang masih belum baligh ditanya tetanggaku, puasa nggak mbak? Puasa. Sampai jam berapa? Ya sampai maghrib. Tetanggaku yang sudah seminggu nggak puasa karena sakit yang tidak terlalu beratpun akhirnya puasa karena merasa malu.

Dari kejadian di atas, ada pelajaran yang sangat berharga, "Anak-anak ternyata merupakan sarana dakwah yang cukup efektif", karena:

1. Anak-anak sangat mudah dibentuk, karena mereka masih bersih dan suci. Mereka akan mengikuti apa yang kita contohkan tanpa melakukan seleksi.

2. Anak-anak dengan kepolosannya, akan mengatakan apa saja yang dia lihat, tanpa berfikir akan menyakiti perasaan orang lain, sehingga anak kecil cenderung lebih berani menyampaikan sesuatu dari pada orang dewasa.

3. Teguran yang disampaikan oleh anak-anak akan lebih menancap kedalam hati dan membuat orang dewasa merasa malu, ketika melihat anak kecil lebih taat beragama.

Dengan demikian, mendidik anak dengan didikan yang baik, melatih anak untuk melakukan perintah agama sejak dini, akan mempermudah amanah da’wah yang kita emban.

Mari jadikan anak-anak kita da’i-da’i kecil, penyambung lidah kita, sayap da’wah kita, dan asset masa depan kita di yaumil akhir. Wallahu a’lam bishshowwab.

Baca Selengkapnya ....

Apa yang salah pada anak-anak itu?

Posted by Unknown 0 comments

Mereka lahir sebagai Muslim, dibesarkan dengan pendidikan Islam, melewati masa kecilnya dengan hafalan ayat-ayat suci Al-Qur'an serta do'a-do'a shalat, dan mengisi masa belianya dengan mengaji di masjid-masjid, madrasah maupun pesantren. Mereka hafal beberapa hadist Nabi maupun bait-bait Barzanji. Tetapi ketika menginjak masa remaja, tak ada kebanggaan di dadanya untuk berkata, "Isyhadu bi anna mulimun! Saksikanlah bahwa aku seorang Muslim."

Apa yang salah pada ana-anak itu?

Mereka telah belajar tentang halan dan haram. Mereka juga belajar tentang makruh dan sunnah. Bahkan puasa-puasa sunnah mereka lakukan demi memperoleh ranking pertama di sekolah, atau untuk memperoleh beasiswa yang tak seberapa jumlahnya, atau bahkan sekedar untuk bisa mengerjakan ujian esok hari. Demi hal-hal yang sepele dan remeh-temeh mereka hadapi dengan puasa sunnah, qiyamul-lail dan dzikir-dzikir panjang. Tetapi ketika mereka mulai menginjak dewasa, apa pun dilakukan untuk memperoleh seperiuk nasi, termasuk dengan menjual agama. Atas nama kemerdekaan berpikir, mereka menadahkan tangan kepada lembaga-lembaga donor dengan proposal untuk mengubah ruh agama.

Apa yang salah pada anak-anak itu?

Ketika kecil mereka dibesarkan dengan tangis orangtua agar kelak menjadi orang yang berguna. Ketika mulai beranjak besar, airmata itu masih belum berhenti mengalir karena banyaknya biaya sekolah yang harus dipikir orangtua. Tetapi ketika mereka telah benar-benar besar, orangtua terkadang masih harus menangis karena anak-anak itu telah melupakan agamanya atau bahkan menodainya. Ada yang bahagia melihat betapa "hebat" anaknya, tetapi diam-diam menabung beratnya pertanggungjawaban di akhirat. Nau'dzubillahi min dzalik.

Teringatlah saya dengan firman Allah, "Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anaku hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar." [Al-Anfaal:28]

Sebagai cobaan, anak-anak bisa membawa kita lebih dekat kepada Allah ta'ala. Amal kita dan anak-anak kita saling disusulkan, sehingga bisa bersama-sama di syurga, kelak setelah kiamat tiba. Tetapi kalau kita salah menata mereka, anak-anak itu bisa menjadi musuh orangtua; di dunia, di akhirat atau bahkan dunia dan sekaligus akhirat . Dan diantara penyebab kehancuran itu adalah niat kita yang salah tatkala mendidik mereka, atau pendidikan yang keliru saat mereka kita besarkan, atau kedua-duanya; niat dan perlakuan sama buruknya.

Kadang ada orangtua yang kurang bisa mendidik anaknya, tetapi karena niatnya yang jernih dan pengharapannya yang kuat, Allah memberi pertolongan. Anak-anak itu menjadi perhiasan orangtuanya, di dunia dan akhirat. Anak-anak itu membawa kebaikan yang besar, penuh dengan barakah, pada hari ia dilahirkan, dimatikan dan dibangkitakan kembali.

Tetapi....

Anak-anak itu bisa menjadi musuh orangtuanya. Kehadirannya menjadi sebab lahirnya keburukan, kerusakan dan kehancuran. Mereka penyebab orang-orang berpaling dari agamanya. Mereka membuat orang-orang yang beriman mengalami keraguan, dan orang-orang yang masih lemah keyakinannya semakin jauh dari Tuhannya. Mereka menjadi sebab kerusakan bukan karena tidak berpengetahuan. Bahkan boleh jadi mereka sangat luas pengetahuannya. Tetapi tidak ada iman dan muraqabah di hati mereka, kecuali sangat tipis. Wallahu A'lam bishawab.

Teringat saya pada firman Allah Yang Maha Suci, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan/fitnah (bagimu). Di sisi Allahlah pahala yang besar." [At-Taghaabun: 14-15]

Ada perintah di sini. Perintah untuk berhati-hati terhadap mereka. Selebihnya, ada pelajaran yang patut kita renungkan dari peristiwa-peristiwa yang telah berlalu atau pun yang masih terpampang di hadapan kita.

Sesungguhnya tidak ada kebetulan di dunia. Ada hukum-hukum sejarah yang mengikatnya. Kitalah yang harus menemukan prinsip-prinsip itu.

Apa yang salah pada anak-anak itu?

Ada satu hal. Mereka mendapat pembelajaran 'ibadah, sehingga banyak surat-surat pendek yang dihafal saat usianya belum melewati lima tahun. Tetapi pembelajaran itu hanya untuk otaknya. Tidak untuk jiwa. Padahal pangkal perubahan adalah pada jiwa. Bukan otak yang cerdas. Orang yang tahu, tidak dengan sedirinya bertindak sesuai dengan pengetahuannya.

Seorang dokter spesialis penyakit dalam bisa meninggal karena terlalu banyak merokok. Sebabnya, bahaya rokok hanya tersimpan di otak. Tidak menggerakan jiwa. Karena begitu kecilnya pengaruh pengetahuan di otak bagi perubahan sikap dan perilaku, maka perusahaan (rokok: EHz) tidak pernah khawatir mencantumkan peringatan pemerintah tentang bahaya merokok disetiap kemasannya.

Sebaliknya, kalau hati sudah tersentuh dan jiwa sudah tergerakan, pengetahuan tentang resiko tak akan membuat kaki berhenti melangkah. Mereka yang pergi berjihad bukan tidak tahu kalau jiwa bisa melayang. Tetapi ketika keyakinan sudah kokoh, tak ada lagi yang perlu ditakutkan dengan kematian.

Ya, letaknya pada jiwa. Tetapi alangkah sering kita lupa pada jiwa. Letaknya pada iman. Tetapi alangkah sering kita mengabaikan. Letaknya pada 'aqidah yang menghidupkan hati. Tetapi alangkah sering kita hanya mengurusi otaknya. Padahal otak saja tidak cukup.

Diam-diam saya teringat dengan sebuah hadis riwayat Imam Ahmad. Ada contoh yang rasanya amat perlu kita renungkan hari ini, ketika anak-anak kita yang dulu sibuk menghafal matan Alfiyah, sekarang telah merusak agama atas nama ijtihad dan tajdid. Atau bahkan telah secara nyata menentang agama. Sekurang-kurangnya meragukan kesucian agama.

Ada contoh yang patut kita renungkan. Ketika Ibnu Abbas masih amat kecil, Rasulullah saw. mengajarkan beberapa kalimat yang membekas dalam jiwa. Kata Rasulullah, "Jagalah (hak) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Peliharalah (hak) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Kenalilah Dia di saat kau bahagia, niscaya Dia akan mengenalimu di saat kau susah."

"Apabila kau meminta, mintalah kepada Allah. Sesungguhnya pena telah mongering, mencatat apa yang ada. Seandainya seluruh makhluk bermaksud menolongmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan leh Allah untukmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya. Dan jika (manusia) bermaksud mencelakakanmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan Allah bahwa sesuatu itu akan mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya." [HR. Ahmad]

Adnan Hasan Shalih Baharits menerangkan, nasihat Rasulullah saw. ini membangkitkan muraqabah pada diri anak semenjak dini. Anak memiliki kesadaran bahwa setiap langkahnya senantiasa mendapatkan pengawasan Allah. Ini merangsang anak untuk memiliki kendali perilaku yang berasal dari dalam dirinya (internal locus of control). Ia sekaligus membangkitkan komitmen dan tanggung-jawab, sehingga pikiran dan tindakan anak lebih terarah. Pada gilirannya, ini akan memperkuat dan mensucikan maksud dan tujuan sosialnya sehingga ia akan mudah berkorban.

Saya teringat dengan John W Santrock. Pakar psikologi perkembangan yang terkenal dengan bukunya berjudul Adolescence (2001) ini menunjukan bahwa kebingungan indentitas hanyalah mitos. Ada remaja-remaja yang tidak perlu sibuk mencari jati-diri. Mereka telah mengenali dirinya, tujuan hidupnya dan makna hidupnya karena sedari kecil telah memiliki keyakinan, komitmen hidup serta persepsi tentang tanggungjawab (perceived responsibility) yang kuat. Inilah yang membuat hidp mereka lebih terarah, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh sebayanya.

Sepanjang sejarah, agama ini telah melahirkan manusia-manusia besar yang di usia amat belia telah menghasilkan catatan sejarah yang mengesankan. Imam Syafi'i telah didengar kata-katanya sebagai fatwa yang otoritatif ketika usia baru 16 tahun. Imam Ahmad bin Hanbal telah sibuk mempelajari ilmu hadis tatkala umurnya baru menginjak 15 tahun. Dan Usamah bin Zaid - seorang sahabat Nabi saw. - telah mendapat kepercayaan sebagai panglima perang, juga ketika usianya baru berkisar 16 tahun.

Barangkali ada benarnya kesimpulan Jean Jaques Rousseau. Kata Rousseau. "L'homme qui medite est un animal deprave'." Manusia yang hanya berpikir saja adalah binatang yang bercacat.

Menurut Rousseau, semua penyakit kemanusiaan timbul karena manusia hanya mempertajam akalnya dan mengesampingkan panggilan hati nuraninya.

Artinya, hebatnya pengetahuan agama tanpa iman yang kokoh, justru bisa menjadi sebab rusaknya agama. Bal'am bin Baurah contohnya.

Semoga ada yang bisa kita renungkan. Semoga Allah menolong kita...

Sumber: Hidayatullah: 03/XVI/Jumadil Awal 1424H, dengan Judul "Lupa Pada Jiwa"

Baca Selengkapnya ....
TEMPLATE CREDIT:
Tempat Belajar SEO Gratis Klik Di Sini - Situs Belanja Online Klik Di Sini - Original design by Bamz | Copyright of Dunia Pendidikan.